Tidak tega melihat Aira menangis, Blackat meminta bantuan seseorang untuk mengantarkan obat. Tangan Ai terluka karena ulah dirinya.
Seseorang memberikan obat dan pembalut luka, Black hanya menatap dari kejauhan. Aira yang menerima obat-obatan terlihat kesal, setelah yang memberikan tidak terlihat langsung dibuang begitu saja.
"Kenapa dia membuangnya? dasar tidak bisa menghargai." Tatapan Blackat kesal melihatnya.
"Kak, kenapa di sini?" Silvia mendekati Blackat yang langsung melangkah pergi.
Tatapan Silvi melihat ke arah Aira yang sendirian sambil tersenyum memainkan ponselnya, Ai kehilangan sinyal saat melakukan panggilan bersama Maminya.
Mata Aira juga tidak sengaja melihat ke arah Silvi, senyuman terlihat langsung pergi membiarkan Aira yang masih duduk sendirian.
"Aira, ayo kita obati luka kamu." Lea langsung duduk menatap tangan aira yang ada lukanya.
Suara Lea mengomel terdengar, dirinya sangat kesal jika Ai mulai diam saat terluka. Bukan segera datang untuk diobati.
"Hari ini aku kesal sekali kepada Black, bisa dia menyerang aku tanpa kasihan. Seharusnya dia mengucapkan terima kasih sudah diselamatkan dari Silvi." Ai binggung di mana letak salahnya sehingga membuat Black marah.
"Ai, bukan soal amarahnya, kamu mencium dia secara sepihak. Pastinya itu sangat mengejutkan. Apalagi hubungan kalian berdua tidak terbilang baik." Senyuman Lea terlihat memastikan kepada Aira jika perbuatan yang berlebihan. Tidak semua orang bisa menerima dicium secara dadakan.
Kepala Aira menggeleng, Ai yakin ada sesuatu yang pernah terjadi antara dirinya dan Black. Apapun yang Ai katakan tidak mengejutkan Black sama sekali.
"Dia mengenal siapa aku, keluargaku, dan masa kecilku. Tetapi kenapa aku tidak mengenalinya?" Kening Ai berkerut meminta tanggapan Lea soal apa yang dipikirkannya.
"Sudahlah jangan terlalu dipikirkan, paling penting kita mencapai apa yang sudah kita rencanakan." Tangan Lea merangkul, mengusap kepala Aira agar tetap fokus kepada shooting agar berjalan sesuai rencana.
Jadwal Aira setelah shooting cukup padat apalagi film sudah tayang dan memiliki ranting tinggi.
Banyak pengemar Aira mengirimkan hadiah sebagai dukungan untuk film pertamanya. Saat ada waktu luang Aira harus melakukan siaran langsung untuk menyapa.
"Jadwal shooting besok, aku harus beradegan jatuh cinta kepada Black. Kenapa penulis membuat wanita yang lebih dulu jatuh cinta? ini menyebalkan sekali." Aira menghela napasnya berkali-kali.
"Bukannya itu Yang paling kamu sukai bisa mengerjai Blackat yang tidak pernah tersentuh." Lea tertawa mencoba menghibur Aira yang terlihat kecewa dengan sikap Black yang tidak tahu diri.
Senyuman Aira terlihat, langsung beranjak dari tempat duduknya untuk segera membersihkan make up dan beristirahat. Mereka akan melanjutkan shooting saat malam hari, dan keadaan akan semakin mencengkram.
"Selamat istirahat Ai, aku akan membangunkan kamu jadi tidurlah." Jempol Lea terangkat, menyemangati sahabatnya.
"Lea , boleh aku bertanya satu hal?" senyuman Aira terlihat menatap dengan tulus.
"Apa?"
"Kita sudah lama saling mengenal, apa kamu tidak pernah kecewa, marah, terluka atas sikap juga ucapan aku selama ini?" AI Tidak memaksa Lea menjawab, dan memintanya memikirkan kembali pertanyaan Aira.
Banyak orang yang terluka atas ucapan airya, tapi Ai tidak pernah memperdulikannya. Dan secara tiba-tiba dia memikirkan Lea yang masih setia menunggunya.
Senyuman Lea terlihat, dia tahu persis buruknya sikap Aira. Mereka tidak kenal satu dua hari, tapi Lea tidak tahu apa sebabnya dia tidak bisa marah, kecewa apalagi menjauhi Aira meskipun berkali-kali dimintai pergi.
Apapun yang orang katakan soal Aira, tidak mengubah perasaanya Lea kepada Ai. Di mata banyak orang hanya keburukan Aira yang terlihat, tapi tidak tahu baiknya
"Aku tahu kamu sebenarnya baik, Lea juga tahu kamu tidak seperti yang orang katakan. Mereka hanya melihat kamu buruk, tapi aku tahu kebaikan kamu." Kedua tangan Lea memegang erat tangan Aira.
