Khadijah terbangun saat mendengar suara aneh tertangkap oleh indra pendengaran nya. Mata Khadijah terbelalak melihat Maura berjalan sendiri ke arah pintu kamar.
Segera Khadijah bangun berjalan mendekati putri nya.
'' Maura ? '' dengan suara bergetar ia memanggil gadis itu.
Cara jalan Maura sedikit aneh, kepalanya miring ke kiri, tubuh nya seakan lemas saat melangkah, lebih mengejutkan lagi saat Khadijah melihat lebih dekat. Mata Maura tertutup rapat, tapi ia berdiri bahkan berjalan seakan ingin keluar kamar.
Belasan tahun Khadijah merawat Maura, baru kali ini ia melihat gadis itu tidur sambil berjalan ( sleepwalking).
Tak ingin hal buruk terjadi, Khadijah menggoncangkan lengan Maura.
Langkah gadis itu terhenti sejenak, beberapa saat kemudian tubuh nya terkulai lemas bahkan hampir saja ambruk ke lantai jika Khadijah tak segera menahan nya.
" Bang Amir,, tolong !! " Khadijah berteriak minta bantuan.
Amir yang saat itu sedang di kamar pun segera menuju kamar Khadijah saat mendengar teriakan minta tolong dari adik nya itu.
Pintu kamar sengaja tak Khadijah kunci, untuk menghindarkan kemungkinan hal buruk terjadi seperti saat ini. Amir akan mudah masuk dan menolong saat terjadi sesuatu.
'' Astagfirullah, kenapa Maura? " tanya Amir sambil membopong tubuh gadis itu dan membaringkan di ranjang.
" Entahlah, aku juga tidak tau. Pas aku terbangun melihat Maura tidur sambil berjalan. Untung saja aku bangun, jika tidak entah apa yang akan terjadi, '' lirih Khadijah.
Amir melihat jam dinding, saat ini harusnya Maura melaksanakan dzikir sesuai perintah Ustad Dzikri.
'' Maura,, bangun nak. " Amir mengusap lengan Maura agar ia bangun.
'' Kamu lupa? Saat ini harusnya Maura dzikir." Amir sedikit kesal pada adik nya.
'' Maaf Bang, aku ketiduran. Beberapa hari ini aku sedikit kurang enak badan, mungkin karena kurang tidur dan banyak pikiran. " Khadijah tertunduk, ia menyesal karena tak bisa menjaga Maura dengan baik.
'' Ya aku tau, kalau kamu lelah setidak nya beri tau aku sebelum kamu istirahat. Biar aku yang menjaga Maura. Tapi saat ini dia harus segera bangun dan melaksanakan perintah Ustad Dzikri. " Amir kembali membangunkan Maura, hingga akhir nya gadis itu pun bangun.
'' Nak, kita wudhu dulu ya. Kamu kan harus sholat tahajud dan berdzikir malam ini, " bujuk Khadijah.
Maura menoleh ke arah Khadijah, ia hanya menjawab dengan sebuah anggukan pelan tanpa berucap. Seperti hari-hari sebelum nya, Maura masih tetap seperti itu. Kesadaran Maura tak sepenuh nya.
Seusai berwudhu , Khadijah memakaikan mukena pada Maura. Ia membimbing putri nya melaksanakan sholat dan dzikir. Sementara Amir menunggu mereka di luar.
Amir berdiri dari duduk nya saat melihat Khadijah keluar kamar.
'' Bang, Maura tetap saja tak bisa berkonsentrasi saat mengamalkan bacaan yang di berikan Ustad Dzikri. Apa dia bisa sembuh sedang ikhtiar nya saja seperti ini? '' Khadijah keluar dari kamar setelah yakin Maura kembali tidur.
Amir termenung beberapa saat, ia juga bingung jika Maura terus seperti ini bagaimana bisa sembuh?
'' Kita berdoa saja, serahkan semua nya pada Allah, '' tutut Amir.
***
Syafa menunggu Arman di depan halte bis, kali ini mereka berdua libur kerja dan mereka bersepakat untuk pergi ke desa X.
Tadi malam Arman sempat menghubungi wanita itu, ia meminta kembali bantuan dari Syafa. Gadis itu menganjurkan agar Arman dan diri nya langsung pergi ke tempat dimana terjadi nya kecelakaan bus 20 hari yang lalu.
Arman pun menurut, saat ini ia dalam perjalanan menuju halte di mana Syafa menunggu nya di sana.
Hari cerah seakan mendukung perjalanan mereka untuk pergi ke desa X. Arman sampai di halte dan menghampiri Syafa yang tengah berdiri di sana. Gadis berhijab itu mengenakan pashmina coklat susu, dengan paduan kemeja putih dan jeans kulot. Syafa terlihat cantik bahkan lebih cantik dari biasanya yang hanya mengenakan seragam kerja.
