"Aku ingin bicara dengan Aya. Bukan denganmu" Ucap pria itu yang ternyata adalah Gabriel.
"Aku calon suaminya. Jadi bicara denganku atau dia sama saja" Balas Annelka.
"Lagipula aku tidak punya urusan lagi denganmu" Aya berucap dari balik punggung Annelka.
"Kau dengar? Sekarang pergilah. Sebelum aku menyuruh keamanan menyeretmu keluar"
"Aya kau harus dengar penjelasanku dulu"
"Tidak mau!"
"Sudahlah Gabriel. Pergi sekarang sebelum kesabaranku habis"
"Apa kau menikah dengannya karena terpaksa? Apa karena dia mengancammu?" Gabriel masih kekeuh belum mau menyerah.
"Itu bukan urusanmu!" Annelka mulai menaikkan oktaf suaranya.
"Aku tidak bertanya padamu. Tapi pada Aya. Aya jawablah"
Annelka langsung menatap Aya yang jelas bimbang.
"Jika kau meminta pendapatku. Aku lebih memilih Annelka ketimbang Gabriel. Gabriel jelas mengkhianatimu. Tapi Annelka tidak. Dia justru ingin bertanggungjawab atas apa yang dia lakukan padamu"
Satu ucapan Eva terlintas di kepala Aya.
"Dia tidak mengancamku. Aku menikah dengannya setelah aku melihatmu bercinta dengan perempuan itu. Aku juga bisa melakukannya. Kau menyakitiku. Aku juga bisa membalasnya"
Annelka tersenyum kecut mendengar jawaban Aya.
"Kalau begitu kau tidak mencintainya. Kau masih mencintaiku. Menikahlah denganku"
"Jangan harap. Aku tidak mau menikah dengan bekas wanita lain"
Gabriel terbahak.
"Apa kau pikir, dia sepolos itu. Dia juga bekas perempuan lain" Gabriel mencoba mempengaruhi Aya.
"Apa maksudmu?"
"Aku melihat sebuah video. Sepertinya itu dirimu yang tengah bercinta dengan seorang wanita"
Annelka dan Aya saling pandang.
"Kau bohong!" Aya menyangkal.
"Kau tidak percaya. Tunggu sampai video itu tersebar. Lalu kau akan menyesali keputusanmu"
Annelka langsung melayangkan tatapan tajam pada Gabriel.
"Berarti yang disimpan oleh Paman itu benar-benar milik Annelka. Aku harus bisa mencurinya. Dan menunjukkannya pada Aya. Dengan begitu dia akan membatalkan pernikahannya" Tekad Gabriel.
**
"Selidiki Gabriel. Aku pikir dia tahu soal video itu. Akan membahayakan Aya jika sampai tersebar"
Satu perintah dari Annelka yang langsung mendapat anggukan dari Tria.
Annelka menatap keluar jendela ruang kerjanya. Mereka sudah kembali ke rumah masing-masing. Annelka sekarang berada di rumahnya. Sebuah rumah megah dengan design modern futuristik.
Kredit Pinterest.com
Hampir semua dindingnya terbuat dari lembaran kaca dua arah. Dengan ketebalan yang mampu menahan serbuan peluru. Juga anti pecah.
"Aku tidak akan membiarkanmu mengambil Aya dariku. Apapun yang terjadi"
***
"Kau melamun?" Eva bertanya. Mereka berada di penthouse Annelka.
Eva benar-benar takjub pada kemewahan penthouse Annelka.
"Gabriel tadi menemuiku di butik"
"Lalu?"
"Dia ingin aku membatalkan pernikahanku dengan Annelka"
"Lalu kau akan menurutinya?"
Aya menarik nafasnya dalam.
"Entahlah Va. Aku bingung"
"Jangan bimbang. Itu biasa terjadi pada pasangan yang akan menikah. Gangguan atau kebimbangan akan muncul di hati dan pikiran kalian"
"Sok tahu kamu. Memangnya kamu pernah menikah?"
"Belum sih. Tapi aku menangani beberapa kasus seperti itu. Stres dan depresi sebelum hari pernikahan. Membuat pasangan calon pengantin ragu dengan keputusan yang sudah mereka ambil"
"Lalu aku harus bagaimana?"
"Ya itu kembali pada dirimu. Mau percaya Gabriel atau Annelka"
Gabriel jelas berkhianat di depan mata Aya. Tapi Annelka, itu baru isu yang Gabriel hembuskan untuk membuat dirinya ragu untuk menikah dengan pria itu.
Dan selama seminggu itu baik Aya dan Annelka sama-sama sibuk dengan pekerjaannya. Sebab keduanya akan libur dua atau tiga hari setelah pernikahan mereka.
Meski Aya benar-benar setengah hati dalam menjalani pernikahan itu. Tapi Aya menurut saja ketika Farris menyusunkan schedule kerjanya selama seminggu ini. Agar tidak ada operasi yang terlewat.
Aya berjalan lelah setelah selama seminggu ini hari-harinya penuh dengan schedule operasi yang benar-benar padat. Dan hari ini hari terakhirnya. Besok sore adalah hari hukumannya alias pernikahannya. Jadi dia ingin menemui Karen sebelum pulang.
"Karen..." Aya memanggil lirih. Meletakkan paperbag berisi ayam geprek yang sedianya akan jadi menu makan malamnya dengan Karen.
