Senyuman Aira tertahan, meminta Black menunggunya sebentar. Ai tertawa puas melihat wajah Black yang penuh rasa bersalah.
Setelah selesai membalut tangannya, Aira mengunakan topi juga masker untuk menutupi wajahnya. Keduanya meninggalkan lokasi mengunakan kapal.
"Kita tidak dikawal?"
"Kamu ingin menjadi perhatian?" Black menatap tangan yang Aira balut.
"Jika tahu itu sakit seharusnya tidak memaksakan diri,"
Aira memalingkan wajahnya, mengabaikan Blackat yang mulai ceramah padahal dia yang berbuat.
Perjalanan dari lokasi shooting tidak terlalu jauh, Black dan Aira melanjutkan menggunakan mobil untuk ke rumah sakit.
Di dalam mobil Ai mencium bau wangi, memegang sebuah parfum yang langsung dirampas oleh Black.
"Jangan menyentuh yang bukan milik kamu,"
"Dasar pelit,"
Mobil melaju pergi, sekuat tenaga Aira menarik sabuk pengaman dan terlepas. Sikunya menghantam dada Black yang berniat membantu.
Wajah Aira nyegir melihat Blackat yang meringis kesakitan, dadanya terasa sesak karena tenaga Ai yang sangat kuat.
"Sorry,"
"Pasang sabuk pengaman." Black memegang dadanya.
cengkraman kuat di setir mobil terlihat, urat tangan Black sampai terlihat. Keringat dingin juga nampak di keningnya.
Melihat perubahan kondisi Black membingungkan Aira. Pria yang terkenal sehat dan kuat hanya satu kali sentakan langsung terlihat sangat menahan sakit.
"Kamu kenapa Black?"
Suara napas Black terdengar, Aira meminta mobil segera dipinggirkan. Tidak kuat menahan sesak dadanya Blackat langsung menepi.
Beberapa tisu Aira keluarkan, mengusap kening yang sudah penuh keringat. Tangan Black memegang dadanya sambil meringis sakit.
"Kenapa begini?" Ai menarik tubuh Black untuk duduk di tempatnya.
Aira mengambil alih mobil, menjalankannya menuju rumah sakit. Perasaan Aira sangat cemas, dia tidak sengaja terkena dada.
Tangan Black menunjuk ke arah dasbor, Aira melihat sebuah botol obat kecil mengeluarkan isinya memberikan.
"Di mana air minumnya?" Aira mengambil minum di tasnya, menyerahkan kepada Blackat.
Black jatuh pingsan, tubuh Aira langsung lemas juga binggung. Rasanya Aira juga ingin pingsan, lalu siapa yang akan membawa ke rumah sakit?
"Sebenarnya ini siapa yang ingin diobati?" Ai mengaruk kepalanya.
Tubuh Blackat juga panas, Aira menenangkan dirinya berpikir positif kemungkinan Blackat memiliki penyakit tidak boleh disentuh dadanya.
Sesampainya di rumah sakit, Aira meminta bantuan tim medis mengeluarkan Black. Membawanya ke dalam ruangan rawat.
Aira menjelaskan apa yang terjadi, dan menunjukkan obat yang Blackat konsumsi. Ai memegang dadanya berharap Blackat tidak mati.
Baju Blackat dibuka, Ai menunggu di luar saat dokter memeriksa kondisi Black yang secara tiba-tiba jatuh pingsan.
"Apa dia serangan jantung?" Ai masih menduga-duga.
Cukup lama Aira menunggu, barulah Dokter keluar. Mengembalikan obat yang Aira berikan. Dokter menjelaskan kondisi Blackat yang cukup mengejutkan Ai saat mendengarnya.
Mata Aira tidak berkedip sama sekali, hanya berdiri termenung dengan perasaan campur aduk. Luka sebesar apa yang Black alami sampai dia begitu terluka.
"Kenapa harus aku yang ada di sini?" Aira berjalan masuk ke ruangan Blackat.
Selimut yang menutupi tubuh Black dibuka, Aira melihat bekas luka tembak yang masih membekas. Meskipun luka sudah sembuh total, tapi traumanya masih membekas.
Rasa sakit yang Black rasakan masih sama seperti pertama kali dia terluka, tidak ada yang bisa Aira katakan. Dia sangat terkejut dengan fakta baru soal Blackat yang mengkonsumsi obat dengan dosis tinggi sebagai penenang.
"Kamu cukup kuat bertahan dengan rasa sakit ini," Aira merasa kasihan kepada Black yang menanggung sakit tanpa banyak orang yang tahu.
Mata Black terbuka, melihat Aira yang duduk menatapnya lemas. Aira terlihat seperti anak kecil yang sedang menunggu.
