Penawar Racun

🌹🌹🌹🌹

Mau di tolong tidak!" Brandy, benar-benar membentak Franklin, dirinya di buat kesal bukan main oleh pria tampan di hadapannya ini.

Vyn yang melihat interaksi keduanya, antara gemas tapi juga ingin tertawa. Meski, ia sempat deg-degan dengan aksi melempar Franklin tadi. Ternyata, majikannya itu hanya mengancam.

𝘛𝘶𝘢𝘯, 𝘢𝘥𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘯𝘦𝘩 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘮𝘶. 𝘞𝘢𝘫𝘢𝘩𝘮𝘶 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘶𝘤𝘢𝘵.

𝘗𝘳𝘪𝘢 𝘪𝘯𝘪, 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘵𝘪𝘣𝘢-𝘵𝘪𝘣𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘥𝘪𝘢𝘮. 𝘙𝘢𝘤𝘶𝘯 𝘪𝘵𝘶? 𝘈𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘳𝘢𝘤𝘶𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢𝘴𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘤𝘢𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘳𝘫𝘢 𝘫𝘢𝘯𝘵𝘶𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢.

Brandy, panik melihat Franklin yang kesulitan bernafas. Bahkan , detak jantungnya tidak beraturan.

" Tuan, sadarlah!" Vyn berlari mendekati tempat tidur pasien. Menyadari bahwa tuannya dalam kondisi gawat. Gadis itu menyentuh menangkup kedua pipi Franklin dengan tangannya.

Lalu, Brandy mengambil alat pengukur racun. Seketika itu, kedua matanya membola.

"Apa kau, gadis itu? Si penangkal racun?" tanya Brandy dengan segala keterkejutannya.

"Darahnya begitu banyak yang keluar. Sementara, racun itu juga telah mengacaukan kerja jantung dan juga pembuluh darahnya!" jelas Vyn, entah bagaimana caranya. Ia dapat memahami kondisi tubuh Franklin hanya dari menyentuhnya saja.

"Ka–kau, bagaimana kau bisa mengetahui itu semua." Brandy tak bisa percaya dengan apa yang di saksikan nya pada saat ini. Otaknya, tiba-tiba bleng seketika.

"Udah, nanyanya nanti aja! Sekarang, bantu aku menghentikan darahnya! Atau dia akan mati karena lemas!" Teriakan, Vyn menyadarkan Brandy. Pria itu langsung menyuntikkan benda tersebut ke lengan Franklin.

"Tuan, sadarlah. Aku akan membantumu menghilangkan kesakitan itu. Aku sekarang percaya, semua ini bukanlah kebetulan. Entah dari mana kekuatan ini berasal? Tapi, yang terpenting saat ini. Aku tidak akan membiarkanmu tiada untuk saat ini. Kau, ingat? Ada yang akan bersorak gembira jika kau pergi, dan akan ada sosok yang akan tiada karena sedih kehilanganmu. Ku mohon, bertahanlah!" Vyn, memajukan wajahnya. Ia tak peduli dengan tatapan Brandy yang terperangah dengan mulut menganga.

𝘎𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘪𝘯𝘪. 𝘋𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘶𝘮 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘪𝘯𝘨𝘴𝘢𝘯. 𝘈𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘭𝘢𝘬𝘶𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢? 𝘈𝘱𝘢 𝘰𝘵𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘬𝘰𝘯𝘴𝘭𝘦𝘵? 𝘛𝘢𝘱𝘪, 𝘵𝘶–𝘵𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘥𝘶𝘭𝘶! 𝘈𝘱𝘢 𝘪𝘯𝘪, 𝘸𝘰 ... 𝘸𝘰 ... 𝘸𝘰! 𝘋𝘢𝘩𝘴𝘺𝘢𝘵 ! 𝘓𝘶𝘢𝘳 𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢! 𝘒𝘢𝘥𝘢𝘳 𝘳𝘢𝘤𝘶𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘵𝘶𝘳𝘶𝘯 𝘥𝘳𝘢𝘴𝘵𝘪𝘴. 𝘋𝘦𝘵𝘢𝘬 𝘫𝘢𝘯𝘵𝘶𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘳𝘵𝘢 𝘯𝘢𝘥𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘦𝘯𝘺𝘶𝘵 𝘯𝘰𝘳𝘮𝘢𝘭.

𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢, 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢? 𝘛𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘪𝘵𝘶! 𝘚𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘬𝘶𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮𝘯𝘺𝘢, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘥𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢?

Brandy, terus memperhatikan apa yang di lakukan oleh Vynnitta. Hingga, secara tak sengaja. Ia, melihat tanda akar hijau merambat di leher gadis itu.

"Tuan," lirih Vyn. Tanpa sadar air matanya telah jatuh hingga menetes di wajah Franklin.

"Dia sudah baik-baik saja. Aku akan memanggil perawat untuk mengobati lukanya. Mumpung dia tertidur." Brandy segera beranjak meninggalkan keduanya.

𝘈𝘱𝘢 𝘩𝘶𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢? 𝘈𝘱𝘢 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘴𝘦𝘣𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘮𝘢𝘫𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘭𝘢𝘺𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢? 𝘛𝘢𝘱𝘪, 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘢𝘯 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮? 𝘈𝘱𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵𝘢𝘯𝘬𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢? 𝘍𝘳𝘢𝘯𝘬𝘭𝘪𝘯, 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯𝘬𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩? 𝘔𝘦𝘴𝘬𝘪𝘱𝘶𝘯 𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘶, 𝘪𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢.

"Nona, em maaf. Aku belum tau namamu. Tapi, Franklin sudah di tangani oleh perawat. Sebaiknya, kau bersihkan dirimu di toilet. Wajahmu sangat kacau," ucap Brandy.

