Bab 19

Sugeni mengajak Arman dan Syafa pergi ke hutan tanjakan merah, untuk memastikan dugaan mereka jika arwah Jeni terjebak di sana. Sugeni menenteng satu kantong plastik yang entah apa isi bungkusan itu, setelah sebelum nya ia masuk ke dalam gubuknya.

Gerimis tipis mulai turun membasahi bumi yang semula kering. Saat ini Arman, Syafa dan Sugeni akan memasuki wilayah tanjakan merah, lebih tepat nya sebuah hutan yang berada di samping tanjakan tersebut.

Keheningan mulai menyelimuti, sesekali hanya terdengar suara langkah kaki mereka yang menginjak beberapa ranting dan dedaunan yang berserakan di sepanjang jalan menuju hutan.

Berbagai jenis pohon besar dan rimbun di sekeliling, menambah kesan wingit hutan tersebut. Arman yang berjalan paling belakang merasa tak nyaman dengan keadaan tempat ini. Apalagi sekarang mereka sudah cukup jauh masuk ke dalam hutan.

Makin jauh mereka melangkah keadaan makin gelap, padahal saat ini masih siang hari. Mungkin karena suasana mendung di tambah lagi rimbun nya pepohonan yang membuat pencahayaan di sana kurang.

Sraaaakk

Suara derap langkah terdengar di balik semak-semak, seperti nya hanya Arman yang mendengar. Syafa maupun Sugeni tetap fokus berjalan karena memang mereka tak mendengar apapun seperti yang di alami Arman. Seseorang di balik semak seakan tengah mengawasi ketiga orang tersebut.

Pria itu bergidik saat merasa ada hembusan angin meniup tengkuk nya. Arman mengusap dan menggosok-gosok bagian tengkuk dengan telapak tangan. Ia meninggikan leher jaket, dan menutup penuh resleting.

Dahan pohon meliuk-liuk seakan menyambut kedatangan mereka. Sugeni merentangkan tangan menahan langkah dua anak muda di belakang nya.

'' Ada apa kek? '' tanya Arman heran karena kakek tua itu menghentikan langkah mereka secara tiba-tiba.

'' Dari tadi kita hanya berputar-putar di sini, '' jawab Sugeni tanpa berbalik badan.

Syafa sedari tadi sudah menyadari hal itu, tapi ia tak ingin berpendapat karena khawatir perkiraan nya salah.

Sedangkan Arman sendiri tak menyadari hal itu, ini kali pertama diri nya menginjak hutan tersebut hingga jalan mana pun rasa nya tampak sama saja.

'' Mereka tak menginginkan kehadiran kita saat ini, makanya mereka membuat kita linglung dan hanya berputar-putar di jalur yang sama, '' jelas Sugeni.

Ia kemudian duduk bersila, mengeluarkan satu persatu dari kantong plastik yang di bawanya.

Arman mengerutkan kening melihat barang-barang asing yang di keluarkan oleh Sugeni.

Tiga buah dupa, satu buah wadah berbentuk mangkuk yang terbuat dari tanah liat, satu cerutu berukuran besar, dan sebuah botol kecil berisi minyak. Ia menggelar sebuah kain berwarna putih seukuran taplak meja sejenis kain kafan, dan di simpan nya barang-barang tadi di atas kain putih itu.

Sugeni sepertinya akan melakukan sebuah ritual. Syafa maupun Arman tak mau banyak berkomentar, mereka hanya berjongkok melihat apa yang hendak di perbuat kakek tua bernama Sugeni itu.

Sugeni menancapkan dupa di atas wadah tadi setelah sebelumnya ia bakar dupa itu. Ia juga menyalakan cerutu dan di simpan di tempat yang sama. Kepulan asap dari dupa mulai terlihat, bau nya menguar di udara. Kelopak mata keriput kakek tua itu mulai menutup, mulut Sugeni pun berucap sesuatu namun tak sampai mengeluarkan suara hingga tak dapat terdengar oleh Syafa dan Arman.

Tiba-tiba saja hembusan angin kencang menerpa mereka bertiga. Pohon-pohon besar di sekeliling nampak bergerak gerak akibat terpaan angin, hingga daun dan ranting nya berjatuhan. Seakan alam di sana menunjukan kemarahan. Keadaan itu tak membuat Sugeni menghentikan ritual nya.

