Sesaat kedua mata itu saling menatap. Aya seolah tersihir dengan ucapan Annelka yang terdengar begitu manis di telinganya.
"Marah dan bencilah aku. Aku tidak apa-apa. Aku yang bersalah dalam hal ini. Tapi aku mohon jangan lakukan hal bodoh atau sesuatu yang bisa menyakiti dirimu sendiri"
Lagi ucapan Annelka seperti siraman hujan di kala musim hujan melanda. Menyejukkan dan menghangatkan hatinya.
"Sekali pembohong tetap saja pembohong" Aya menepis cekalan tangan Annelka. Berbalik meninggalkan Annelka. Membuat pria itu hanya bisa menarik nafasnya dalam.
***
"Anak itu rupanya bertindak cepat"
"Aku pikir dia benar-benar sedang mengantisipasi kejadian waktu itu"
Pria itu bicara pada asistennya.
"Sudah kau selidiki siapa wanita itu?"
"Ini datanya"
Sebuah map langsung dibukanya. Dibacanya tiap kalimat yang berisi data tentang Aya.
"Dia adalah wanita yang malam itu"
"Apa kau bilang? Dia menemukannya?"
Yang ditanya mengangguk.
"Kau yakin itu dia. Kau lihat dia benar-benar kandidat yang sempurna untuk menjadi nyonya Carter"
"Maaf tuan, malam itu kami kehabisan waktu. Hingga kami sembarangan membawa wanita itu ke hotel. Memanfaatkan situasi Tria yang tengah meninggalkan Tuan Carter sendiri"
Sang tuan memijat pelan pelipisnya. Kenapa semua jadi rumit begini. Dia pikir dengan menjebak Annelka untuk tidur dengan seorang wanita akan menghancurkan reputasi Annelka.
Tapi nyatanya, wanita yang tidur dengan Annelka adalah perempuan baik-baik dengan penampilan sempurna juga kehidupan yang baik. Bukan seorang perempuan malam yang bisa saja membuat nama baik Annelka tercoreng.
Kalau begini caranya tidak ada gunanya dia memiliki flash disk yang berisi adegan bercinta antara Annelka dan wanita itu. Annelka pasti sudah merencanakan ini untuk berjaga-jaga jika video itu tersebar.
"Sial!"
Satu umpatan keluar dari pria itu. Pernikahan ini bisa menjadi jalan untuk membuat Annelka menjadi pewaris Carter yang sesungguhnya. Karena aset keluarga Carter akan diberikan penuh pada penerusnya jika sang pewaris sudah menikah. Dengan wanita yang tentu saja memenuhi kriteria keluarga Carter.
Selama ini pria itu selalu menyuruh sang putri untuk mendekati Annelka tapi Annelka tidak pernah menghiraukannya.
Prang,
Suara benda jatuh membuat pria itu langsung bangun dari duduknya. Setengah berlari ke arah sumber suara.
"Kau kenapa Briel?"
Pria itu bertanya pada Gabriel yang terlihat putus asa.
"Dia akan menikah. Dan Paman tahu siapa calon suaminya? Annelka!"
Gabriel berteriak. Pria itu sontak terkejut.
"Kau mengenal wanita itu?"
"Dia pacar Briel, Paman. Tapi kemarin dia memutuskan Briel karena..
"Dia menangkap basah dirimu sedang bercinta? Briel...berapa kali Paman bilang. Berhati-hatilah saat bertindak. Sekarang kau lihat. Satu kesalahan dan kau kehilangan dia..
"Annelka brengsek! Dia yang membawa Aya ke klub waktu itu"
"Lalu dia melihatmu dengan salah satu teman kencanmu?"
Briel mengangguk.
"Habis kau kau kali ini. Jika Annelka juga menginginkannya. Jangan harap kau bisa memilikinya"
"Apalagi mereka sudah bercinta malam itu. Bisa aku pastikan jika Annelka tidak akan pernah melepaskan wanita ini. Dia akan menjaga wanita ini mati-matian"
Batin pria itu yang ternyata Paman Gabriel.
"Paman tolong bantu aku. Aku tidak mau kehilangan Aya" Rengek Gabriel.
"Aku tidak bisa Briel. Itu kesalahanmu sendiri. Kau lalai dan ceroboh. Membuat wanitamu mengetahui kebusukanmu"
"Tapi jika Annelka tidak ikut campur. Aya pasti tidak akan tahu"
"Kalau begitu lawanlah Annelka. Kau sanggup?"
Gabriel menggeleng pelan. Dia sangat tahu kekuatan Annelka. Saat ini mungkin Annelka masih diam saja dengan ulahnya waktu itu. Gabriel menembak bahu kiri Annelka saking marahnya.
Namun pria itu hanya menghajarnya sampai babak belur. Tidak memenjarakan dirinya. Gabriel cukup tahu watak sepupu jauhnya itu. Dia orang yang sangat hati-hati dalam bertindak. Semua penuh perhitungan matang tanpa ada hal kecil yang terlewatkan.