Tapi gadis itu tidak menyahut. Nampak terlelap dalam tidurnya.
"Ahh dokter Aya. Kebetulan ke sini"
"Ada apa ya suster Aida?"
Tanya Aya yang heran melihat wajah tidak biasa dari perawat Karen itu.
"Tadi Karen sedikit drop. Jadi dokter Siska melakukan tes lagi"
"Lalu apa hasilnya bagaimana?"
"Belum keluar dok. Masih minggu depan. Makanya ini Karen diistirahatkan lebih awal. Agar kondisinya cepat fit"
Aya menatap sedih wajah Karen yang telihat lebih pucat dari biasanya. Entah kenapa dia jadi merasa bersalah. Sejak pernikahannya dengan Annelka diumumkan ke publik. Aya jadi tidak punya waktu untuk menemui Karen.
Saking sibuknya. Dia bahkan tidak tahu perkembangan keadaan Karen.
"Maafkan Kakak, Ren" Aya berucap sendu. Mencium lembut kening Karen. Lalu menggenggam tangan gadis kecil itu. Perlahan Aya meletakkan kepalanya di samping tubuh Karen. Pelan mata itu terpejam sambil duduk.
"Kakak..." Karen berucap lirih hingga Aya yang tertidurpun tidak mendengarnya.
"Karen ingin melihat Kakak bahagia. Maafkan Karen yang selalu merepotkan Kakak. Karen sayang Kak Aya"
Sebutir air mata mengalir di sudut mata Karen. Gadis itu langsung memalingkan wajahnya. Ketika dirinya mulai terisak lirih.
***
Aya menatap hampa pada wajahnya yang tengah dirias oleh Pinkan. Meski sempat protes dan berdebat dengan Annelka karena Aya menolak MUA yang pria itu sediakan. Sebab Aya lebih memilih Pinkan.
"Kemarin minta yang full cewek. Sekarang malah pilih wanita setengah pria itu" Gerutu Annelka sambil keluar dari penthouse miliknya.
"Thank you ya nek sudah milih aku jadi MUA you"
Aya hanya tersenyum samar.
"Senyum dong nek sebentar lagi kan elu bakal jadi nyonya Annelka Carter. Posisi paling diincar wanita seantero negeri"
Tapi wajah Aya semakin mendung. Pinkan jadi serba salah jadinya.
"Kenapa?" Tanya Eva yang masuk ke ruang tengah tempat dimana Aya dimakeup.
"Malah mau mewek. Gue kan jadi gak tega mau make up-in dia"
"Biasa. Dia sedih keingat keluarganya yang sudah gak ada" Kilah Eva.
"Oohh gitu ya. Kasihan amat. Mak sama bapaknya sudah gak ada. Sama dong sama si Ann. Dia juga yatim piatu sejak 10 tahun lalu"
Eva langsung tergugu mendapati fakta baru tentang Annelka.
"Itu to sebab dari semua sifat menyebalkannya si Ann" Batin Eva.
"Kamu baik-baik saja Ay?" Tanya Eva.
Aya langsung mengangkat wajahnya yang tadi dia letakkan diatas meja rias.
"Katakan padaku..apa yang harus aku lakukan sekarang?"
"Kamu ragu?"
Aya mengangguk.
"Jika kamu ragu kamu bisa batalkan pernikahan ini. Aku pikir Annelka tidak akan apa-apa" Eva berucap.
"Tapi bagaimana dengan tamu undangannya. Semua menyangkut reputasi dan nama baik Annelka"
Eva tersenyum.
"Kalau begitu pikirkanlah baik-baik. Kau akan membatalkan pernikahan ini atau meneruskannya. Semua tergantung di sini" Eva berucap sambil menepuk pelan dada Aya.
"Bagaimana?" Tanya Tria melalui ear piece-nya.
"50:50"
Tria mengumpat di seberang.
"Jangan mengumpat di telingaku"
"Sorry. Duh bisa hilang bonus tiga kali lipatku" Keluh Tria.
"Maka berdoalah agar Aya tetap mau berjalan menuju altar bersama Farris"
Aya nampak memandang bimbang. Menatap keseluruhan penthouse Annelka yang sudah disulap menjadi kebun bunga. Menoleh ke arah samping. Tiga buah gaun pengantin super mewah tergantung di sana. Lengkap dengan semua aksesorisnya.
Sepatu, perhiasan, tiara, veil, buket bunga mawar biru dari jenis santafolia sudah disiapkan khusus untuknya. Annelka benar-benar memberikan pernikahan impiannya.
Wanita itu menarik nafasnya pelan. Dia berjalan menuju jendela ruang tengah. Dari sana dia bisa melihat iring-iringan mobil yang menjadi tamu undangan di pernikahannya. Semua harus mengantri untuk bisa masuk ke venue pernikahan Annelka dan dirinya yang berada di ball room lantai dasar gedung apartemen itu.
"Hampir lima puluh persen tamu undangan sudah hadir di venue pernikahan Annelka Javier Carter dengan Dokter Faya Ayunda yang..
Suara reporter yang melaporkan langsung pernikahan Aya dan Annelka terdengar sampai ke telinga Aya.
Wanita itu memejamkan mata. Menarik nafasnya dalam.
"Pinkan...
Satu panggilan dan Pinkan langsung menghambur masuk ke ruang tengah mewah itu.
"Sudah aku putuskan"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments