Seperti malam-malam sebelum nya, suasana sunyi menghiasi. Sesekali hanya terdengar lolongan panjang binatang malam membelai indra pendengaran Maura yang saat ini tertidur hingga gadis itu perlahan membuka mata nya.
Hawa dingin membuat Maura sulit untuk kembali masuk ke alam mimpi, apalagi saat ini kantung kemih seakan sudah penuh, memaksa nya untuk bangun dan segera ke kamar mandi.
Di lirik nya Khadijah yang berada di samping, terlelap dalam tidur. Maura bangkit turun dari ranjang, perlahan membuka pintu kamar agar tak membangunkan Khadijah.
Ia berjalan menuju ruang belakang dengan di bantu penerangan lampu gantung berwarna kuning yang tak begitu terang.
Selintas Maura menengok jam dinding yang berada di ruang makan, jarum jam menunjukan pukul satu dini hari.
Sampai di kamar mandi ia pun segera menuntaskan hajat nya. Lega rasa nya setelah buang air kecil, ia pun segera kembali ke luar.
Baru dua langkah dari kamar mandi, ia di kejutkan oleh suara gemercik air. Seakan ada seseorang memainkan gayung di dalam sana, hingga Maura pun berbalik membuka kembali pintu kamar mandi yang sudah tertutup rapat.
Netra nya menangkap hal janggal di dalam sana, banyak bunga bertaburan di lantai kamar mandi bahkan tanah merah yang basah pun terlihat di antara bunga tersebut.
Indra penciuman nya pun menangkap bau tak sedap, seperti bau bangkai yang menusuk hidung. Sontak Maura segera menutup kembali pintu kamar mandi tersebut dengan tangan bergetar dan pandangan nya mulai mengedar ke seluruh ruangan.
Maura segera mengambil langkah cepat untuk kembali ke kamar. Keringat dingin sudah membasahi pelipis, kaki dan sekujur tubuh nya bergetar hebat dengan rasa takut yang semakin menjadi.
Baru ia akan membuka kan pintu, sudut mata nya melihat seseorang tengah berdiri di pojok ruang utama. Langkah Maura terhenti sejenak, ia menelan saliva berulang kali degup jantung sudah mulai tak beraturan. Tanpa menoleh pun sudut mata nya masih menangkap makhluk itu, makhluk yang berdiri di pojokan dengan rambut terjuntai menutupi wajah, tangan kaku dan pucat terjulur ke arah nya.
Braak
Maura bergegas masuk membanting pintu kamar, dengan nafas memburu ia bersandar di balik pintu.
'' Maura, kamu kenapa nak ? '' suara Khadijah mengejutkan diri nya. Khadijah terbangun karena Maura menutup pintu kamar dengan sangat keras.
Kini wajah Maura pun terlihat sangat tegang, bisa ia lihat nafas nya pun cepat dan tak beraturan.
'' Aku habis buang air kecil, di kamar mandi aku lihat bunga bercampur tanah merah, aku juga sempat mencium bau tak sedap di sana. Lalu..di pojok ruang tamu ada seseorang berdiri, '' kata Maura sedikit berbisik.
Khadijah menautkan kedua alis nya. Ia beranjak turun dari tempat tidur mendekat ke arah putri nya berdiri.
Khadijah mencoba meraih daun pintu untuk memastikan apa yang Maura katakan, namun Maura mencegah nya. Gadis itu menggelengkan kepala seraya menepis lengan Ibu nya.
Maura menahan tangis dan rasa takut nya, ia tak ingin Khadijah keluar kamar karena sosok itu pasti masih berada di sana pikir nya.
'' Nak, Ibu mau memastikan keadaan di luar, '' ucap Khadijah.
'' Jangan Bu, '' kata Maura terus menggelengkan kepala nya.
'' Jangan takut, ada Ibu di sini. '' Khadijah menatap Maura meyakinkan anak gadis nya itu jika semua akan baik-baik saja.
