"Apa maksudmu sudah bertemu orang yang melecehkanmu?" Tanya Eva. Mereka bertemu di kantin rumah sakit untuk makan siang.
"Kau tahu teman Farris yang bernama Annelka Carter. Dia orangnya" Jawab Aya sambil mematahkan sumpit mie ayam yang tengah dimakannya. Rasa marah kembali menghinggapinya saat mengingat Annelka
"Annelka Carter? Namanya sepertinya familiar" Ucap Eva lantas meraih ponselnya. Mencari tahu siapa Annelka.
"Astaga..dia orangnya?" Tanya Eva. Menunjukkan foto Annelka di ponselnya. Aya hanya meliriknya sejenak lalu mengangguk. Menatap wajah Annelka lama-lama bisa membuatnya illfell.
"Gila! Dia tampan sekali, 29 tahun. Pengusaha sukses dan terkenal bla...bla..bla...punya rangkaian gedung apartement...oh my apa dia yang..
"Dia yang mengusirku dari unitku karena aku menolak menikah dengannya"
"What?!!! Annelka ingin menikahimu. Lalu jawabanmu?"
"Aku tidak mau!"
"Astaga kau menolaknya? Dan lebih memilih Gabriel. Are you kidding me?"
"Aku tidak akan menikah dengan siapapun. Apalagi Gabriel" Selera makan Aya langsung menghilang begitu mendengar nama Gabriel disebut.
"Bagusan Annelka...
"Apa karena dia pemilik kehormatan juga tubuhku, lalu aku harus menikah dengan Annelka. Annelka dan Gabriel sama brengseknya"
"Tidak begitu juga. Tapi apa ada masalah dengan Gabriel?" Tanya Eva. Aya langsung menarik nafasnya dalam.
Dia kemudian menceritakan apa yang terjadi semalam. Di mana dia melihat Gabriel yang bercumbu dengan seorang wanita di klub. Juga Gabriel yang hampir melecehkan dirinya karena menolak dia putuskan.
"Astaga...dia juga brengsek!" Maki Eva.
"Tidak ada pilihan bagi keduanya"
"Tapi Ay...aku tetap berpikir Annelka lebih baik dari Gabriel. Setidaknya Annelka melakukannya karena dia dalam pengaruh obat perang****. Bukan murni karena keinginannya sendiri"
"Alah semua pria sama saja. Dikasih ikan ya langsung disikat"
"Apa kau tidak mencari tahu soal Annelka?"
"Buat apa?"
"Annelka satu-satunya pebisnis yang memiliki track record yang bersih dalam hal wanita. Dia belum pernah ketahuan jalan berdua dengan wanita manapun. Meski banyak wanita mengejarnya" Eva membacakan sebuah artikel dari sebuah artikel online.
"Dan kau percaya?"
"Mereka tidak akan sekedar menulis jika tidak punya dasar atau bukti" Eva memberi argumennya.
Aya terdiam. Tapi rasa bencinya pada Annelka membuat Aya tidak terlalu memikirkan perkataan Eva.
"Va...malam ini boleh aku menginap di tempatmu?" Tanya Aya ragu.
"Tentu saja. Apartemenku selalu terbuka untukmu kapanpun kau mau datang dan menginap"
Dan malam itu keduanya pulang bersama setelah Eva sejenak menunggu karena Aya ada operasi darurat. Keduanya berjalan dengan senyum mengembang di bibir mereka.
Mampir ke sebuah supermarket. Karena Aya harus membeli semua keperluannya. Sebab Annelka menahan kopernya di penthouse pria itu.
"Ha? Dia menyita kopermu? Di penthouse-nya?" Tanya Eva tidak percaya. Ketika mereka tengah memilih pakaian dalam untuk Aya juga beberapa setel pakaian kerja untuknya.
"Wah apa kau tidak tersentuh dengan ketulusannya?"
"Tulus apanya? Itu hanya akal bulusnya. Modusnya...Triknya"
"Untuk apa?"
Aya terdiam.
"Untuk menikahimu" Ucap Eva.
Keduanya sudah mulai masuk ke bagian makanan dan minuman. Malam ini mereka berencana akan memasak steak dengan saus barbeque.
"Ay....
Keduanya sudah mulai acara memasak mereka. Sama-sama memakai kaos rumahan longgar juga celana pendek ketat. Dengan rambut digulung tinggi. Keduanya mulai berbagi tugas. Aya yang lebih pintar memasak, bertugas memasak dagingnya. Sedang Eva membuat saus juga pelengkapnya. Buncis rebus, kacang polong rebus juga kentang goreng. Plus salad.
Aya barus selesai memotong daging sirloin yang mereka beli tadi. Sekarang tengah memarinasinya dengan garlic bubuk, black pepper, garam, sedikit rosemary juga penyedap.
"Kau benar-benar tidak ingin mempertimbangkan tawaran Annelka. Menikah adalah salah satu hal baik yang terjadi dalam kehidupan manusia"
"Itu kalau kami saling mencintai"
"Tidak harus seperti itu juga"
"Lalu kau ingin aku menikah tanpa cinta, begitu?"
"Tidak juga. Apa kau pernah mengatakan pepatah Jawa. Cinta karena terbiasa"
"Sulit melakukannya Va"
"Tentu, karena kau selalu terfokus pada kemarahan dan kebencianmu padanya"
"Kau membelanya Va. Dan itu menyakitiku"
"Jangan mulai Ay. Kau tahu aku psikolog. Aku banyak mendengar cerita seperti ini dari para pasienku"
"Apa?"