"Astagfirullah Al lazim, instifar Lea. Aku masih normal tidak tertarik dengan wanita." Tubuh Aira merinding.
"Ya allah Aira, gila kamu iy? tidak mungkin aku tertarik dengan kamu, kita seperti keluarga Ai, bukan seperti itu?" Lea menjentikkan jarinya ditelinga Aira yang pikirannya aneh.
Senyuman Aira terlihat, langsung berlari ke tempat istirahatnya. Aira hanya penasaran saja saat tidak ada satupun orang yang mendukungnya hanya Lea yang maju paling depan memberikan semangat.
Bahkan Lea juga yang selalu menemaninya setiap ada perlombaan-perlombaan, Lea bukan hanya sahabat, managernya, tapi pengemar setia Aira.
Di depan kamarnya Aira melihat Silvi sedang menunggunya, dengan sikap acuh Aira langsung lewat begitu saja.
Tanpa diizinkan Silvia langsung masuk menatap Aira yang duduk santai merapikan rambutnya.
"Aku ingin menjelaskan soal hubungan aku dan Blackat?"
"Untuk apa? jika kalian ingin bersama kembali, silahkan. Terlalu mudah bagi aku hanya untuk mendapatkan pria seperti Black." Senyuman Aira terlihat, meminta Silvi memperjuangkan kembali cintanya.
"Kamu tidak mencintai Black?"
"Cinta ... maaf cinta itu apa ya?" tawa Aira terdengar, dia tidak tertarik untuk tergila-gila dengan cinta, Black bukan saat-satunya lelaki dalam hidup Aira.
Mendengar Black hanya yang kedua membuat Silvi kesal, saat Black jatuh cinta sulit baginya untuk move on. Sekali patah hati sulit untuk kembali.
"Kamu benar, sekali sakit hati sulit untuk bangkit kembali. Tahu siapa pelakunya? aku tidak peduli soal Black dan kamu, intinya kita tidak saling mengusik." AI mempersilahkan Silvi keluar.
"Kenapa sikap kamu berbeda dengan tadi malam, kamu terlihat seperti sangat tersakiti, tapi hari ini seperti mati rasa." Mata Silvia memincing, merasakan heran dengan peruaanbh sikap Aira.
"Tadi malam kenapa? silahkan keluar." Aira lelah membahas soal cinta, dia datang ingin mencari bakat bukan mengetahui kisah cinta Blackat.
Suara ketukan pintu kembali terdengar. Mata Aira tajam, seperti ingin menerjang hidup-hidup.
Gedoran pintu semakin kuat, membuatnya kesal. Aira membuka bajunya ingin mandi, menghidupkan musik agar tidak bisa mendengar.
Selesai mandi musik dimatikan, Aira mendekati pintu yang sudah hening. Saat terbuka Aira langsung terkejut melihat Black masih menunggu di depan pintu.
Tangan Aira masih memegang handuk yang hanya menutupi paha sampai dadanya. Keduanya langsung saling tatap, pintu ditutup cepat.
"Sialan." Black memegang jarinya yang terluka, di datang karena ucapan Lea jika Aira terluka.Tangannya berdarah dan butuh perawatan khusus.
Lea meminta izin untuk membawa Ai kembali, mereka harus ke rumah sakit besar untuk melakukan pengobatan.
"Kenapa kamu di sini?"
"Katanya kamu terluka dan harus ke kota untuk perawatan?"
Kening Aira berkerut binggung, melihat di belakang Black ada Lea yang sedang lompat-lompat memberikan kode.
Aira yang menyadari langsung meringis kesakitan meminta Black menunggu pergi, Dia harus bersiap-siap untuk kembali.
Tangan Aira yang terluka langsung disembunyikan di belakang. Ai tidak membalut lukanya setelah mandi.
"Aku lihat lukanya?"
"Apa kamu dokter? jika bukan aku rasa tidak perlu." Aira perlahan ingin menutup pintu.
Tangan Black menahan, Dia ingin bertanggung Jawab dengan mengantarkan Aira ke Dokter. Black juga tidak ada shooting di malam hari, sedangkan Lea ada meeting.
Dari jauh Lea memberikan jempol, memberikan waktu kepada Aira untuk memberikan pelajaran kepada Black.
***
follow Ig Vhiaazaira
jangan lupa like coment Dan tambah favorit
vote hadiahnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 301 Episodes
Comments
Sri Lestari
Lea tim sejati
2022-08-09
0
Suky Anjalina
Lea kamu mengerjai kk kamu 😂😂
2022-08-05
1
Ika Alivia Arsyad
luar biasa anak bungsu papi alt...,kira2 isel gimana ya skrg kabarnya
2022-08-05
1