"Gila! Aku pasti sudah gila!" Aya terus saja memaki dirinya sendiri. Bagaimana dia bisa diam saja, saat Annelka mencium dirinya. Bahkan lebih tidak masuk akalnya lagi. Dia malah ikut membalas ciuman pria itu.
"Haa bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?" Aya terus saja mondar mandir di kamarnya.
Kamar penthouse milik Annelka. Dia benar-benar malu. Ahh, dia lebih baik pergi ke kutub utara saja agar tidak bertemu Annelka.
Sementara Annelka terus saja mengulum senyumnya. Dia masih teringat bagaimana Aya, tanpa ia duga membalas ciumannya. Pria itu sungguh tidak percaya dengan apa yang baru saja dialaminya.
"Dia benar-benar seksi dan cantik" Guman Annelka.
Pagi datang,
Aya tampak mengendap-endap keluar dari kamarnya. Seperti pencuri dia celingak celinguk di ruang tengah. Mencari keberadaan si empunya rumah.
Sekilas dia melihat ada sarapan di meja makan. Aya sedikit menelan ludahnya. Perutnya lapar. Tapi kalau dia sarapan dulu. Nanti dia takut bertemu Annelka.
"Ahh sarapan di rumah sakit saja" Gumannya pelan.
Tanpa ia sadari, gerak geriknya diamati oleh Annelka yang hampir tertawa terpingkal-pingkal mendengar betapa besarnya gengsi Aya.
Aya baru saja akan membuka pintu. Ketika ponselnya berbunyi.
"Alamak, bikin jantungan aja" Pekik Aya memarahi ponselnya.
Annelka diujung kembali tertawa.
"Halo...
"Masih pagi, sarapan dulu. Ada supir yang akan mengantarmu"
Aya menatap ponselnya. Memastikan nomor siapa itu.
"Aku sarapan di rumah sakit saja. Aku bisa naik bus. Ngirit...akhir bulan"
"Aya..."
"Apa?" Tanya Aya ketus.
"Kau tidak sedang dalam mode malu untuk bertemu denganku kan?"
"Malu...kenapa aku harus malu?"
"Karena kau begitu menikmati ciuman kita semalam"
"Brengsek!" Aya langsung mematikan panggilan Annelka. Seketika mengacak rambutnya yang sudah dia ikat tinggi.
Annelka mengulum senyumnya.
"Ada apa?" Tanya Tria yang datang dengan tas kerjanya.
"Tidak ada. Berapa lama kita di sana"
"Paling besok malam kita kembali. Apa kau mulai merindukan calon istrimu?" Goda Tria yang bukannya mendapat jawaban. Tapi mendapat tatapan tajam dari tuannya.
"Kepo!" Desis Annelka menutup laptopnya setelah Aya memakan sarapannya.
"Nasib....nasib jadi jomblo. Mana bos gue otewe married lagi. Oh ya Tuhan, kiranya engkau berkenan menurunkan jodohku yang tertunda. Aduuuhhhh" Tria auto meringis ketika Annelka mengeplak lengannya.
"Aku berdoa bos. Bukan memaki" Tria membela diri. Tepat saat itu, Eva terlihat melintas di depan Annelka dan Tria.
"Bos, cewek cantik" Tria berseloroh. Menepuk pelan bahu Annelka.
Annelka yang heran mendengar Tria memuji wanita. Langsung mengikuti arah pandang asistennya.
"Eva?" Guman Annelka.
"Kau tahu dia?" Tanya Tria heran. Pasalnya selain Aya. Tidak ada perempuan lain yang Annelka ingat namanya.
"Kau juga mengincarnya?" Desak Tria tidak sabar.
"Aku cuma mengincar Aya. Lain tidak" Jawab Annelka tegas.
"Lalu bagaimana kau bisa ingat namanya?"
"Ingatlah. Orang dia cs-nya Aya"
"Dia sohibnya Aya?" Tanya Tria memastikan. Annelka tampak menatap Eva yang tengah menggandeng seorang wanita paruh baya.
"Oohh dia menjemput ibunya" Ucap Annelka lalu berjalan menuju sofa ruang tunggu. Saat itulah Eva melihat Annelka.
"Itu kan Annelka. Mau kemana dia? Mungkin ada urusan di luar kota mungkin" Batin Eva berlalu dari sana. Tanpa ingin menyapa Annelka. Begitu juga sebaliknya.
***
"Tidur di mana semalam?" Tanya Eva ketika mereka makan siang di kantin.
Aya langsung menarik nafasnya dalam.
"Dia menyeretku pulang ke penthouse-nya" Jawab Aya lesu.
"Tidak berdebat dulu?"
"Tidak sempat. Masalahnya semalam Briel menemuiku. Ingin aku balik lagi ke dia"
"Wah masalah tu"
"Maka dari itu aku bingung. Kalau aku tidur di hotel..
