Kedua tangan Black memeluk erat Aira, mengusap kepala lembut. Senjata di tangan Aira terlepas memeluk erat juga sambil meneteskan air matanya tidak ingin berpisah.
"Aku mencintai kamu Arka,"
"Dan rasa cinta aku jauh lebih besar dari kamu, ikutlah denganku ke kota Nai, kita menikah dan hidup bahagia." Usapan lembut menyentuh wajah untuk menenangkan.
Kepala Aira menggeleng, tidak mungkin bagi dirinya bisa pergi dari hutan, kelompoknya pasti akan mengejar dan menyingkirkan kekasihnya.
"Aku tidak peduli seberat apa rintangan ini, aku pastikan akan membawa kamu pergi,"
Dari kejauhan senjata dia arahkan, Aira membalik tubuhnya menerima tembakan yang dilakukan oleh Delon untuk menyingkirkan Arka.
"Nai, jangan tutup mata kamu." Air mata menetes melihat darah yang keluar.
"Naira, minggir kamu." Delon memeluk meminta wanita yang dicintainya bangun.
Shooting diselesaikan dengan baik, Aira bangun dari tidurnya, menutup hidung sambil menatap sinis, meminta Delon sedikit menjauhinya.
Ai, berjalan meninggalkan lokasi. Menatap Lea yang tersenyum memberikan tepuk tangan karena acting Aira sangat bagus.
"Kenapa kamu n
Nai, eh salah maksudnya Ai." Senyuman Lea terlihat memeluk Aira yang luar biasa.
"Hawa mulut Delon busuk, Aira hampir mati beneran karena baunya. Gila, dia tidak pernah gosok gigi apa?" kepala Aira sampai pusing.
"Bagaimana dengan hawa Blackat?" tim Aira mulai menggodanya, membuat Lea tersenyum malu melihat Aira menatap sinis.
"Wangi, tubuhnya juga wangi, rasanya nikmat sekali dipeluk. Nikmat berada dalam dekapan Blackat, tidak heran banyak wanita yang menantikan bisa tidur dan memeluknya." Aira tertawa bersama timnya yang merasa gemas melihat Ai yang punya pikiran liar.
Suara heboh terdengar, para pria akan ada bermain bola, semua orang bersiap ingin menonton dan melihat Blackat tanpa baju.
"Dasar perempuan otak kotor, Aira juga ikut." Ai berlari memeluk Lea yang memukul kepalanya pelan.
Teriakan banyak orang terdengar, meminta Blackat membuka baju. Kedua tangan Black menutup dadanya, merasa malu disoraki banyak orang agar membuka bajunya.
Teriakan semakin heboh saat Silvi menyerahkan minum kepada Blackat, tapi diabaikan begitu saja.
Baju Blackat basah, dan timnya hampir menang membuat senyuman lebar terlihat. Ai juga tersenyum melihat Blackat yang tampak tampan dengan senyuman lepasnya.
"Buka buka buka," suara sorak meminta Balck membuka bajunya yang sudah basah dan tembus.
Keringat mengalir di wajahnya membuat senyuman Aira terlihat terpesona. Lea mengusap wajah Aira yang seperti ingin menerkam.
Satu pemain dari tim Delon cindera, tidak ada laki-laki yang ingin bermain sehingga tim tidak imbang.
"Aku ingin bermain, aku mau." Aira menunjuk tangan sangat tinggi, dia ingin menjadi penyerang.
Setelah memaksa akhirnya Aira ikut bermain, Black menggeleng melihat seorang wanita yang sama saja anggota mereka tidak imbang.
"Berhati-hatilah aku tidak akan berbaik hati." Black menatap Aira yaang mengikat tinggi rambut panjangnya.
"Aku tidak butuh dikasihani, kita buktikan saja siapa yang lebih hebat." Senyuman Aira terlihat, meminta kerja sama dengan tim Delon.
"Aira, kamu cukup di belakang aku,"
"Tidak perlu, aku ahli dalam permainan ini." dengan penh keyakinan Aira tetap pada posisinya.
Teriakan terdengar saat Aira berhasil mencetak gol, Aira langsung memeluk timnya saat berhasil membobol gawang lawan.
Black meminta timnya tidak meremehkan Aira, meskipun ia perempuan namun memiliki kekuatan yang lebih besar dari dugaannya.
Lidah Aira terjulur mengejar Black, tersenyum sinis langsung mengejar bola kembali.
