🌹🌹🌹🌹
[Menikahlah! Dengan tuan Arnots maka ayah akan sangat berterima kasih padamu. ]
[Tidak ayah, aku tidak mau! Menikahi bandot tua hanya demi harta. Aku ingin menikah karena cinta!]
[ Pria itu kaya dan terpandang. Kau gadis yang beruntung bila menjadi istrinya]
[ Tidak ayah! Jangan memaksaku! Aku masih ingin melanjutkan kuliah dan mengejar cita- citaku]
[Kuliah! Gadis bodoh sepertimu, kapan mau lulus, hah!]
[Aku tetap tidak mau, ayah]
[Anak tidak tau, di untung! Kau telah membuatku menyesal, karena memiliki anak perempuan, dan bukan laki-laki! Pergilah! Dan jangan kembali sebelum kau menghasilkan uang!]
"Huh ... hah ... Huufftt ...!" Vyn mengatur napasnya yang tersengal, ternyata ia tertidur di atas kasur Franklin. Ini adalah kamar pribadi Franklin, semenjak Raisa tidak lagi mengurusnya.
Vyn, memang terkadang tidur di kamar ini. Di sofa besar pojok samping jendela yang menghadap langsung keluar. Oma Elli, menugaskannya merawat Franklin jika Raisa keluar kota.
Keadaan, Franklin yang sering sakit-sakitan, ternyata hanya cocok jika Vyn yang mengurusnya. Karena Franklin adalah tipe orang yang tak mudah di dekati atau percaya dengan orang lain.
Sejak itulah, sering nya Vyn bertemu dengan Franklin. Bermula dari simpati dan kasihan, akhirnya menumbuhkan rasa yang terlarang di hatinya.
𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘶𝘩 𝘱𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘢𝘯𝘬𝘶. 𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢𝘱𝘶𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩, 𝘭𝘢𝘨𝘪𝘱𝘶𝘭𝘢 𝘍𝘳𝘢𝘯𝘬𝘭𝘪𝘯 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘙𝘢𝘪𝘴𝘢. 𝘉𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯, 𝘪𝘢 𝘳𝘦𝘭𝘢 𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘥𝘦𝘮𝘪 𝘸𝘢𝘯𝘪𝘵𝘢 𝘶𝘭𝘢𝘳 𝘪𝘵𝘶. 𝘈𝘬𝘶, 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘴𝘢𝘥𝘢𝘳 𝘥𝘪𝘳𝘪. 𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶.
Vyn, menyugar rambutnya. Matanya terpejam seraya menarik napas dengan dalam.
Vyn,menatap ruangan itu nanar, sepi. Ternyata, Franklin belum juga pulang. Sementara jam, telah menunjukkan pukul 22. 30 malam.
Vyn, mendengus kasar.
"Kemana, Franklin? oma, tumben gak bangunin aku?" gumamnya seorang diri.
Kamar ini, memang terhubung dengan kamar utama, dimana sebelumnya Franklin dan Raisa tidur bersama.
Sampai saat ini, oma Elli belum mengetahui kebusukan Raisa. Elli hanya tau bahwa Raisa, juga sibuk bekerja mengurus perusahaan keluarga Matthew.
"Mimpi itu lagi! Kenapa serasa begitu nyata?" Vyn mengusap wajah dengan kedua tangannya.
"Ayah, kau pasti akan menyesal telah mengusirku. Ku pastikan, aku akan pulang, serta membawa uang yang banyak. Perjodohan terkutuk itu pasti akan aku akhiri." Vyn meremas seprai dengan kencang. Ia telah bekerja keras, mengumpulkan uang dari pekerjaannya. Walaupun, sebagai 𝙢𝙖𝙞𝙙 di keluarga Marquise Boudouin.
"Aku bertahan karena gaji di sini sangat besar. Ingat, kau hanya bekerja, jangan memikirkan hal lain." Vyn, terus bergumam sendiri. Dan, tiba-tiba ...
Bruakk!!
Pintu kamar di buka dengan kasar oleh Franklin.
Bukk!!
"Tuan!" pekik Vyn. Buru-buru ia turun dari kasur lalu menghampiri majikannya yang tersungkur.
