Kepala Black berdenyut sakit, berjalan balik arah. Mengikuti Aira terlalu menyesatkan, ia tidak mengetahui apapun soal hutan, tapi kebanyakan gaya dengan berjalan lebih dulu.
Giliran Aira yang mengikuti Black dari belakang, keduanya berkeliling di dalam hutan sampai kelelahan.
"Ai tidak sanggup lagi berjalan, kaki rasanya ingin lepas,"
"Salah kamu sendiri yang menyebabkan kita nyasar di hutan, dari dulu aku selalu terkana masalah setiap kali bertemu dengan kamu." Black jauh berjalan di depan mengabaikan Aira yang duduk diam menunggu bantuan.
Aira masih memikirkan ucapan Blackat, dia sepertinya mengenal baik siapa dirinya. Black selalu mengatakan jika dulu dan dulu.
"Apa kami saling mengenal? kenapa aku tidak tahu?" Ai duduk di bawah pohon, sedangkan Black tidak terlihat lagi keberadaannya.
"Aira!" Suara Blackat balik lagi terdengar, menatap Ai yang masih duduk sambil tersenyum.
"Sudahlah, lebih baik duduk. Kita sudah tersesat di sini. Biarakan orang-orang akan datang eneukan kita." Ai memejakan matanya, ttangannya eegang perut, meerasakan lapar karena belum makan siang.
Tidak ada pilihan bagi blakat, ucapan ada benarnya. Semakin ereka berjalan ke dalam kondisi akan semakin kacau.
Menunggu mnejadi pilihan terbaik, mereka hanya bisa berdiam samapai bantuan datang. Black juga mngkhawatirkan hari akan berganti malam, hutn menjaddi tempat yang menakutkan saat malam hari.
"Ponsel tidak ada sinyaal, foto saja." Ai tersenyum manis menunjukka spot foto yang tidak ditemukan di amanapun.
"Aira kamu tidak takut, ya?"
"Takut apa?" Ai mendekati Black yang hanya duduk diam.
Kepala Blackat hanya bisa geleng-geleng, Aira memnag wanita paling aneh. Jika perempuan lain pasti akan menangis berada di dalam hutan.
Senyuman Aira terlihat, dia sejak kecil sudah terlatih mandiri. Maminya mendidiknya sangatlah keras, bahkan keduanya seperti musuh bebuyutan. Begitupun dengan Papinya yang selalu membiarkan Aira melakukan kesalahan, dan mencoba bangkit sendiri.
"Hutan tempat yang sangat indah, udara sejuk, pemandangan indah, hening, dan sangat tenang." Ai langsung naik ke atas pohon, membiarkan Black sendirian di bawah.
Tanpa Aira ceritakan, Black tahu siapa keluarganya. Rata-rata orang hebat dan berhati baik, hanya Aira saja yang sejak kecil memilki karakter yang buruk. Sampai Black juga tidak mengerti kejadian beberapa tahun yang lalu menyebabkannya sangat membenci Aira.
"Kakak hitam ayo naik, jangan dibawah, bahaya." Ai menatap punggung Black yang mengabadikan nya.
"Aku tidak bisa naik pohon seperti kmu yang mirip monyet." Black langsung berdiri mendengar suara anjing hutan, Aira yang berada di atas hanya melambaikan tangannya meminta Black lari.
Dari atas Aira sudah melihat adanya anjing hutan yang terlihat kelaparan. Black berlari kencang saat anjing terlihat, Aira hanya tertawa mendoakan Blackat selamat dari mangsa anjing.
Aira hanya melambaikan tangannya, meminta Black naik ke atas pohon, tapi masih saja keras kepala.
"Aira tolong!" Black balik lagi ketakutan,"
Merasa kasihan akhirnya Aira turun mengejar Blackat dan anjing hutan untuk menyelamatkan pria keras kepala.
Lemparan kayu menghantam kepala anjing, Aira memanggilnya dengan nada lembut, Anjing melihat ke arah Aira, langsung duduk dengan suara sedih.
Aira langsung mengusap kepala anjing, menenangkannya. Ai baru tahu jika dia hewan peliharaan yang berpisah dari tuannya.
"Kamu lapar, sama kita juga. Jangan makan dia, tubuhnya penuh racun." Aira memeluk lembut.
"Kamu tahu tidak anjing itu haram?"
"Tidak perlu ceramah, kamu mirip kakek-kakek." Ai melihat Blackat yang mandi keringat karena lari-larian.
Aira mengikuti anjing untuk menemukan jalan keluar, dia anjing pelacak yang sedang mencari tuannya.
"Yakin tidak nyasar?"