'' Lama nunggu ya? '' tanya Arman saat langkah nya sampai di hadapan Syafa.
'' Lumayan. '' Syafa melihat sekilas arloji yang melingkar di tangan nya.
'' Sorry, udah bikin kamu nunggu. Jadi kita pergi sekarang? '' tanya Arman.
'' Ya, nunggu bis nya datang dulu. Kayaknya bentar lagi deh, '' jawab Syafa.
Mereka pun duduk di halte sejenak, menunggu kedatangan bis yang akan melewati jalur desa X.
Hampir sepuluh menit berlalu akhirnya yang mereka tunggu pun mulai terlihat dari kejauhan. Arman mengayunkan lengan memberhentikan bis yang sebentar lagi melintasi mereka.
Mobil besar itu pun berhenti tepat di hadapan mereka berdua. Arman dan Syafa segera naik dan duduk di jok yang tak begitu padat.
Cukup lama perjalanan yang mereka tempuh, akhir nya mereka pun sampai di sebuah desa. Pemandangan asri menyambut kedatangan Arman dan Syafa.
Arman saat ini berdiri tepat di bawah tanjakan maut tempat terjadi nya kecelakaan yang menelan banyak korban. Ia menatap jauh ke atas sana, mengedarkan pandangan nya ke sisi tanjakan tersebut yang hanya di tumbuhi pohon-pohon besar di sebelah kiri nya dan jurang yang curam di sebelah kanan jalan itu.
'' Jangan bengong di sini. Yuk jalan ! '' ajak Syafa.
Arman mengernyitkan kening tak mengerti untuk apa mereka ke tempat ini. Ia hanya mengikuti langkah Syafa tanpa ingin banyak bertanya. Meskipun rasa penasaran nya begitu besar.
Sebelum jalan menanjak tadi, sebuah desa dan pemukiman penduduk berada di bawah nya. Syafa dan Arman berjalan memasuki area tersebut. Tak banyak rumah yang tinggal di tempat itu, hanya beberapa saja.
'' Kita mau kemana nih? '' tanya Arman mulai memberanikan diri untuk bertanya.
'' Kita ke rumah seorang kuncen. " Syafa melirik ke arah nya sekilas kemudian tatapan gadis itu kembali lurus ke depan.
'' Kuncen? Maksudnya? '' Arman makin tak mengerti.
'' Udah ikut aja, nanti juga kamu bakalan tau. '' Syafa mempercepat langkah nya saat suara petir tiba-tiba saja terdengar dari kejauhan.
Arman menghentikan langkahnya sejenak, ia menatap langit yang semula biru cerah namun kini gerombolan awan hitam mulai menutupi nya. Arman bergegas mengikuti langkah Syafa, tak mau sampai tertinggal jauh di belakang.
Mereka pun sampai di depan rumah panggung berukuran kecil, rumah berdinding bilik bambu lebih tepat nya seperti sebuah gubuk. Nampak seorang kakek tua di mulut pintu rumah tersebut.
Kakek tua yang usianya sekitar 70 tahunan itu sedang asyik mengh*isap pipa rok*k berbentuk melengkung.
'' Assalamualaikum ! '' Arman dan Syafa serentak mengucap salam.
'' Wa'alaikumsalam, '' jawab kakek tua tadi dengan senyuman ramah yang memperlihatkan deret gigi ompong nya.
'' Aya naon cu? ( ada apa cu? ) '' tanya Kakek tua itu saat Syafa dan Arman satu persatu bersalaman dengan nya.
'' Maaf kek, maksud kedatangan kami kemari untuk mencari ruh saudara kami yang di duga terjebak di tanjakan sana. '' Tanpa basa-basi Syafa langsung mengatakan pokok permasalahan mereka. Setelah Kakek tua mempersilahkan mereka duduk di bangku panjang yang berada di depan rumah nya.
Seketika raut muka orang tua itu menatap mereka dengan tajam. Ia mulai bangkit dari duduk nya dengan mata masih tertuju pada kedua orang yang berada di hadapan nya.
Sesekali ia kembali mengh*sap pipa rok*k dan menghembuskan asap tipis dari mulut nya. Arman sedikit grogi saat di tatap oleh kakek tua itu. Rasa nya ada sesuatu yang beliau tau tentang maksud kedatangan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Ali B.U
dikit anat si kak 🆙-nya
2022-09-03
1
Ai Emy Ningrum
udah aki2 masih ngerokok..bengek ki ntar 🙊🙊
2022-09-02
5