Arman makin tak nyaman dengan keadaan aneh ini. Sesekali mata nya mengedar ke sekeliling saat merasa yakin jika ada yang terus memperhatikan mereka bertiga.

Tiba-tiba Arman di kejutkan oleh suara dentuman yang terdengar dari arah dalam hutan, semula ia kita itu suara guntur. Tapi saat terdengar kembali dentuman untuk yang kedua kali nya, Arman merasa asing dengan suara tersebut bahkan sampai menggetarkan tanah yang ia pijak.

Saat yang sama tubuh Sugeni terpental ke belakang. Kakek tua itu meringis memegangi pinggang nya. Syafa dan Arman membantu nya untuk bangun.

'' Lebih baik kita segera pergi dari sini, '' kata Sugeni seraya membereskan kembali peralatan ritual nya tadi.

Syafa maupun Arman menjawab dengan sebuah anggukan, mereka merasa ada yang tidak beres makanya Sugeni mengajak mereka pergi dari sini.

Usai Sugeni mengemasi barang-barang nya, mereka pun segera meninggalkan tempat itu. Hembusan angin kencang seakan tak mau berhenti, daun-daun berguguran mengikuti setiap langkah mereka.

Akhirnya mereka pun sampai di mulut hutan, mereka berhasil keluar dengan mudah dan cepat tak seperti tadi saat masuk kedalam nya.

Saat ini mereka berdiri di tanjakan merah, mulai menuruni tanjakan tersebut untuk kembali ke pemukiman.

'' Kita sudah separuh perjalanan tadi, tapi Sewu Ireng marah dan tak mengizinkan kita masuk lebih dalam lagi, '' ucap Sugeni.

'' Apa yang membuatnya marah? '' tanya Syafa.

Sugeni berfikir beberapa saat untuk menjawab pertanyaan Syafa. Kemudian ia menghentikan langkah dan berbalik menghadap kedua orang di belakang nya.

'' Aku sudah berjanji tak akan lagi mengusik keberadaan nya dan membiarkan sewu ireng mendapatkan apa pun yang ia inginkan termasuk menumbalkan manusia sebagai ganti sukma Wijaya. '' Terlukis sebuah penyesalan dari wajah Sugeni karena tak bisa menghentikan perbuatan keji iblis itu.

'' Di kembalikan atau tidak nya sukma kakek buyut ku, tetap saja ia akan menumbalkan banyak orang. Bukankah sebelum kejadian itu, sudah banyak korban berjatuhan? " kata Syafa berdasarkan logika nya.

'' Aku pikir itu hanya akal-akalan nya saja, '' lanjut nya. '' Atau ada hal lain lagi yang kakek Sugeni janjikan pada nya? '' Syafa merasa masih ada teka-teki di balik peristiwa silam itu.

'' Sudah sore, lebih baik kalian pulang, '' kata Sugeni mengalihkan pembicaraan, ia enggan menjawab pertanyaan Syafa.

'' Kakek belum menjawab pertanyaan ku, '' sanggah Syafa.

'' Tak ada yang perlu aku jawab, dan kalian tak harus mengetahui lebih jauh lagi tentang hal itu. '' Sugeni berbalik dan kembali menuruni pijakan terakhir dari tanjakan merah itu.

'' Tentu saja aku butuh kejelasan, aku cucu dari Wijaya. '' Syafa terus mendesak Sugeni.

'' Itu sudah lama terjadi dan tak perlu di ungkit. Sekarang masalah yang kalian hadapi bukan itu. Aku akan usahakan agar kita dapat kembali . Butuh waktu bersemedi beberapa hari agar aku bisa membawa kalian kesana lagi. '' Kakek tua itu menyebrang jalan secepat kilat. Padahal di usianya yang tua tak mungkin bisa berjalan secepat itu.

'' Kami akan kembali tiga hari kedepan, '' kata Syafa sedikit berteriak.

Sugeni menoleh sesaat mengangguk kan kepala kemudian kembali berjalan hingga lenyap setelah melewati gapura desa.

Arman sedari tadi hanya diam, usaha nya kali ini tak membuahkan hasil. Ia sempat putus asa, namun setelah mendengar perkataan Syafa jika tiga hari lagi mereka akan kembali lagi ke tempat ini, seketika ia kembali menyimpan harapan agar masalah nya segera usai di hari itu juga.

Terpopuler

Comments

Ali B.U

Ali B.U

kirain ada pertarungan melawan Iblis., eee taunya mlah gagal

2022-09-06

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!