"Baiklah, aku juga akan menghubungi oma. Dia pasti menungguku. Oh, Pak Tun? Bagaimana nasib pria tua itu?"

_______

"Vyn, syukurlah kau baik-baik saja." Oma Elli memeluk tubuh lemah Vyn. Gadis itu, akhirnya menangis dengan puas di dalam dekapan oma Elli.

"Semua karena dirimu, Oma. Pak Tun dan Franklin terluka, karena ingin menolongku." Vyn, masih sesenggukan di kala bercerita.

"Sudahlah, yang penting sekarang mereka sudah baik-baik saja," ucap Elli menenangkan Vyn.

"Aku, sudah menganggap Pak Tun seperti ayahku sendiri. Dia pria yang baik, aku tidak akan memaafkan diriku selamanya, jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Pak Tun." Vyn, kembali terisak. Hanya di hadapan oma Elli, iw bisa menunjukkan sisi kelemahannya.

"Vyn, tenanglah. Sekarang, antar Oma menemui Franklin." Elli berdiri, kemudian Vyn menggandengnya.

"Apa kau tidak ingin, menghapus air matamu dulu? Kau terlihat begitu jelek," kekeh Elli meledek Vyn.

"Biar saja, Oma. Aku akan menemui pria beristri. Untuk apa aku memikirkan bagaimana penampilanku di hadapannya," tukas Vyn.

"Kau tau, seandainya aku tak berhutang janji dengan Matthew. Aku pasti akan menikahkan cucu nakal ku itu denganmu," ucap Elli dengan senyumnya yang hangat.

𝘈𝘱𝘢! 𝘈𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳! 𝘖𝘮𝘢 ... 𝘚𝘦𝘢𝘯𝘥𝘢𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘢𝘶, 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘤𝘶𝘤𝘶𝘮𝘶. 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘦𝘯𝘶𝘩 𝘬𝘦𝘣𝘶𝘴𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘬𝘢𝘯𝘥𝘢𝘴. 𝘈𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘙𝘢𝘪𝘴𝘢 𝘴𝘪 𝘶𝘭𝘢𝘳 𝘥𝘦𝘳𝘪𝘬 𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘢𝘯 𝘍𝘳𝘢𝘯𝘬𝘭𝘪𝘯. 𝘛𝘢𝘱𝘪, 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨. 𝘊𝘶𝘤𝘶𝘮𝘶, 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘙𝘢𝘪𝘴𝘢. 𝘐𝘢 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘭𝘶𝘬𝘢𝘪 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘤𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘣𝘭𝘪𝘴 𝘪𝘵𝘶. 𝘛𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬𝘬𝘶 𝘥𝘪 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢.

Vyn berpikir ia memang pantas ditertawakan dengan segala angannya.

_____

" Oh, Franklin cucuku!" Oma Elli, menghampiri brankar dimana sang cucu kesayangan karena semata wayang. Tengah, terbaring miring di atas tempat tidurnya. Pria tampan itu, tertidur membelakanginya. Membuat, Elli berputar arah, pada sisi brankar lainnya.

"Oma akan cari tau, siapa yang hendak mencelakai Vyn dan berniat menculiknya. Oma, tidak akan membiarkan para pelakunya tenang."

_____

𝘚𝘸𝘦𝘦𝘵𝘺, 𝘮𝘢𝘢𝘧𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶. 𝘙𝘦𝘯𝘤𝘢𝘯𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘨𝘢𝘨𝘢𝘭.

"Bagaimana bisa gagal! Seharusnya kalian sudah membawanya sebelum bantuan datang!"

𝘒𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘦𝘭𝘢𝘩𝘪. 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘳𝘪𝘢𝘬 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘬𝘶.

"Aku tidak tau, honey. Aku tidak pernah melihatnya berkelahi atau sejenisnya. Pantas saja, gadis sialan itu berlagak padaku."

𝘋𝘪𝘢 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘭𝘶𝘬𝘢𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨𝘬𝘶. 𝘉𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘢𝘪𝘬𝘬𝘶.

"Aku sudah membayar mahal, honey. Seharusnya itu bukan urusanku. Tapi, aku akan memberi bonus pada kalian. Jika, Franklin tidak bisa melewati malam ini."

𝘚𝘦𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶. 𝘒𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢, 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘣𝘶𝘢𝘩𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘳𝘢𝘤𝘶𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘫𝘢𝘵𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢.

"Luar biasa, honey. Aku memberi hadiah setimpal untuk kalian semua." Raisa pun mengakhiri panggilan ponselnya, dengan gelak tawa membahana. Lalu, ia melempar rantang makanan ke tempat sampah pinggir jalan. Di mana, saat ini lamborgini nya menepi.

Kembali ke rumah sakit.

"Franklin! Kenapa dia tiba-tiba kejang? Kenapa racunnya kembali bereaksi?" Brandy, panik sekaligus bingung. Pasalnya, sore tadi ia telah menghitung bahwa kadar racun beku itu telah berada di level terendah.

"Aku harus menghubungi Vyn. Obat buatan ku, tidak mempan padanya. Selama aku berlatih pengobatan kuno, guru juga mengatakan. Bahwa penyakit racun beku ini, belum di temukan obatnya sampai saat ini. Racun ini adalah campuran medis dan juga mistis."

"Kalian, tolong jaga pasien di dalam. Perhatikan terus, kondisi detak serta denyut nadinya." Brandy, memberi perintah pada dua orang perawat pria kepercayaannya. Tanpa bermaksud membuang waktu, Brandy segera mencari Vyn. Hingga, keluar area rumah sakit.

"Di mana gadis itu? Franklin tak akan mampu melewati malam ini. Tanpa penawar racunnya."

Bersambung>>>

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***