"Emh ...percaya saja sama aku, meskipun hidup kaya aku calon gembel. Jadi sudah terlatih beradaptasi dengan apapun." Ai berjalan sambil lompat-lmpat seperti tidak punya beban sama sekali.
"Jauhkan anjing itu,"
Dari kejauhan terdengar suara sayup-sayup memanggil, Black langsung berteriak dan diikuti suara anjing.
Aira yang mendengarnya langsung tertawa, suara Black diiringi oleh suara anjing. Keduanya terlihat mirip dan sangat lucu di mata Aira.
"Blaki, ya Tuhan. Kamu dari mana saja." Seorang pria tua bersama para anggotanya tiba.
Anjing yang bersama Aira langsung berlari lompat memeluk tuannya, Ai tersenyum menyapa.
"Apa kalian berdua nyasar?"
"Tidak, kita hanya berjalan-jalan di hutan. Tidak sengaja bertemu anjing ini." Tangan Blackat menarik Aira mendekatinya.
"Kita antarkan kalian keluar,"
"Tidak perlu, kita hanya perlu lurus dan bertemu dengan tim yang lain. Kami permisi." Black merangkul Aira, berjalan santai menunju keluar dari hutan belantara.
Aira tidak mengerti alasan Blackat menghindar, padahal mereka bisa kembali bersama-sama.
"Kamu kenapa?"
"Sebaiknya kita berlari, kita sudah hampir sampai tempat shooting." Black berlari diikuti oleh Aira yang merasakan tidak nyaman juga.
Tangan Aira ditarik bersembunyi di antara pohon besar, beberapa pria yang ada di belakang terlihat mencari keberadaan.
"Mereka berdua selebriti terkenal, jika kita bisa menahannya ini bisa menghasilkan banyak uang." Terdengar pembicaraan yang sudah Black duga.
Tubuh Aira melemas, memeluk tubuh Black. Senyuman Ai terlihat merasakan nyaman berada dalam rangkulan pria angkuh.
Suara tembakan terdengar, beberapa orang yang mengejar Black dan Aira berlarian. Tangan Aira ditarik, tubuh Blackat didorong kuat sampai jatuh.
"Dean,"
"Kenapa kamu kehilangan koneksi berjam-jam? tahu sendiri kita sibuk, kenapa harus datang ke jarak sejauh ini?" suara Dean marah-marah terdengar.
"Seharusnya kamu datang lebih cepat, sehingga kita tidak harus berlama-lama di dalam hutan." Black berdiri menatap seorang pengacara muda yang terkenal di dalam keluarga Dirgantara.
Dean berusaha mengatur napasnya, jika tidak atas keinginan Juan tidak mungkin Dean akan datang apalagi tahu jika Aira selalu mengacau.
"Kenapa kamu ada di sini Dean?"
"Aku pergi sekarang, cepat kembali dengan tim. Jika kamu tetap ingin menjadi artis tolong kurangi nakalnya." Kepala Dean berdenyut apalagi melihat aktor yang bersama Aira.
"Aira, astaga Ai. Kamu dari mana saja? kita semua mencari kamu." Lea memeluk erat, begitupun dengan Aira.
"Kamu managernya Aira? bisa tidak mengawasi lebih ketat lagi." Tatapan Dean sinis, mengancam Lea jika terjadi sesuatu kepada Kakaknya. Dean pastikan perusahaan Lea akan hancur.
Blackat yang mendegarnya langsung menantang balik Dean, dia seharusnya membawa Aira pulang dan menjadi pengusaha bukan artis.
"Siapa kamu? apa kita saling mengenal?" senyuman sinis Dean terlihat.
Pelan-pelan Aira dan Lea mundur, keduanya langsung berlari meninggalkan dua pria yang sedang berdebat. Dean tidak pernah kalah sehingga Blackat hanya bisa mengumpat.
"Aira!" Dean berteriak melihat Ai sudah menghilang.
"Aku ingatkan, jaga ucapan kamu terhadap Lea." Blackat langsung melangkah pergi meninggalkan Dean yang bekali-kali mengusap wajahnya langsung bergegas kembali ke kota.
***
follow Ig Vhiaazaira
jangan lupa like coment Dan tambah favorit
vote hadiahnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 301 Episodes
Comments
Sri Lestari
Penasaran ada hubungan apa black sama Lea
2022-08-09
0
Nyuwita
untung ketemu Dean... kalo nggak dah jadi tawanan penyamun kamu Ria🤭
2022-08-04
0
Suky Anjalina
Dean hebat banget ya bisa tau Ai dimana 👍👍👍
2022-08-04
1