"Jangan! Briel bisa menemukanmu. Aku takut dia melakukan hal-hal yang tidak baik padamu"
"Dan aku tidak mungkin ke tempatmu. Mamamu sudah pulang. Dan aku tidak mau melibatkan Mamamu. Nanti kalau aku tidur di sana. Terus dia tiba-tiba muncul seperti kemarin bagaimana?" Aya memberi pertimbangan.
Keduanya terdiam.
"Ya sudah kau tinggal saja di penthouse dia. Aku yakin keamanannya sangat tinggi di sana"
"Tapi dia kadang juga ada di sana. Aku malas melihat wajahnya"
"Setidaknya hari ini kau tidak akan bertemu dengannya"
"Kenapa?" Tanya Aya.
"Aku melihatnya di bandara ketika aku menjemput mama. Sepertinya dia akan pergi ke luar kota atau mungkin luar negeri"
"Yang benar?"
Eva mengangguk.
"Kalau begitu malam ini aku tidur penthouse. Besok pikir lagi besok" Aya berucap senang.
"Hati-hati lo. Nanti beneran cinta karena terbiasa"
"Nggak bakalan"
***
Dan malam itu Aya benar-benar menikmati waktunya di penthouse Annelka. Meski dia menolak supir yang mengantar jemputnya. Tapi dia tetap pulang ke penthouse hari ini.
"Aahh enaknya" Guman Aya. Menikmati waktu berendamnya di bath up kamar mandi.
Hampir tiga minggu ini dia tidak ada waktu untuk merawat dirinya. Jadi hari ini dia berniat memanjakan dirinya. Mulai dari luluran. Maskeran dan sekarang berendam di bath up. Sungguh menyenangkan bagi Aya.
Lebih mengejutkan lagi. Semua produk skincare yang Aya pakai semua ada di kamar mandi milik Annelka. Jadi berhubung dia meninggalkan semua skincare-nya di unit lamanya. Dia tanpa sungkan memakai yang ada di kamar mandi Annelka.
"Ganti rugi karena kau mengusirku dari apartementku" Ucap Aya sambil memakai masker hitam carcoal-nya.
Tanpa Aya tahu. Semua gerak gerik Aya itu selalu diperhatikan oleh Annelka. Pria itu banyak sekali mengulum senyumnya. Melihat betapa konyolnya tingkah asli Aya.
"Jadi begitu tingkahmu kalau tidak ada aku" Guman Annelka menatap pada laptopnya.
Sementara di tempat Annelka. Dengan percaya dirinya. Aya yang hanya memakai tank top tanpa bra juga hot pants ketat tampak tengah menonton drama di TV besar milik Annelka di ruang tengah.
Sontak, hal itu membuat Annelka mendelik. Pria itu langsung menelan ludahnya sudah payah. Melihat tubuh sempurna dan seksi milik Aya yang terpampang di layar laptopnya.
"Aya...kau benar-benar hot" Guman Annelka tak berkedip menatap tubuh mulus Aya.
Apalagi ketika layar laptopnya menampilkan belahan dada Aya yang tampak penuh meski tanpa penyangga. Dia jelas ingat, sudah menikmati bagian itu semalam penuh waktu itu. Dan milik Aya benar-benar membuat Annelka ketagihan.
"Sial!" Annelka mengumpat kesal. Menutup laptopnya. Lalu berlari ke kamar mandi. Menenangkan miliknya yang langsung terjaga begitu melihat tubuh seksi Aya yang berhasil membuat miliknya puas waktu itu.
Annelka keluar dari kamar mandi. Dengan wajah puas sekaligus kesal. Puas karena dia berhasil menidurkan miliknya. Kesal karena hanya melihat tubuh Aya online saja miliknya langsung bereaksi.
"Halo, Ris. Aku ingin menjalankan rencanaku lusa"
"Apa itu tidak keterlaluan?"
"Aku hanya menggertaknya saja. Sampai dia berkata iya soal menikah denganku. Aku juga sudah bicara dengan orang tua anak itu. Juga anak itu. Mereka setuju membantu"
"Iyalah, yang kau janjikan benar-benar menggiurkan"
"Kau tahu aku kan?"
"Apa kau sudah tidak sabar ingin menerkamnya lagi. Mereka bilang perawan bikin ketagihan"
"Tolong kondisikan pikiranmu. Aku tidak semesum itu"
"Padahal tubuhku sudah tidak sabar ingin memasukinya lagi" Batin Annelka.
"Ya...ya...kau tidak semesum itu. Tapi sudah tidak tahan"
"Farris!"
Annelka menggeran kesal sambil menutup panggilannya kepada Farris.
"Sungguh aku tidak tahu apa yang kurasakan padamu. Tapi semakin ke sini. Keinginan untuk mengikatmu, memilikimu semakin besar. Aku seolah takut kehilanganmu, Ay"
Batin Annelka menatap keluar jendela hotel tempatnya menginap.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Asngadah Baruharjo
gaspolllllll
2023-10-10
1
May Cantika Malau
pepet terus... kkkkkkk
2023-04-17
1
FUZEIN
Menarik
2022-11-27
2