"Sudah bangun?" Senyuman manis terlihat, bernapas lega bisa melihat Black akhirnya terbangun.
"Kita di mana?"
"Hotel,"
"Aira jangan bercanda, hidup kamu penuh lelucon." Black langsung duduk, memegang dadanya, melirik Aira yang menopang dagu memperhatikan.
Tidak nyaman diperhatikan, Blackat langsung turun dari ranjang. Berjalan ke arah pintu seakan-akan dia baik-baik saja.
Perawat mengizinkan Black istirahat di rumah, tidak terlalu banyak pikiran sehingga traumanya tidak muncul.
Selesai pembayaran barulah Black terpikirkan soal tangan Ai, menatap wanita berisik yang berjalan di belakangnya.
"Bagaimana kondisi tangan kamu?"
"Baik." Aira mengangkat tangannya, menunjukan kepada Black jika tangannya sudah diobati.
Dikarenakan sudah malam, Black mencari hotel untuk mereka menginap. Aira langsung mengerutkan keningnya cemberut.
"Aku lebih suka menginap di rumah sakit daripada hotel?"
"Perempuan aneh. Rumah sakit tempat orang sakit, sedangkan di hotel tempat orang bermalam dan istirahat." Kepala Black menggeleng, menghela napasnya melihat tingkah laku Aira.
Kepala Aira menggeleng, dia tidak ingin tidur sendirian. Jika Blackat masih memaksa, Aira memilih tidur di mobil.
"Terserah kamu, aku tetap akan menginap di hotel." Black tidak ingin mengambil resiko jika banyak orang yang mengenali mereka.
Sampai di hotel, Aira tetap keras kepala menolak untuk tidur sendirian. Black lelah membujuk Aira.
"Ai, kamu itu mempunyai banyak pengendara, bahaya jika sampai ada yang tahu." Black memakai topinya ingin turun.
"Aku takut tidur sendirian di hotel. Mami melarang Aira tidur di tempat yang berbahaya,"
"Hei perempuan sinting. Lebih bahaya lagi jika kita tidur berdua." Black memaksa Aira untuk keluar dan mengikutinya.
Dengan wajah kesal, Aira akhirnya ikut. Blackat memesan dua kamar melangkah masuk lift untuk segera tidur.
"Om, Tante Aira boleh ikut tidur tidak?"
"Ini malam pertama kami, apa kamu begitu takut tidur dengan suami kamu?"
Tangan Aira langsung ditarik masuk kamar, Black hampir meremas mulut Aira yang menyebut nama di depan orang.
"Aira hati-hati,"
"Sudah dikatakan Aira takut tidur sendirian." Kedua tangan Aira memohon agar tidur satu kamar.
Black mengancam Aira jika sampai menyentuhnya lagi akan melaporkan ke polisi sebagai pelecehan. Black meminta Aira tidur jauh darinya.
"Bukannya seharusnya aku yang mengatakannya?"
"Aku tidak tertarik dengan kamu, tapi kamu yang suka langsung mencium aku. Awas ya jika sampai menyentuh lagi." Blackat memicingkan matanya memperingati Aira.
Bibir Ai monyong, langsung naik ke atas ranjang menatap pria kasar yang memilih berdiam di toilet.
Lama Aira menunggu Blackat keluar, merasa cemas mungkin Black pingsan lagi karena dadanya terbentur.
"Kakak hitam, kenapa lama sekali? kamu melahirkan atau mengeluarkan batu?" Ai menggedor pintu kuat memaksa Black keluar.
"Diamlah Aira! kenapa perempuan satu ini selalu menganggu?"
"Apa yang kamu lakukan? lama sekali. Kakak hitam ...." pintu langsung terbuka, Black mengangkat tangannya ingin memukul Ai.
Tatapan sinis terlihat, Black lompat ke atas tempat tidur melanjutkan main game membiarkan Aira yang giliran berdiam diri di toilet.
"Kakak Hitam, apa yang dilakukan di toilet selama itu? busuk tahu." Aira keluar sambil menutup hidungnya.
Black sudah menutup wajahnya menahan tawa, melihat wanita konyol seperti Ai. Aira juga wanita yang unik karena tidak bertanya penyebab Black trauma, juga soal Luna tembaknya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 301 Episodes
Comments
Irma herfiana
mungkin ria trauma karna kejadian Shin dulu
2022-08-05
0
Nyuwita
Adriana cari mati kalo mami Alya tau🤣
2022-08-05
0
Suky Anjalina
apa mungkin black ketembak karna ria Tika dan Dina bertarung dulu 😁
dan kenapa Ai takut tidur sendiri di hotel
2022-08-05
2