"Mereka tanpa sadar mencintai pasangan mereka terlalu dalam. Hingga rela melakukan apapun demi kebahagiaan pasangannya"
"Aku dan Dia bukan pasangan. Dan lagi semua yang dilakukannya, aku tidak tahu modusnya. Semua terdengar aneh olehku. Hanya karena aku dan dia pernah tidur bersama. Kami tidak harus menikah bukan. Meski aku bukan penganut **** bebas. Dan aku sangat menjunjung tinggi nilai pernikahan. Tapi percayalah aku sangat membenci diriku sendiri karena dengan mudah bisa habis di tangannya"
Aya berucap panjang lebar. Menumpahkan semua isi kepalanya. Yang selama beberapa hari ini hanya berada di dalam benaknya.
Eva menarik nafasnya pelan. Apa yang dikatakan Aya ada benarnya juga. Dan Eva sangat mengenal Aya. Gadis itu sama dengan dirinya. Masih berpikiran kolot. Masih berpikir kalau semua **** hanya boleh dilakukan setelah melewati garis pernikahan.
"Tapi aku tetap berpendapat dia pria yang baik"
"Bisa tidak kita tidak membicarakan pria malam ini. Baik Annelka atau Gabriel mereka sama brengseknya bagiku"
Keduanya sudah menikmati steak mereka.
"Tapi bisa biarkan aku mengucapkan analisaku. Setelah itu aku akan diam" Pinta Eva.
Aya menarik nafasnya pelan. Lantas memberi kode untuk bicara.
"Annelka pria yang cukup baik. Itu dari persepsi pribadiku. Sebab apa? Dia merasa bertanggung jawab atas apa yang sudah dia lakukan padamu. Jika dia pria brengsek sama seperti Gabriel. Dia pasti tidak akan mencarimu. Tidak akan peduli padamu. Dia akan segera meninggalkanmu dengan semua sikap yang kau tunjukkan kemarin. Satu lagi..untuk pria sekelas Annelka dia akan dengan mudah untuk mendapatkan wanita manapun yang ia mau. Tapi dia memintamu menikah dengannya. Annelka memilihmu. Dia mengusirmu dari unitmu tapi menempatkanmu di penthouse-nya. Dia baik Ay. Itu pendapatku. Pertimbangkanlah"
Aya terdiam. Menarik nafasnya kembali, seraya mencerna semua ucapan Eva. Namun detik berikutnya. Dia menepis semua ucapan Eva. Sakit hati masih mendominasi hatinya. Dan itu tidak akan sembuh dalam waktu singkat. Mereka lantas meneruskan makan malam mereka dalam diam.
Bel berbunyi ketika mereka selesai mencuci piring.
"Mama bilang masih minggu depan pulangnya. Siapa ya? Biar aku yang buka"
Eva berjalan ke arah pintu. Langsung terkejut melihat siapa yang datang. Mendengar tidak ada suara. Aya curiga.
"Siapa Va?"
Eva langsung bingung harus menjawab apa.
"Kau sudah selesai? Ayo pulang"
"Aaaww" Aya langsung meringis. Saking terkejutnya dia tanpa sengaja mengenai jarinya saat mengupas apel.
Annelka langsung berlari ke dapur. Melihat jari Aya berdarah. Pria itu seketika meraih jari tangan Aya lalu mengulumnya. Aya langsung membulatkan matanya melihat sikap Annelka. Bagaimana bisa pria itu tiba-tiba berada di depan matanya.
"Aarrgghhh"
Aya meringis ketika Annelka menghisap jarinya cukup kuat. Hati Ayya berdesir merasakan lidah hangat Annelka di jarinya. Dia jadi teringat bagaimana pria itu menyentuh miliknya dengan lembut menggunakan lidahnya.
"Hentikan!" Aya menarik jarinya dari mulut Annelka. Pria itu lantas membuang darah Aya dalam wastafel.
"Alkohol" Pinta Annelka tanpa melepaskan tangan Aya.
Eva sigap memberikannya.
"Aaahh pelan-pelan" Aya setengah menjerit ketika alkohol itu bertemu luka di jarinya. Menimbulkan perih yang dia rasa. Jeritan Aya hanya ditanggapi wajah datar dari Annelka.
Annelka melepaskan tangan Aya ketika sebuah plester sudah tertempel cantik di sana.
"Ayo pulang!" Ajak Annelka.
Namun Aya hanya diam.
"Fay..."
"Siapa kau? Berani mengaturku" Satu kalimat Aya dan itu cukup menyulut emosi Annelka. Ditambah dengan masalah yang ada di perusahaan dan kantor cabang. Membuat emosi Annelka benar-benar sulit dikendalikan hari ini.
"Aku calon suamimu" Jawab Annelka tertahan. Berusaha mengendalikan diri.
"Aku tidak pernah setuju untuk menikah denganmu. Dan ingat aku homeless sekarang. Aku akan tidur di mana saja yang aku suka" Jawab Aya setengah menyindir Annelka.
"Wanita ini benar-benar menguji kesabaranku" Batin Annelka menatap tajam pada Aya.
Sedang Aya benar-benar buat tidak tahu dengan emosi Annelka.
"Aku tidak akan pernah kalah darimu. Menikah denganmu? Big no!"
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Sri Yanti
bagys ...yo berantem ...bucin dech
2023-07-14
1
FUZEIN
Nah..baru ni jumpa lawan vs lawan....🥰
2022-11-27
2
Sakinah Zaynior
mantap lanjutkan....
2022-08-14
2