Aya meremas map yang baru saja dia terima dari Tria. Baru membacanya sekilas. Dan perut Aya langsung mual dibuatnya.
"Benar-benar hanya ingin mencari sensasi" Maki Aya.
Dia tinggal sendiri. Setelah Tria keluar setelah menghubungi desainer interior untuk mendesign ulang ruang meeting itu.
"Kau ingin gaya apa?" Tanya Tria.
"Apa?"
"Kau kan nyonya Carter. Kau bisa melakukan apapun yang kau mau pada ruangan ini. Ada request untuk interior ruangan ini"
"Buat saja seperti kuburan"
Tria langsung membulatkan matanya. Bisa saja Aya menjawab seperti itu.
"Ya...nanti aku coba bicara dengan designer interiornya ada tidak aliran kuburan modern minimalis"
Giliran Aya yang mendelik mendengar ucapan Tria.
"Asisten dan bos sama tidak warasnya"
Guman Aya melihat Tria yang berlalu dari hadapannya. Berjalan sedikit berjingkat seperti tadi.
Aya melirik map yang sudah berubah bentuk menjadi tidak karuan itu. Dia sama sekali tidak ingin melihatnya kembali.
Masa bodoh dengan presscon atau apapun itu. Aya tidak peduli. Gadis itu kembali menjatuhkan diri di sofa tempatnya duduk tadi. Bersandar lemah pada sofa. Menatap kosong pada dinding di hadapannya.
Malam merayap datang. Tapi Aya sama sekali tidak bergeming dari tempatnya.
"Ay, ayo pulang" Ucap Annelka masuk ke ruangan itu.
"Tinggalkan aku sendiri Ann" Ucap Aya lirih.
"Pulang! Kau boleh marah padaku. Tapi jangan menyakiti dirimu sendiri"
"Aku membencimu bukan sekedar marah padamu!"
Annelka menarik nafasnya pelan.
"Terserahlah kalau begitu"
Ucap Annelka, masuk ke ruang di sebelah kanannya. Lalu dia keluar lagi.
"Kau bisa beristirahat di dalam. Aku pergi"
Aya hanya diam tidak ingin membalas ucapan Annelka.
***
Pagi menjelang. Aya menggeliat pelan. Tubuhnya terasa lemah. Tentu saja lemah. Dia tidak makan dari kemarin pagi. Seorang office boy mengantarkan makan malam semalam. Tapi dia sama sekali tidak menyentuhnya.
Dia bangun dari tidurnya. Melihat tiga paperbag di sofa di samping tempat tidurnya.
Ponselnya dia lihat berada di samping tempat tidurnya. Dicharge. Pelan Aya meraihnya. Satu pesan masuk dari Farris. Juga beberapa dari Eva dan...Briel.
"Liburlah hari ini. Kau ada presscon jam dua bukan?"
Isi pesan dari Farris. Aya berdecih kesal. Tentu saja Farris tahu apa yang terjadi. Dia dan Annelka teman dekat. Sudah pasti pria itu menceritakan semuanya pada Farris. Melirik jam di tangannya. Pukul sembilan pagi.
Aya kembali merebahkan diri. Lapar dia rasakan tapi dia sama sekali tidak berselera untuk makan. Kehancuran hidupnya akan dimulai hari ini. Begitulah pikirannya.
**
"Dia masih belum keluar dari kamar itu?" Annelka bertanya pada Tria.
"Belum. Kata OB yang semalam. Aya juga tidak menyentuh makan malamnya"
Annelka terdiam.
"Ann, aku harus membawanya ke butik setelah makan siang. Dan dia belum keluar kamar. Ini sudah jam 10"
Annelka tahu maksud Tria. Dia tidak berani membangunkan Aya. Hingga akhirnya Annelka melangkah keluar dari ruangannya. Langsung masuk ke kamar dimana Aya berada. Rupanya kamar itu berada di antara ruang meeting dan ruang kerja Annelka. Keduanya bisa diakses dari dua pintu di sisi kanan dan kiri kamar itu.
"Aya bangunlah" Annelka berucap sambil berdiri di samping ranjang. Menatap pada Aya yang menggulung tubuhnya dalam selimut tebal berwarna putih.
"Aya...
Annelka mengulang panggilannya. Namun Aya masih bergeming. Pelan Annelka duduk di tepi ranjang.
Menarik pelan selimut yang menutupi tubuh Aya.
"Jangan mengangguku" Aya akhirnya bersuara.
"Kalau begitu bangun. Dan makanlah. Kau ada jadwal ke butik jam satu nanti"
"Aku tidak peduli"
"Aya...
"Bilang saja aku sakit. Atau kabur atau ..
"Diam" Desis Annelka.
Aya langsung membuka matanya.
"Dengar Ann. Aku sama sekali tidak peduli dengan presscon atau apapun itu..
"Kau harus mulai peduli sekarang"
"Lihat! Kau mulai menunjukkan sifat otoritermu. Aku tidak suka!"
"Itu karena kau selalu melawanku"
"Cukup. Aku tidak mau berdebat lagi denganmu. Aku lelah. Aku capek" Aya akhirnya menunjukkan sisi lemahnya.