"Apa yang terjadi denganmu?" bingung Vyn. Dirinya kini telah meletakkan Franklin di atas kasur, tubuh pria itu berkeringat sangat banyak. Napasnya memburu dengan mata yang terpejam.
"Apa penyakitmu kambuh lagi? apa yang bisa ku lakukan sekarang? ha, aku harus melaporkan ini pada oma, agar memanggil Dokter Patric kesini." Vyn, pun hendak berdiri, akan tetapi tangan Franklin mencekal nya kuat.
" Tu–tuan? kenapa?" herannya.
"Ja ... ngan," lirih Franklin pelan, dengan napas yang terputus-putus.
"Tuan, apa racun dingin itu menyerang anda lagi? saya yakin, ini bukan penyakit jantung biasa," tebak Vyn. Membuat mata Franklin yang terpejam sedikit membuka.
"Tolong, aku, Vyn ...," pinta Franklin lirih. Cekalannya semakin kuat mencengkeram tangan Vynnitta.
"A–apa yang harus aku lakukan?" Vyn semakin bingung, bahkan ia juga sampai keluar keringat dingin.
"Saya akan mengganti pakaian anda terlebih dulu. Karena, pakaian anda sangat basah, saya khawatir justru bisa membuat anda masuk angin." Vyn, kemudian berlalu menuju walk in closet. Mengambil kaos dengan bahan adem yang menyerap keringat. Tak lupa juga dalaman hingga celana panjang. Karena, Franklin tidak suka mengenakan celana pendek.
"Mari, Tuan." Vyn, perlahan mulai membuka pakaian Franklin. Ia membuka kancing kemeja itu satu persatu dengan cepat, lalu beralih pada celana panjangnya.
Sampai di bagian ini, Vyn masih biasa saja. Karena, yang ada di dalam pikirannya hanyalah khawatir terhadap majikannya. Apalagi, Franklin terlihat meringis menahan sakit.
𝘙𝘢𝘤𝘶𝘯 𝘥𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘪𝘵𝘶, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘣𝘶𝘩 𝘳𝘢𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘪𝘬𝘴𝘢 𝘴𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘯𝘥𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢. 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢, 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘬𝘶 𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘣𝘶𝘬𝘶 𝘬𝘶𝘯𝘰, 𝘳𝘢𝘤𝘶𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘭𝘶𝘳𝘶𝘩 𝘴𝘺𝘢𝘳𝘢𝘧 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢𝘢𝘯. 𝘏𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢, 𝘬𝘢𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘢𝘥𝘢 𝘵𝘶𝘫𝘶𝘩 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘵𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘶𝘫𝘢𝘮 𝘥𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶 𝘴𝘦𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢𝘢𝘯.
Vyn, begitu tak tega melihat keadaan Franklin. Di luar dari sikap buruknya, terhadap Vyn. Ia, tetap tak bisa membiarkan tuannya ini menderita di hadapannya. Inikah yang dinamakan cinta buta? apakah dirinya termasuk jajaran manusia bodoh?
Tangan Vyn, sontak berhenti. Tepat, di bagian segitiga biru milik Franklin. Bahkan, ia melengos kan wajahnya yang memerah.
"Aku harus bisa! Ini demi menolongnya. Tidak ada maksud apa-apa. Aku, tidak akan melihatnya, sungguh." Vyn berbicara sendiri. Sementara itu, tubuh Franklin semakin gemetar.
"Aku akan cepat, aku akan cepat!" Vyn sedikit berteriak ketika membuka penutup benda pusaka Franklin, demi menutupi kegugupan dalam dirinya. Lalu, ia tidak bisa melakukan hal yang serupa ketika memakaikannya.
"Haih, memakaikannya akan lebih sulit." Vyn bergumam masih dengan mata yang terpejam.
"Baiklah. Akan ku coba tanpa melihat." Vyn, melanjutkan kegiatannya. Ia memakaikan segitiga dengan mata tertutup, akan tetapi ...
"Akh! Aku tidak sengaja menyenggolnya!" Vyn memekik, lalu ia membekap mulutnya. Padahal, kamar itu kedap suara.
" Maaf, Tuan," ucap Vyn lirih. Lalu dengan cepat ia dapat menyelesaikan tugas yang sangat menegangkan itu.
