Semua orang bernapas lega karena Black dan Aira kembali dengan keadaan selamat. Shooting dibatalkan karena keduanya secara tiba-tiba tidak bisa ditemukan.
"Kenapa Dean bisa ada di sini?" Lea menatap Ai yang baru selesai mandi.
"Biasalah, dia pasti tahu jika aku kehilangan kontak." Ai menatap Lea yang mengangguk pelan.
Senyuman Lea terlihat, dia mengangumi Dean yang sangat pintar. Dia juga pria dingin dan tidak banyak basa-basi.
"Jangan mengangumi Dean, dia pria gila." Ai memejamkan matanya merasa tubuhnya lelah.
"Kenapa kamu selalu merendahkan Dean? bukannya dia pria yang sangat hebat,"
Kepala Aira mengangguk, tentu saudaranya sangat hebat. Bukan hanya Dean, Juan juga sama hebatnya, tapi mereka berdua terlalu serahkan dan ingin hebat dalam segala hal.
Lea sepemikiran dengan Ai, dua saudara Aira memang hebat dalam segala hal. Hanya Aira satu-satunya yang meremehkan segala hal, tidak terlalu memikirkan soal persaingan antar saudara.
Melihat Aira sudah tidur akhirnya Lea memilih keluar kamar, berjalan di sekitar sambil menatap dua orang dari kejauhan.
Rumor yang tersebar memang ada benarnya, hubungan Black dan Silvi ternyata fakta. Lea pikir sikap dingin Black itu berpengaruh untuk semua wanita, ternyata hanya pencitraan.
Tangan Silvi memeluk Black dari belakang, merasakan bau wangi tubuh pria yang baru sudah mandi.
"Malam ini dingin sekali Black, tapi memeluk kamu rasanya hangat." Senyuman lebar Silvi terlihat.
Blackat menepis tangan Silvi, menariknya agar berdiri di depannya. Cengkraman tangan Black sangat kuat membuat wajah Silvi meringis kesakitan.
"Lepaskan Black, sakit." Tangan Silvia memegang pergelangan tangannya, merasakan sakit ulah Black yang tidak ragu bersikap kasar.
"Jauhi aku, jika tidak mungkin aku akan lebih kasar dari ini." Ancaman terdengar, Black langsung melangkah pergi.
Suara Silvia memanggil terdengar, dia ingin tahu alasan Black marah kepadanya dua tahun yang lalu padahal hubungan kita dalam keadaan baik.
Sikap Black kekanakan sebagai aktor terkenal, seharusnya dia bersikap profesional. Tidak membawa hubungan pribadi ke dalam perkejaan.
"Hubungan pribadi apa maksudnya kamu? itu pencemaran nama baik. Kamu ingin mengungkapkan soal keluargaku!" Emosi Black naik, dia paling anti jika orang membahas keluarganya apalagi Ibunya yang sudah meninggal.
Dua tahun yang lalu, Black membuka hatinya. Mencoba akrab dengan Silvia sebagai sesama selebriti, berharap dia wanita yang bisa memahami. Kenyatannya, Silvia melakukan siaran langsung mengatakan jika dia tidak tertarik dengan pria yatim piatu apalagi ibunya dituduh wanita malam.
Black bahkan menghabiskan milyaran untuk menghentikan kekacauan saat itu, meksipun hanya beberapa menit, tapi Silvia sudah mengungkap luka di hati Black.
"Aku sudah meminta maaf soal itu, lagian itu hanya candaan Black,"
"Jika kamu bukan perempuan sudah aku tampar, sikap kamu yang suka bercanda tidak pada tempatnya." Tangan Black mengepal di depan wajah Silvia.
Air mata Silvia menetes, dia benar-benar meminta maaf karena tidak memikirkan perasaan Black. Para pengemar saja yang berlebihan menangapi.
"Aku tidak menyebut nama,"
"Silvia. Kita ini bekerja di layar dan selalu menjadi perhatian banyak orang. Bagaimana kamu bisa menyalakan mereka padahal kamu yang berbuat salah? sesuatu yang diklarifikasi saja masih ada pro kontra. Pikir pakai otak jika bicara." Black ingin pergi, tapi tangannya ditahan.
Tangisan Silvia terdengar, dia tidak ingin hubungannya dan Black berjarak. Ingin kembali seperti dahulu sebelum adanya salah paham.
"Maafkan aku Kak, janji Via tidak akan mengulanginya lagi." Silvia bahkan bersumpah tidak akan melakukan kesalahan kedua.
Kepala Blackat mengangguk, dia sudah memaafkan apa yang terjadi karena sudah berlalu. Masalahnya juga sudah selesai, tidak ada lagi rumor buruk, tapi Black tidak bisa kembali seperti dahulu. Dia memilih menjauh, daripada kembali ke tempat awal.