***
"Ay kau tidak mau bangun apa? Kau ada schedule operasi kan?"
Annelka mengetuk pintu kamar Aya. Di sendiri sudah rapi dengan setelan kerjanya. Annelka sedikit mengerutkan dahinya. Lama mengetuk dan tidak ada jawaban dari Aya.
Biasanya kalau tidak menjawab. Calon istrinya itu akan langsung membuka pintu. Dan menunjukkan wajah judesnya.
"Ay..kamu tidak kenapa-kenapa kan?"
Annelka langsung berpikir yang aneh-aneh.
"Takkan dia tidak kapok mencoba bunuh diri terus" Gumannya.
Hingga akhirnya pria itu membuka pintu kamar Aya dengan menggunakan password.
"Klik"
Bunyi kunci terbuka. Pria itu melangkah masuk. Berjalan menuju kasur besar Aya.
"Kau mau bangun tidak. Mobilmu sudah ada di bawah tapi tetap Tria akan....kau kenapa?"
Annelka bertanya panik melihat Aya yang meringkuk dalam selimut dengan wajah pucat sambil memegangi perutnya.
"Kau sakit?"
"Aku datang bulan" Jawab Aya setengah tersengal.
"Datang bulan kok seperti orang mau mati" Ledek Annelka.
"Untukku iya...aaargghhh"
"Eh kau serius? Tidak bohong?"
"Kau pikir aku kamu. Tukang bohong! Aduuuhhh" Aya meringis sambil sambil meremas perutnya. Rasa sakitnya semakin menjadi.
"Ya, Ris"
"....
"Dia sedang datang bulan katanya. Entah mau masuk atau tidak"
"Farris mau ke sini"
"Suruh dia bawa obat penahan sakit. Aku kehabisan" Aya berucap terbata.
***
"Apa yang terjadi padanya?" Tanya Annelka sambil menatap Aya yang kembali tertidur.
"Datang bulan kau tahu kan"
"Tapi kenapa seperti sampai seperti itu? Maksudku dia kelihatan kesakitan"
"Dalam beberapa kasus ada datang bulan yang disertai nyeri luar biasa. Ada istilahnya dalam kedokteran disebut....
"Aahh tidak usah kau beri tahu. Aku tidak akan paham. Pokoknya sakit saja begitu" Potong Annelka cepat.
"Ya, sakit sekali rasanya. Dan Aya salah satu yang mengalami itu. Ini mending dia cuma meringis. Kadang dia sampai pingsan, harus diinfus segala. Tiap bulan memang dia akan mengambil cuti satu atau dua hari jika datang bulan"
Annelka manggut-manggut mendengar penjelasan Farris.
"Apa dia akan lama seperti itu?"
"Paling nanti malam sudah mendingan. Tinggalkan saja dia. Jika sudah begini dia hanya akan tidur. Tidak akan bisa pergi kemana-mana"
Akhirnya dua pria itu melangkah keluar dari kamar Aya.
"Aku pikir nyerinya akan berkurang setelah kalian pernah bercinta"
Annelka langsung mengerutkan dahinya.
"Maksudnya?"
"Nyeri datang bulan yang parah biasanya akan sembuh atau berkurang setelah mereka menikah atau setidaknya bercinta"
"Hai aku hanya melakukannya malam itu. Selebihnya aku tidak pernah melakukannya lagi"
"Aku pikir kau jadi sering melakukannya" Sindir Farris.
"Kau pikir dia akan mudah diajak melakukan itu. Mendekat sedikit aku langsung disikat"
"Bagus..aku malah sampai berpikir kalau Aya hamil anakmu"
"Aku juga berharap begitu" Batin Annelka.
"Ya sudahlah, kalian bisa mencobanya setelah menikah nanti"
"Kalau dia mau"
"Kenapa?"
"Dia marah padaku soal Karen"
"Apa kubilang"
"Tapi tidak masalah, asalkan dia setuju menikah denganku"
"Terserahlah. Aku tidak mau ikut campur soal itu. Dia pasti akan ikut marah padaku"
"Sepertinya iya"
Farris langsung memanyunkan bibirnya. Bagi Farris, Aya sudah seperti adik sendiri. Jadi kalau Aya marah dia jadi kebingungan untuk membujuk Aya.
Kedua pria itu akhirnya masuk ke mobil masing-masing. Berpisah untuk pergi ke tempat kerja masing-masing. Meninggalkan Aya yang bergelung manis di kamarnya.
"Datang bulan, memang merepotkan dan baru kali ini aku tahu juga menyakitkan. Merepotkan dan menyakitkan" Guman Annelka dalam mobilnya. Membuat Ed yang menjadi supirnya hari itu heran.
"Dia tidak sedang kesurupan kan?" Batin Ed penuh tanya.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments