"Apa katamu? Seseorang melecehkanmu?" Eva hampir berteriak mendengar pengakuan Aya. Untung mereka sedang berada di ruang kerja Eva. Kanselor psikolog sekaligus terapist. Jadi tempat itu kedap suara.
Aya mengangguk sedih. Eva dengan segera memeluk sang sahabat. Hari itu dua hari setelah Aya memaksa keluar dari ruang VVIP yang membuatnya bingung tujuh putaran. Dia sama sekali tidak meminta ditempatkan disana tapi kenapa dia dirawat di sana.
Ketika dia bertanya pada bagian administrasi. Mereka mengatakan kalau sudah ada yang menanggung dan membayarnya. Penasaran dia bertanya pada Farris. Pria itu berkata memang ada yang membayari perawatannya. Tapi ketika ditanya siapa orangnya. Farris mengatakan itu privasi. Semakin pusinglah kepala Aya.
"Lalu apa kau tahu siapa orangnya?" Tanya Eva.
"Aku tidak melihat wajahnya dengan jelas. Tapi aku tahu dengan jelas suaranya. Aku bisa mengenalinya jika dia ada di depanku" Jawab Aya sendu.
"Itu sebabnya kau mencoba bunuh diri?" Tanya Eva lagi. Dan Aya mengangguk.
"Aku kotor Va, aku bahkan jijik dengan diriku sendiri" Ucap Aya.
"Jangan bicara seperti itu Ay. Itu bukan kesalahanmu. Dia memaksamu...
"Tapi jika aku bisa melawannya. Dia tidak akan bisa me....
Suara Aya tercekat. Dia tidak sanggup meneruskan ucapannya. Kejadian itu masih begitu lekat dalam ingatannya. Dia masih ingat bagaimana pria itu begitu menikmatinya. Aya benar-benar tidak ingin mengingatnya. Tapi semakin dia berusaha melupakannya. Semakin dalam ingatannya soal kejadian itu.
"Aya dengarkan aku. Aku tahu kamu hancur. Tapi tolonglah ingat. Ini bukan kesalahanmu. Ini bukan akhir dari segalanya. Berusahalah untuk tegar menghadapinya. Juga jangan berpikir untuk melukai dirimu sendiri. Kamu berhak untuk memulai hidupmu yang baru"
"Tapi bagaimana? Aku bahkan tidak punya muka untuk bertemu Gabriel. Aku tidak bisa menemuinya. Aku tidak pantas untuknya"
"Jika Briel benar-benar mencintaimu. Dia akan menerima keadaanmu. Apapun itu" Eva berusaha menguatkan Aya.
***
"Apa kalian sudah menemukannya?" Tanya Annelka pada anak buahnya.
"Kami sudah menyisir setiap sudut dari kamar itu. Tapi kami tidak menemukan apapun. Semua begitu bersih" Lapor kepala dari anak buahnya.
Annelka kembali memejamkan matanya. Dia bahkan sudah turun tangan sendiri untuk mencari di kamar itu. Satu hal yang membuatnya khawatir hingga sekarang.
"Bagaimana?" Tanya Tria yang masuk bersama setumpuk dokumen yang harus Annelka periksa.
"Tidak ada"
"Ann, kita harus bertindak cepat. Sebelum dia menyebarkan video syur kalian"
"Aku tahu. Tapi meski kita mencari ratusan kali. Kita tetap tidak bisa menemukan rekaman atau kamera di kamar itu"
"Jika video itu tersebar...
"Aku tidak masalah. Tapi dia... dia dokter. Dan kudengar reputasinya cukup bagus. Skandal seperti ini akan mencoreng namanya" Annelka mulai berucap.
Keduanya diam sejenak.
"Lalu rencanamu?"
"Aku akan menikahinya" Jawab Annelka tegas.
"Are you sure?" Tria setengah tidak percaya.
"Kau tahu? Aku secara tidak langsung sudah menyeretnya dalam masalah yang aku sendiri tidak tahu apa. Aku jelas sudah menidurinya. Mengambil paksa kehormatannya. Dan dia membenciku sekarang"
"Jika dia membencimu. Lalu bagaimana dia mau menikah denganmu"
Annelka diam sejenak.
"Tidak ada cara lain. Aku akan memaksanya" Ucap Annelka.
"Tidak peduli bagaimana caranya. Bulan depan dia harus sudah menikah denganku. Karena itu persiapkan dari sekarang"
"Kau benar-benar gila, Ann" Seloroh Tria.
