Suara Black dan Aira beradu main game sampai hampir subuh, keduanya terlihat akur membahas soal game.
"Kenapa kamu duduk di kasur aku?"
"Kita lagi main,"
"Sana, pindah ke tempat kamu. Aku mengantuk awas dekat-dekat." Kaki Blackat mendengar kaki Aira pelan.
Tatapan sinis Aira terlihat, mengumpat kasar Blackat yang selalu menuduhnya yang tidak baik. Ai langsung pindah ke ranjangnya, menarik selimut langsung memejamkan matanya.
Sudah larut malam Blackat belum bisa tidur, langsung berdiri di depan jendela melihat ke arah bawah.
Kening Blackat berkerut karena melihat banyaknya mobil yang bersusun, Black sudah biasa melihat segerombolan wartawan gosip yang mengejar pemberitaan.
Rambut Black acak-acakan mencari cara agar mereka bisa melarikan diri tanpa diketahui oleh wartawan.
Black menghubungi Gilang, memaksanya untuk segera menjemput karena kondisinya dalam masalah besar.
Kemungkinan ada orang yang melihat Black, dan Aira masuk hotel, memanggil para wartawan untuk menyebarkan berita. Terlalu berbahaya jika mereka sampai ketahuan bermalam bersama.
"Aira bangun,"
Tubuh Aira dipukul mengunakan guling memintanya untuk bangun, sebelum matahari terbit mereka harus segera keluar dari hotel.
"Ai, bangun. Banyak wartawan di luar!" Black menarik tangan Aira agar duduk.
"Kenapa berisik sekali? jika ada wartawan memangnya kenapa?" wajah Aira terlihat kesal menepis tangannya yang terus-menerus ditarik untuk melihat banyaknya wartawan.
Helaan napas Aira terdengar, meminta Blackat tenang. Aktor terkenal takut dengan wartawan, Aira sudah biasa dikerumuni orang banyak, pancaran kamera yang menyilaukan mata.
"Ini bukan masalah dikerumuni Aira, tapi reputasi kita yang menjadi taruhannya." Black memperingati Aira, jika sampai berita mereka berpacaran tersebar pasti heboh, tapi tidak bertahan lama yang bertahannya jeleknya status mereka yang bersama di dalam hotel.
Jika diketahui hanya di restoran ataupun tempat pesta sedang berduaan tidak terlihat buruk, tapi jika di hotel nama baik diri sendiri juga keluarga akan terlibat.
"Sudah Aira peringatkan jika rumah sakit lebih nyaman masih memaksa ke hotel. Kamu ingin menyalahkan siapa?" Ai menatap sinis Black, mengatainya bodoh.
"Masih punya waktu kamu menyalahkan,"
"Jangan khawatirkan aku, pikirkan diri kamu sendiri. Mudah bagi aku untuk lolos dari mereka." Ai naik kembali ke atas ranjang untuk melanjutkan tidur.
Kepala Blackat geleng-geleng, menghubungi Gilang kembali untuk cepat menyingkirkan para wartawan. Black tidak ingin nama baiknya tercemar, apalagi digosipkan dengan Aira yang hanya pendatang baru.
Suara Aira tidur mengorok kembali terdengar, helaan napas Black kembali terdengar. Beranjak dari duduknya melihat kembali ke bawah.
"Bukannya sepi, tapi terus bertambah. Ini sepertinya akan menjadi gosip terpanas tahun ini." Black menatap ke matahari yang mulai terbit.
Suara bel pintu terdengar, black langsung melihat ke arah pintu. Setelah melihat siapa yang datang barulah pintu terbuka.
Gilang tersentak kaget melihat keberadaan Aira yang tidur nyenyak, tangan Gilang menunjuk ke arah Ai yang membuat Black memijit pelipisnya.
"Jelaskan apa ini Black?"
"Ceritanya panjang, intinya tidak terjadi apapun antara kami. Pikirkan cara agar kita bisa keluar dari sini." Mata Black melihat Aira yang bersikap acuh dan tidak terlalu peduli dengan pemberitaan.
Kepala Gilang geleng-geleng karena Aira tidak punya kecemasan sama sekali. Jika berita tayang, setidaknya satu perusahaan heboh, dan juga harus mengeluarkan dana besar untuk menghentikan pemberitaan.
"Black, kenapa kamu tidak membuat skandal bersama Aira?"
"Gila! Aira itu wanita baik-baik, jangan samakan dia dengan artis lain." Tatapan Black tajam meminta Gilang segera melakukan sesuatu.
Senyuman Gilang terlihat, merasa ada yang beda dari sikap Black kepada Aira. Selama bekerja bersama, Gilang tidak melihat Black bersedia satu ruangan, bahkan dengan Silvia sekalipun.