"Tapi sayangnya kau tidak bisa menolak. Bangun atau aku memakanmu sekarang" Annelka mulai menunjukkan sisi dominasinya.
Aya menggeram kesal.
"Bisa tidak sehari saja kau tidak menggangguku"
"Tidak bisa. Karena mulai sekarang kita akan mulai membiasakan diri untuk bersama"
"Annelka...
"Apa? Bangun dan makanlah. Tria sudah menunggumu. Atau mau kupanggilkan Farris biar kamu diinfus"
"Tidak perlu"
Annelka bangun dari duduknya.
"Makanlah. Kau belum makan dari kemarin pagi" Ucap Annelka meletakkan nampan berisi sarapan di hadapan Aya.
"Ini favoritmu kan?"
Aya menatap Annelka. Kenapa pria ini berubah jadi manis dan perhatian. Pikir Aya.
"Makan sendiri atau aku paksa"
Tanpa banyak kata. Aya meraih sandwich lalu pelan memakannya.
"Aku baru tahu menu dietmu jus alpukat. Itu efektif sekali. Membuat tubuhmu seksi...
"Annelka!!"
Sedangkan yang diumpat sudah menghilang di balik pintu.
"Bagaimana?" Tanya Tria.
"Baru sarapan. Aku akan meeting dengan Ed saja. Kau urusi dia. Moodnya baru membaik. Nanti melihatku dia bad mood lagi" Ucap Annelka melangkah keluar dimana asistennya yang lain sudah menunggu.
Tria menghela nafasnya. Tugasnya akan bertambah rumit. Dia lebih suka berdebat dengan Annelka timbang beradu argumen dengan bos perempuannya. Bisa pusing tujuh keliling Tria dibuatnya.
***
"Wah dia cantik sekali. Siapa Sat?" Tanya seorang wanita jadi-jadian. Membuat Aya langsung bersembunyi di belakang punggung Tria.
"Dia basicnya cowok tapi berubah haluan" Bisik Tria pada Aya.
"Takut"
"Aku ada. Jangan khawatir"
"Besok cari yang perempuan murni"
"Iya-iya bu bos. Ini kan emergency"
Aya akhirnya menurut ketika orang itu ahhh Aya sampai bingung mau menyebutnya apa. Menyuruh Aya duduk. Cowok kok ada sentuhan feminimnya. Kalau cewek kok maskulin amat.
"Gaunnya dibawa sekalian nggak nek"
"Bawa, nanti dianterin sama si Aldo" Jawab Tria menunggu Aya tepat disampingnya.
"Gue nggak gigit elu. Kalau ada bos elu baru gue naik"
Aya langsung bergidik ngeri mendengar ucapan si MUA yang mulai merias dirinya.
"Kenapa sih harus dimake up di sini. Soal make up. Eva juga jago" Bisik Aya.
"Maunya calon suamimu begitu. Aku tinggal nurut perintahnya. Lagipula dia ingin pamer ke dunia kalau istrinya cantik tiada bandingan"
Aya berdecih kesal.
"Wooiii kalau gue ketemu elu di awal mungkin gue bisa sembuh nek. Cantik beut. Dapat di mana bosmu"
"Rahasia" Satria menjawab.
MUA yang oleh Tria dipanggil Pinkan itu langsung melengos.
"Awas saja kalau bos elu ke sini. Gue habisin dia" Ancam Pinkan.
"Dia gak bakalan ke sini" Jawab Tria.
Pinkan berdecak kesal.
Satu jam penuh drama. Dan akhirnya selesai. Baik Pinkan maupun Tria langsung melongo melihat kecantikan Aya.
"Pantes bos gue kekeuh buat ngawinin nih cewek" Bisik Tria ke telinga Pinkan.
"Serius bos elu mau kewong" Pinkan bertanya.
"Makanya ini gue yang kelimpungan. Dua minggu, elu bayangin. Gimana gue gak milih dikirim ke Afrika aja mandiin gajah di sono"
Pinkan geleng-geleng kepala. Dia cukup tahu sifat Annelka.
"Elu udah dapat gaunnya belum?"
"Ya belumlah. Ada rekomendasi?"
"Nanti gue kasih tahu tempat teman gue. Harga no problem kan?"
"Tentu saja. Bos gue mau grand wedding buat dia"
"Mestilah. Dia cantiknya kebangetan gitu. Bosmu pasti termehek-mehek sama dia"
"Tria ini ketinggian" Aya mengeluh soal heelsnya yang dia anggap terlalu tinggi.
"Gak nek. Itu cuma 7 senti. Tinggi you 170 dengan itu pas buat ngimbangin tinggi laki elu yang 188"
"Tapi aku biasa pakai flat"
"Sebentar doang. Ya...ya..abis itu boleh kamu lempar ke calon suami kamu"
Aya langsung mengembangkan senyumnya.
"Ide bagus!"
"Waduh dia serius lagi nanggepinnya"
Tria menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kalau ada perang dunia ke-empat elu pemicunya" Pinkan meledek Tria yang terlanjur salah bicara.
***
!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Zoe Arya Putra
Aku suka alur ceritanya thor seru banget apalagi visual cowoknya xucibin
2022-08-25
2