"Aku tahu. Mungkin inilah hal paling gila yang pernah aku lakukan"
***
Siang itu, rumah sakit tempat Aya bekerja terlihat berbeda. Ada kehebohan yang samar terlihat sejak pagi.
"Ada apa sih?" Tanya Aya yang baru saja keluar dari ruang operasi. Sesaat heran melihat ada euphoria yang berbeda ketika dia lewat di lobi rumah sakit.
Keadaannya sudah jauh lebih baik. Eva benar-benar bisa meng-healing Aya dengan baik. Bahwa semua yang dia lalui adalah bagian dari perjalanan hidupnya. Anggaplah jika hal kemarin itu adalah mimpi buruk baginya. Bangun dan lupakan. Begitu nasihat Eva.
"Katanya ada kabar. Kalau temannya tuan Farris yang pengusaha terkenal itu mau datang kemari" Jawab seorang perawat.
"Gitu aja kok heboh"
"Heboh dong Dok, wong orangnya ganteng maksimal. Pokoke mantap bangetlah"
Aya hanya tersenyum melihat celotehan asistennya itu. Dia sedang longgar jadi dia akan menjenguk Karen. Pasien anak dengan diagnosa kanker otak yang sejak tiga tahun terakhir sudah seperti anak sendiri untuknya.
Tapi dia baru saja akan berbelok ke lorong kamar khusus anak. Ketika seorang pria menabrak seorang staf yang sedang membawa tumpukan dokumen. Mereka bertabrakan cukup keras sampai dokumen yang dibawa staf itu berjatuhan di lantai.
"Maaf Mbak. Saya terburu-buru" Ucap pria itu. Berjongkok turut mengumpulkan dokumen yang berceceran di lantai.
Melihat hal itu Aya turut berjongkok membantu memunguti dokumen itu.
"Terima kasih Dok. Malah merepotkan" Ucap staf itu.
"Tidak apa. Saya sedang luang" Jawab Aya sambil tersenyum. Tanpa Aya sadari dari depan lobi. Kehebohan mulai terjadi. Ketika Annelka dan Tria mulai memasuki rumah sakit itu. Wajah tampan dan dingin Annelka justru semakin membuat para staf wanita heboh saat melihat Annelka yang melintas di depan mereka.
Begitu masuk, perhatian Annelka langsung tertuju pada senyum Aya yang tengah berjongkok sambil memunguti dokumen yang berceceran di lantai.
"Ann kau mau ke mana?" Tria berteriak.
"Mau menemuinya" Jawab Annelka singkat.
"Terima kasih Dokter" Ucap staf itu berlalu dari hadapan Aya.
"Dokter Faya Ayunda"
Deg,
Senyum di bibir Aya langsung menghilang. Berganti rasa cemas yang mulai merasuk. Suara itu..mengingatkannya pada..dan kilasan ingatan itu kembali melintas di kepalanya.
"Tidak! Itu bukan suara pria brengsek itu!" Batin Aya terus meyakinkan diri.
Perlahan Aya berbalik. Dia harus melawan ketakutannya, jika tidak selamanya dia akan terpenjara dalam ketakutannya sendiri.
Ketika dia berbalik. Dilihatnya sosok Annelka yang berdiri tepat didepannya. Sekilas Aya mengingat bibir itu.
"Tidak! Tidak mungkin pria brengsek itu dia!"
"Dokter Faya Ayunda? Benar?" Tanya Annelka lagi.
Kali ini Aya yakin seratus persen. Pria itu adalah dia.
"Kau...kau apa yang kau lakukan di sini ha?" Suara Aya langsung meninggi. Tubuhnya gemetar. Tubuhnya mulai menggigil ketakutan.
"Ann aku rasa dia ketakutan" Bisik Tria.
"Dia tidak boleh takut padaku!" Batin Annelka.
Annelka dengan cepat berjalan menghampiri Aya.
"Kau mau apa?" Tanya Aya.
Namun Annelka hanya diam sambil menarik pergelangan tangan Aya. Yang langsung berontak. Tapi Annelka tidak melepasnya sama sekali. Menarik tubuh Aya menuju lift.
"Hubungi Farris aku pinjam satu ruangannya untuk bicara"
Perintah Annelka sebelum menutup pintu lift setelah setengah melempar Aya agar masuk ke dalam lift. Aya langsung merapatkan tubuhnya ke dinding lift.
"Apa yang kau inginkan?" Teriak Aya.
