40 Hari
Panas cahaya matahari begitu terik hingga membuat peluh bercucuran, hiruk pikuk keramaian di sebuah terminal bis membuat kepala rasa nya mau pecah. Apalagi menjelang hari libur, keadaan di terminal akan lebih padat dari hari-hari biasa nya.
Maura yang mengenyam pendidikan di sebuah Universitas ternama di Ibu kota kini akan menghabiskan masa liburan nya dengan pulang ke kampung halaman.
Dia pulang bersama Medina dan Jeny sahabat nya yang juga masih satu wilayah dengan kampung halaman nya.
Mereka bertiga mencari-cari bis dengan jurusan ke kota asal mereka. Hingga menemukan satu bis ekonomi berukuran besar yang sudah cukup padat penumpang.
'' Kita naik yang ini saja, lagian susah nyari bis yang tujuan nya ke kampung kita. Mungkin ini bis terakhir, '' ajak Medina.
'' Ayo, '' ucap Maura dan Jeni kompak.
Mereka pun mulai naik ke dalam bis, mencari-cari jok yang muat untuk mereka bertiga. Setiap sisi bis memiliki tiga jok, tapi sayang nya di sebelah kanan hanya tinggal dua jok kosong karena ada seorang penumpang laki-laki yang duduk di sana.
Sedang di sebrang nya atau sebelah kiri jok tadi, hanya ada satu jok lagi yang dua sudah terisi. Mau tak mau salah satu dari mereka harus duduk terpisah.
'' Ya udah kalian di sana gih, biar aku sebelah sini. '' Maura segera memilih jok sebelah kiri sementara Medina dan Jeni duduk di sebelah kanan.
'' Yah gak barengan deh, '' cetus Jeni.
'' Kita selfy dulu yuk, sini merapat. '' Medina yang biasa di panggil Dina pun mengajak Maura untuk lebih mendekat ke jok nya.
'' Kata orang tua ku, pamali kalau kita berfoto bertiga, karena salah satu dari kita akan mati. '' Ungkap Jeni polos.
'' Ah aturan dari mana tuh, ada-ada aja deh di zaman modern gini masih nurutin pamali, '' celoteh Dina tak percaya.
Maura sedikit percaya dengan perkataan Jeni, biasanya ucapan orang tua zaman dulu memang ada benar nya, tentu semua itu ada alasan nya salah satu nya untuk kebaikan para generasi berikut nya. Ia dengar, tak baik melawan kata pamali karena bisa saja menjadi bumerang untuk diri sendiri.
'' Kok pada bengong, ayoo..'' Medina menarik lengan Maura yang masih merenung menimbang-nimbang omongan Jeni tadi.
Tapi apa boleh buat ia pun akhir nya menuruti kemauan Dina.
Jepret !!
Mereka berhasil mengabadikan momen di dalam bis tua tersebut, seseorang yang duduk di sebelah Maura melirik sekilas ke arah mereka yang tengah berfose.
'' Udah ah pegel aku, '' Maura kembali menyenderkan punggung nya di kursi bis.
Medina dan Jeni melihat hasil jepretan mereka.
'' Iya udah sekali doang, lumayan buat kenang-kenangan kan. '' Medina kembali memasukan handphone nya ke dalam tas.
Bis sudah mulai padat penumpang, beberapa orang yang tak kebagian tempat duduk pun terpaksa harus berdiri berdesakan dengan penjual asongan yang dari tadi bolak-balik menawarkan dagangan mereka.
Di tambah lagi para pengamen menambah riuh suasana di dalam bis, mereka datang silih berganti.
Sumpek, panas dan sesak keadaan dalam bis tersebut. Bau keringat bercampur bau makanan dan asap rokok membuat perut serasa mual. Biasanya Maura menaiki bis ber-Ac namun kini terpaksa naik bis ekonomi yang berdesak-desakan dengan penumpang lain.
Beberapa saat bis pun mulai melaju keluar dari kawasan terminal. Maura sedikit bosan karena tak ada teman ngobrol, ia pun mulai memainkan ponsel nya. Ia memberitahu keluarga nya jika diri nya sedang dalam perjalanan pulang, sekitar lima jam ke depan mungkin baru bisa sampai ke tempat tujuan.
Di sebelah Maura ada seorang ibu dan anak nya yang berusia sekitar sepuluh tahun. Ibu itu duduk di dekat jendela sementara anak nya duduk di jok tengah tepat di samping Maura. Mereka terlihat ngantuk dan tertidur.
Baru satu jam perjalanan mereka, kaki Maura rasa nya sudah pegal, kalau saja bisa ia ingin selonjoran tapi tentu tak mungkin ia lakukan. Belum lagi di sebelah nya ada orang yang berdiri hingga menghalangi pandangan nya untuk melihat kedua teman nya Jeni dan Medina.