"Kenapa Kak? apa perasaan dulu sudah tiada? apa benar soal pemberitaan hubungan Kakak dan Aira?" Mata Silvia merah, menahan hancur hatinya.
Selama dua tahun Silvia terus meminta maaf dan mencoba mendekati Black kembali, melakukan segala cara agar bisa bertemu.
Black tidak menjawab pertanyaan, memilih untuk pergi. Silvia yang belum puas terus mengejar meminta kepastian.
"Kak jawab dulu. Berita itu tidak benarkan?"
"Bagaimana jika benar?"
"Tidak mungkin. Aku tahu seorang Blackat tidak mudah jatuh cinta." Kepala Silvia menggeleng, meminta buktinya.
"Terserah percaya tidaknya, aku harap kamu lebih dewasa lagi." Black menepis tangan Silvi.
Suara berdehem terdengar, tatapan matanya tajam melihat dua orang yang berbicara serius bahkan sampai menangis.
"Apa yang kalian berdua lakukan? tidak melihat sekarang jam berapa? jika orang sampai tahu, pasti akan ada rumor besok pagi." Kedua tangan Aira terlipat di dada.
Kening Black berkerut melihat Ai bisa ada di daerah tempat tinggal Blackat, padahal jarak ruangan mereka cukup jauh.
"Aira, aku mendengar apa yang Black katakan tadi?"
"Apa?" Ai terlihat sangat serius.
"Cukup Silvia, aku tidak ingin membahasnya lagi," Black rasanya ingin menghilang berharap Aira tidak tahu.
Dengan lantang Silvia mengulangi pertanyaan yang sama kepada Aira, dan juga memberitahukan jawaban dari Blackat yang tidak bisa dirinya percaya.
Silvi sangat mengenali Black, dia sangat tertutup. Tidak mudah baginya beradaptasi dengan sembarang wanita.
"Aku sedikit tersinggung dengan ucapan kamu, wanita sembarangan apa maksudnya?" Ai bertanya balik, menggelengkan kepalanya merasa kecewa dengan Black juga Silvi.
"Kita pergi dari sini Aira." Black menggenggam tangan Ai.
Tangan Black langsung ditepis, Aira mengulangi pertanyaan. Silvia sedang menghinanya.
"Jika kami memiliki hubungan, apa harus melapor kepada kamu? apa kurangnya aku? apa baiknya kamu? berdua dengan pacar orang di luar jam kerja. Kalian sungguh keterlaluan, sudah bertemu sembunyi-sembunyi, dan menghina juga." Air mata Aira menetes meminta Silvi meminta maaf kepadanya karena sudah merendahkan.
Black hanya terdiam melihat Aira yang menangis seperti orang yang sedang memergoki suaminya berselingkuh, menangis sambil mencoba untuk tersenyum.
Senyuman sinis Black terlihat, mengakui Aira memang ratu drama yang bisa menipu semua orang dengan ekspresinya.
"Kita bicara lagi Black," ucap Silvi tenang.
"Kamu membutuhkan bukti ... lihatlah." Aira mendekati Blackat mencium sekilas bibir pria dihadapannya.
Hentakan kaki Silvia terdengar langsung melangkah pergi sambil berlari, sedangkan Aira mengusap air matanya menatap Blackat yang menjadi patung.
Jempol Aira menyentuh bibir Blackat, membersihkan sambil tersenyum manis. Melihat mata Black terbelalak besar.
"Kenapa? apa kurang buktinya? bukannya orang pacarannya seperti itu. Tidak harus mengucapkan terima kasih, aku memaklumi kamu. Santai saja Kakak hitam, Aira cukup berpengalaman soal sandiwara." Senyuman Aira terlihat, melambaikan tangannya melangkah pergi dengan pinggulnya bergerak seperti model.
Kedua tangan Blackat mengusap wajahnya, meremas rambutnya sambil meneriaki nama Aira.
"Ai!"
"Iya sayang, kenapa mau lagi?" Aira berlari mendekat.
"Kamu wanita sinting,"
***
follow Ig Vhiaazaira
jangan lupa like coment Dan tambah favorit
vote hadiahnya
follow Ig Vhiaazaira
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 301 Episodes
Comments
yelmi
Aii gila y... maen nyosor j🤣🤣🤣manis g Aii🤣🤣🤣🤣🤣🤭
2023-06-25
0
ai yua
ahhh sama kyk mamanya lhhh..nyosorrr
2022-10-05
0
Ghiry Cahaya Sufi
jadi rindu tika sama shin, gimana kabar mereka ya
2022-08-31
0