Melihat Aira yang jahil, mulutnya cerewet, dan selalu membuat emosi, Gilang tidak menemukan sisi istimewanya kecuali Aira memiliki wajah yang sangat cantik.
"Aura eh Aira, bangun. Ayo keluar bersama aku,"
"Jangan sentuh dia, aku meminta kamu membereskan para wartawan bukan membangunkan Ai." Selimut ditarik menutupi kepala Aira sampai tidak terlihat sama sekali.
Blackat langsung menghubungi Lea untuk membawa pergi Aira, tapi tidak dijawab sama sekali.
"Apa yang Lea kerjakan sampai tidak menjawab panggilan?"
Selimut terbuka, Aira mengambil ponselnya meminta Kakaknya mengirimkan dirinya sesuatu ke hotel. Aira juga menjelaskan kondisinya yang dikelilingi oleh wartawan.
Aira juga menjelaskan keadaannya bersama seorang pria, Ai hanya membutuhkan pakaian baru untuk menyamar.
Panggilan diakhiri, Aira juga meminjam mobil baru Adiknya. Ai membutuhkan cepat, dan dilakukan tanpa membongkar identitas.
"Kakak kamu tidak marah Adiknya bersama seorang pria?"
"Mereka mengetahui siapa kamu?"
"Siapa aku?"
Kepala Aira menggeleng, dia tidak tahu pasti siapa Blackat. Hanya tahu apa yang ditunjukkan di depan layar, juga pribadi yang tertutup. Masalah siapa Blackat apalagi masa lalunya bukan menjadi urusan Aira.
"Aku memang terlihat bebas, tapi aku selalu diawasi oleh kedua pria. Satunya manusia jenius yang sedang belajar menjadi Dokter anak juga pengusaha, dan satunya pengacara muda yang ingin menjadi jaksa." Ai meminta Black tidak berurusan dengan Dean, dia anak muda yang pemarah, dingin, juga memiliki banyak cara untuk memojokkan, bahkan Mommynya seorang pengacara juga kalah debat.
"Mereka tahu siapa aku? kamu tidak penasaran kenapa aku tertembak?"
"Kenapa aku harus penasaran? masalah hidup aku sudah banyak, tidak punya waktu memikirkan hidup kamu." Ai tersenyum manis, melangkah ke depan pintu saat ada ketukan terdengar.
Senyuman Blackat terlihat, tidak heran Aira merasa hidupnya tenang karena dia dilindungi oleh orang-orang hebat.
"Apa pernah mereka gagal menjaga kamu?"
Kepala Aira mengangguk, ada beberapa kejadian yang membuat Aira celaka. Dan keluarganya tidak bisa berbuat apapun.
"Mereka juga manusia, dan memegang teguh kebenaran. Kesalahan selalu terjadi,"
"Sekarang apa rencana kamu?"
Aira melempar pakaian kepada Black yang membuatnya cukup terkejut, Aira baru tahu jika hotel tempat mereka menginap ternyata salah satu hotel Keluarganya.
"Kamu ingin aku menggunakan ini?" Blackat melempar pakaian wanita, langsung menginjak-injak.
Tawa Aira terdengar, Blackat ngamuk karena disuruh menyamar menjadi perempuan, padahal Ai salah lempar baju.
Aira mengubah penampilannya, menggunakan baju sederhana dan tidak mencolok.
"Kemarilah aku rapikan rambut kamu,"
"Awas jika rusak." Blackat mengunakan kacamata bening, rambutnya sudah lurus dan terlihat berantakan.
Tawa Aira terdengar, menatap wajah Blackat yang tetap tampan meksipun penampilannya cupu.
Aira dan Blackat keluar kamar, Gilang berjalan ke arah kamar, tidak menyadari jika Black sudah melangkah pergi.
Di lobi, Blackat melihat banyak wartawan. Gilang tidak berhasil menyingkirkan satupun wartawan, tapi semakin banyak.
Kepala Blackat celingak-celinguk melihat Aira yang berjalan santai seperti seorang pengusaha muda yang baru meninggalkan hotel.
Senyuman Blackat terlihat, mengangumi Aira yang berpura-pura menjatuhkan kacamatanya di depan para wartawan, berjalan menunduk sambil mengambil kacamata.
Tangan Aira melambai kepada Black karena dirinya berhasil lolos. Hanya tersisa Blackat yang masih duduk di lobi.
"Blackat." Beberapa orang berteriak sambil berlarian.
***
follow Ig Vhiaazaira
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 301 Episodes
Comments
mieya723
Oh Juan juga jadi dokter selain pengusaha
2022-08-12
0
Suky Anjalina
jangan bilang black ketahuan 😂
2022-08-06
0
Ummy Hairul
kenapa makin bgussss seeeeee kelicikan Aira tiada tanding hebaaatttt😍😍😍
2022-08-06
1