Maura pun memutuskan untuk tidur, ia menyandarkan kepala dan memejamkan mata. Tangan nya memeluk erat tas ransel yang berisi pakaian dan barang-barang lain milik nya.
Hawa panas dalam bis membuat rasa kantuk tak kunjung muncul, Maura hanya terdiam memejamkan mata meski ia tak tidur karena kegerahan dan pengap.
Beberapa jam kemudian bis memasuki rest area, para penumpang pun segera turun menuju warung makan yang berada di sana. Mereka mengisi perut yang lapar karena perjalanan masih sekitar tiga jam lagi, tak lupa membeli minuman dan makanan ringan untuk bekal di dalam bis nanti. Sebagian juga ada yang ke toilet untuk buang air kecil.
Maura dan kedua teman nya pun segera duduk di bangku warung makan, memesan gorengan dan lontong untuk mengganjal perut mereka.
'' Akhir nya bisa bernafas lega, '' ucap Maura menghirup dan menghembuskan oksigen.
'' Iya nih, di bis sumpek bener. Kebanyakan penumpang sih, '' ucap Medina.
'' Kalau aku fine-fine aja, yang penting kita bisa pulang. Wajar kalau libur emang pemudik membludak. Enjoy dan tidur aja lah, tau-tau sampe aja. '' Jeni melahap gorengan yang sudah tersaji di meja.
'' Boro-boro bisa tidur, yang ada pingin muntah, '' cetus Maura menjulurkan lidah seakan akan ia benar ingin muntah.
'' Ih gak sopan orang lagi makan ngomongin muntah, '' gerutu Jeni. Maura hanya tertawa kecil melihat mulut Jeni yang mengerucut.
'' Emang sih awal nya gak ngantuk tapi lama-lama juga ketiduran sendiri, maklum habis bergadang semalam, '' ujar Medina.
Tak lama kemudian kondektur bis memberitahu para penumpang untuk kembali masuk ke dalam bis karena akan kembali melakukan perjalanan.
Para penumpang pun mulai memasuki bis, duduk di tempat semula. Tak ada perubahan posisi di dalam bis. Maura sempat menawarkan kursi nya pada Bapak-bapak yang dari tadi berdiri di dekat nya namun orang itu menolak, ia bilang biar perempuan saja yang duduk ia sudah terbiasa berdiri dalam bis lagi pula sebentar lagi ia sampai ke tempat tujuan.
Maura pun tak bisa memaksa, setidak nya dia sudah menawarkan diri untuk berganti posisi. Gak enak juga kalau orang tua harus berdiri sedang dia duduk di kursi jok.
Bis pun kembali melaju melewati jalanan yang berkelok-kelok. Kali ini tak melewati jalan tol lagi melainkan jalan raya biasa, karena daerah situ belum ada jalan tol.
Bahkan mereka harus melewati jalan dengan tikungan-tikungan tajam , menurun juga menanjak.
Entah apa yang terjadi tiba-tiba saja bis itu oleng saat melintasi jalanan menurun, seakan tak bisa di rem hingga menabrak banyak kendaraan di depan nya.
Suara jerit histeris dan teriakan para penumpang belum lagi orang-orang di luaran sana membuat suasana getir.
'' Allahu akbar..Allahu akbar.., '' seruan takbir memenuhi seisi bis yang mulai tergoncang.
Maura menahan tubuh dengan berpegangan ke jok depan, benar-benar campur aduk perasaan nya saat ini. Tak tau apa yang harus di perbuat selain berdo'a.
Sopir yang sudah hilang kendali pun membanting stir ke kiri jalan guna menghindar dari kendaraan lain nya, suara dentuman bis terguling pun terdengar sangat keras.
Kini Maura sendiri pun tak bisa menahan tubuh nya. Apalagi saat bis terguling beberapa penumpang tergoncang tubuh nya, terombang ambing dan terpental ke segala arah.
Maura yang masih sadarkan diri pun mulai melihat ke sekeliling, walau tubuh nya masih tergencat kursi bahkan kaki terganjal badan salah satu penumpang. Kini mata nya yang masih sedikit terbuka melihat beberapa orang di depan nya sangat mengenaskan, darah segar mengucur di kepala sedikit demi sedikit pandangan nya pun kabur dan tak sadarkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻
terkadang mitos merupakan bagian dari faktanya
tapi terkadang hoax juga sih
2024-04-18
0
Nada Melody
aku sendiri sampai sekarang masih tidak percaya mitos foto bertiga
2023-05-29
0
Shinta Teja
baru mampir aku di awal tahun, Thor... setelah baca cerita Ningrum terlebih dahulu..
🤗🤭
2023-01-03
2