Penonton tegang, melihat Aira dan Blackat yang sama-sama hebat dalam bermain. Tanpa sengaja Black menendang kaki Aira, tubuhnya hampir tersungkur tapi berhasil ditangkap oleh Black.
Teriakkan tim lawan terdengar, Black menghela napasnya saat tim Aira kembali memasukkan bola.
"Aku tidak akan main lembut lagi, awas saja jika kaki kamu sampai sakit." Black melangkah mundur.
"Kamu yang harus berhati-harti Blackat,"
Baju Blackat terbuka, suara teriakkan menggema. Penonton teriak semua, bahkan laki-laki juga bersorak menyemangati Aira agar tidak goyah jika sampai jatuh ke dalam pelukan Black.
Konsentrasi Aira buyar saat bola berhasil masuk ke gawang, Blackat mengibaskan rambutnya yang penuh keringat. Menjulurkan lidahnya kepada Aira yang sudah cemberut.
Suara peluit terdengar, pertanda waktu pertandingan sudah berakhir. Tim Blackat menang melawan tim Delon.
Kening Aira berkerut, melihat Silvi yang memberikan handuk kering untuk Black dan memujinya sangat hebat dalam permainan.
"Kamu baik-baik saja Ai? coba aku lihat kaki kamu." Delon berjongkok, memeriksa kaki Aira.
"Tidak perlu, aku pergi duluan." Aira berjalan ke arah Lea yang memberikan jempolnya padahal Aira kalah.
"Ai, kamu hebat sekali, bisa segalanya. Bahkan bermain bola juga bisa,"
"Jangan memuji, padahal tadi kalian berteriak Blackat Blackat. Semangat, ditambah dia buka baju, teriakkan kalian membuat aku tidak konsentrasi." Ai mengomel kesal melihat timnya yang menahan tawa.
"Sudah jangan marah, aku masih mendukung kamu." Tangan Lea merangkul meminta Aira kembali ke kamar untuk segera mandi.
Beristirahat lebih awal jauh lebih baik karena mungkin besok ada bom yang mengejutkan. Lea ingin melihat dua pengemar besar dari aktor terkenal dan selebriti terkenal bersatu.
Lea ingin tahu respon mereka, memberikan dukungan atau menjatuhkan idola mereka. Tetap setia atau meninggalkan hanya karena berita kedekatannya.
"Lea, bisa kita bicara." Blackat menatap Lea yang menutup pintu kamar Aira menolak untuk bicara.
Gilang menepuk pundak Black, meminta segera mandi dan beristirahat. Gilang tidak tahu tujuan Lea sebenarnya apa? dia memegang banyak artis hebat, tapi melepaskan mereka saat tahu Aira kembali.
Tanpa izin perusahaan, Lea memaksa untuk membawa Aira menjadi bintang besar. Sekarang Lea membuat Blackat dan Aira terkena skandal, hanya untuk keuntungan pihak yang tidak diketahui.
"Black, kamu jangan terlalu keras kepada Lea. Kita berdoa saja semoga dia tulus kepada Aira." Gilang merangkul Blackat untuk kembali ke tempat mereka.
"Aku takut, Lea membuat Aira celaka. Kematian Anggrek tidak pernah Aira ketahui, Lea menyimpan amarah besar, tapi aku tidak bisa melihat hal jahat yang coba dia lakukan." Kepala Blackat tertunduk, berat sekali langkah kakinya.
Black juga sama kecewanya kepada Aira, tapi tidak bukti yang menyatakan Aira bersalah. Dia bahkan mengalami trauma, sampai dilarikan ke luar negeri.
Awalnya Black berpikir keluarga Aira menutupi semuanya, tapi melihat sikap Ai sepertinya dirinya salah.
"Hilangkan amarah itu Black, Anggrek sudah tenang. Kamu cukup mengawasi Lea agar tidak melakukan kejahatan." Ekspresi wajah Gilang juga tidak nyaman, Lea bisa saja menghancurkan Aira dan merusak karir Blackat.
"Andaikan dulu ada ibu, pasti kamu tidak akan menjalani hidup seperti ini. Aku tidak tahu harus menyalahkan siapa?" Black menutup pintu kamarnya, membuka laci melihat foto keluarganya yang selalu Black bawa ke manapun dia pergi.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 301 Episodes
Comments
yelmi
apa yg terjadi sama anggrek y🤔
2023-06-25
0
Sri Lestari
Waduh bisa Lebih bahaya Lea dari pada netizen indo 😌
2022-08-09
1
Suky Anjalina
Lea bukanya anggrek Thor
2022-08-08
0