"Fiuuhh!"
"Ini, lebih sulit ketimbang ketika menyelesaikan tugas dari dosen killer." Vyn menyeka keringatnya yang bercucuran. Padahal hanya memakaikan celana saja.
"Sekarang celana panjangnya. Aih, kenapa bagian itu menonjol? Ah, mata suci ku," Vyn meringis melihat penampakkan di hadapannya.
"Selesai. Kini, tinggal kaos nya." Vyn beralih ke bagian atas tubuh, Franklin. Ia menyeka keringat pria itu sebelum mengganti bajunya.
Seketika itu juga, Franklin terlihat melenting kan tubuhnya ke atas. Dengan kedua tangan terkepal serta gigi yang terkunci rapat.
" Tuan!" pekik Vyn, spontan ia memeluk tubuh yang sedingin es itu.
"Kenapa hanya bagian atas yang dingin, tapi bagian bawahnya tidak? tuan, bertahanlah! Jangan mati di hadapanku!" Vyn semakin mengeratkan pelukannya. Hingga, kejang Franklin berangsur-angsur reda.
"Tu–tuan?" Vyn, mendongak, ketika ia merasakan, sebuah tangan yang merangkulnya erat. Ternyata, mata Franklin sedikit terbuka, meski sayu. Entah, atas dorongan apa? Vyn, malah mendekatkan wajahnya pada pria itu.
Di luar bayangannya, ternyata pria itu meraup bibirnya dengan cepat dan rakus.
𝘌𝘯𝘵𝘢𝘩, 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢. 𝘚𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘴𝘦𝘯𝘵𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨𝘪 𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘥𝘪 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩𝘬𝘶. 𝘈𝘬𝘶, 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘪𝘣𝘪𝘳 𝘮𝘢𝘯𝘪𝘴 𝘪𝘵𝘶 𝘭𝘢𝘨𝘪. 𝘚𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘶𝘮𝘢𝘢𝘵𝘯𝘺𝘢, 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘴𝘶𝘩𝘶 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘯𝘢𝘪𝘬. 𝘚𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯, 𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘢𝘬𝘶 ... 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘳𝘪𝘭𝘦𝘬𝘴 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨.
Vyn, tak merasakan lagi pergerakan dari Franklin. Ia pun melepaskan tautan panas dari bibir mereka barusan. Seketika bibirnya mengerucut ke depan.
"Bagus ya, setelah mengambil ciuman keduaku, kau pun tertidur. Besok, kau pasti tidak akan mengaku dan berakhir memaki diriku. Dasar, majikan jahat!" umpat, Vyn.
" Tapi, kenapa aku tidak bisa benci padamu? bahkan, setiap kita berciuman aku merasa semakin bugar, dan otakku tiba-tiba cemerlang." Vyn, bergumam dengan spekulasi asalnya. Sembari menaikkan selimut, hingga batas leher Franklin.
" Sepertinya, aku akan awet muda jika terus-terusan di cium oleh tuan muda tampan seperti dirimu." Vyn, terkekeh dengan ucapan ngaconya sendiri.
"Kau pasti sudah gila, Vyn. Ya, gila karena cinta di tambah bodoh juga." Akhirnya, Vyn menghela napasnya dengan berat.
" Yang penting, keadaanmu sudah baik-baik saja, tuan muda ku yang tampan. Tapi, sayangnya kau juga bodoh! Karena sudah cinta mati dengan si ratu ular derik." Vyn, pun beranjak ke sofa besar di samping jendela.
"Sampai kapan aku harus menemani, si raja 𝙋𝙤𝙡𝙖𝙧 𝘽𝙚𝙖𝙧? bagaimana perasaan ku tidak tumbuh semakin subur, jika tiap malam aku selalu di suguhi wajah tampan bin manisnya itu." Perlahan kedua mata Vyn, pun menutup. Seiring mulutnya yang juga berhenti bicara seorang diri.
Bersambung>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sukses
2023-04-12
1
Mutia Kim🍑
langsung berdiri ngk tuh pas disentuh🤭🤣
2022-08-28
1
❁︎⃞⃟ʂ𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 ᴀᷟmdani🎯™
ingin tertawa bila vyn bicara sendiri seperti itu.
2022-08-25
1