Annelka hanya diam. Menatap tajam pada Aya. Seulas senyum tipis terukir di bibirnya. Melihat tanda kemerahan di leher Aya yang masih samar terlihat. Seperti biasa Aya menyukai memakai kemeja di balik jas dokternya. Hingga ketika rambut Aya terangkat sedikit leher jenjang nan putih dan mulus itu terpampang nyata.
"Aku ingin bicara" Ucap Annelka singkat.
"Aku tidak mau bicara apapun denganmu!"
"Kau tidak punya pilihan" Jawab Annelka penuh penekanan.
Pintu lift terbuka. Farris tampak sudah menunggu.
"Satu ruangan!" Annelka meminta.
"Pakai ruang meeting internal. Ini ada apa?" Farris jelas bingung. Melihat Aya yang diseret oleh Annelka.
"No question"
"Farris tolong aku. Dia jahat"
"Fay...." Satu kata dan Aya langsung kicep.
"Jangan mengganggu kami sampai aku selesai"
Ceklek, pintu ditutup tepat di depan hidung Farris. Pria itu langsung mengumpat. Dia yang punya rumah sakit bagaimana bisa kalah dengan tamu.
"Sial!" Maki Farris bersamaan dengan Tria yang lari pontang panting plus ngos-ngosan.
"Di mana mereka?" Tanya Tria terbata. Dan Farris hanya menjawab dengan dagunya. Menunjuk ruangan yang ada di hadapannya.
"Alamak, semoga dia tidak bertindak gila. Ada CCTV tidak?" Tanya Tria. Keduanya langsung saling melirik penuh arti.
Sementara itu didalam. Aya terus berteriak.
"Lepaskan aku!" Teriaknya. Namun Annelka seolah tidak menggubrisnya. Pria itu tengah mengulik ponselnya. Cukup lama hingga dia meletakkan ponselnya di atas meja.
"Ingin menguping ya. Jangan harap!" Batin Annelka.
"Apa yang kau inginkan dariku sebenarnya?" Aya kembali berteriak.
"Rendahkan suaramu Fay" Satu kalimat dari Annelka kembali membuat Aya terdiam. Namun itu tidak lama. Ketika Annelka berjalan mendekatinya. Gadis itu kembali panik.
"Jangan mendekat" Aya berucap.
"Aku rindu padamu" Bisik Annelka.
"Dasar brengsek!" Maki Aya. Sungguh dia jijik mendengar kalimat itu keluar dari bibir Annelka.
Dan ucapan provokasi dari Aya. Membuat Annelka terpancing. Dengan sekali gerakan. Pria itu sudah berada di depan Aya. Menghimpit tubuh langsing Aya ke tembok.
"Pergi! Lepaskan aku! Menjauh dariku...
Dan ucapan selanjutnya langsung menghilang karena Annelka sudah menempelkan bibirnya di bibir Aya. Membuat gadis itu langsung membulatkan matanya. Reflek ingin mendorong dada bidang Annelka. Namun lagi-lagi pria itu sigap menahan semua gerakan perlawanan dari Aya.
Satu tangan menahan dua tangan Aya di belakang punggung gadis itu. Dan satu tangan menahan tengkuk Aya. Membuat ciuman Annelka semakin dalam.
"Oh sh****!!" Annelka mengumpat ketika Aya menggigit bibir. Dan saat itu cekalan tangan Annelka melemah. Membuat Aya punya kesempatan untuk lari.
Mendorong sekuat tenaga tubuh kekar Annelka hingga dia bisa cepat berlari ke arah pintu. Namun sial bagi Aya. Sebelum meraih handle pintu. Annelka berhasil menangkap tangannya. Sekali tarik dan pria itu berhasil membawa Aya dalam gendongannya. Aya terus berontak. Memukul dada Annelka bahkan menggigit bahu pria itu.
"Aaarrggghhh" Pria itu meringis. Namun seolah kebal. Pria itu sama sekali tidak melepaskan gendongan.
"Bruukk!"
Anellka langsung menjatuhkan tubuh Aya di sofa. Gadis itu buru-buru bangun namun terlambat. Annelka sudah lebih dulu naik ke atas tubuhnya. Menahan dua tangan Aya dengan dua tangannya. Dan menghimpi kaki Aya dengan dua kaki jenjangnya.
"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!" Aya berteriak.
"Faya Ayunda...diam dan dengarkan aku. Menikahlah denganku" Ucap Annelka serius.
Aya terdiam seketika. Dua pasang mata itu saling menatap untuk pertama kalinya.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
FUZEIN
💜
2022-11-27
2