Perlahan Maura menggeser tubuh nya yang sedari tadi menghalangi akses kamar tersebut.
Ceklek
Khadijah membuka lebar pintu, ia mulai menapaki ubin dengan pandangan menyapu ruang utama dan berhenti di setiap pojokan.
Maura bersembunyi di belakang nya dengan perasaan was-was.
Tak ada siapapun di sana, tak seperti apa yang Maura barusan katakan.
'' Nggak ada apa-apa kan ? '' ucap Khadijah sambil melongok ke belakang.
Maura tak menjawab, ia yakin diri nya tadi melihat sosok itu meski memang kini sosok itu lenyap saat diri nya keluar kamar bersama Khadijah.
'' Kita cek ke belakang, sekalian Ibu mau ambil wudhu. Kamu juga sholat tahajud ya biar hati nya tenang, '' ajak nya.
Maura mengangguk menuruti saran Ibu nya, ia memang sudah hampir melupakan kewajiban nya sebagai seorang muslim akhir-akhir ini semenjak semua kehidupan nya terasa asing.
Tiba di depan kamar mandi, lagi-lagi Maura menyembunyikan wajah saat Khadijah membuka pintu.
Namun sama hal dengan sosok tadi, bunga dan tanah merah itu pun tak ada di sana. Bahkan Khadijah tak mencium aroma apapun selain pewangi kamar mandi yang tergantung di balik pintu.
'' Kenapa yang aku lihat tadi semua nya lenyap ? Aku yakin Bu, tadi aku memang melihat nya dengan jelas. '' Maura menggenggam lengan Ibu nya.
Khadijah tersenyum lembut menatap nanar wajah panik Maura di liputi rasa takut yang berlebihan.
'' Iya, Ibu percaya kamu gak mungkin mengada-ada. Yaudah kita ambil wudhu dulu, '' tutur Khadijah.
Maura mengangguk pelan, ia pun segera mengambil wudhu terlebih dahulu kemudian baru Ibu nya.
Basuhan air wudhu terasa dingin dan sejuk bahkan sampai menyejukan hati nya yang saat ini kian tenang, rasa takut perlahan sirna apalagi diri nya akan menghadap sang Khaliq.
Khadijah menjadi imam di depan, Maura di samping kanan sebagai makmum. Setelah mengucap niat Khadijah pun mengangkat kedua telapak tangan seraya mengucapkan takbiratul ihram dan di ikuti Maura.
Namun aneh nya Maura tak bisa mengingat bacaan shalat, berulangkali ia mengulang doa iftitah namun tak juga selesai karena lupa seakan doa tersebut tak pernah ia baca sebelum nya.
Ia hanya ingat di awal-awal saja namun setelah itu fikiran nya blenk tak ingat sedikitpun. Padahal ia baru tak sholat beberapa hari semenjak ia kecelakaan. Tak mungkin jika ia melupakan ayat yang sudah di hafalkan sedari kecil.
Tak mau berhenti di situ, ia urungkan membaca iftitah dan akan memulai bacaan alfatihah, namun lagi-lagi ia tak mengingat ayat per ayat nya. Yang ia ingat hanya urutan rukun shalat saja, namun tidak bacaan nya.
Otak nya mulai bekerja keras mengingat lafadz-lafadz Tuhan, namun nihil tak sedikitpun terlintas dalam memori. Kini ia mulai frustasi, karena hanya bisa mengikuti gerakan sholat Khadijah saja tanpa ikut membaca doa-doa nya.
Satu, dua rokaat pun hampir selesai, kini mereka duduk tahiyat akhir. Khadijah melaksanakan nya dengan khusuk lain dengan Maura yang sedari tadi dalam sholat nya hanya mencoba mengingat bacaan yang ia lupakan begitu saja.
Maura merutuk dalam hati, mengutuk diri nya yang seakan tak beragama hingga tak tau bagaimana cara nya berdoa. Memori dalam otak nya seakan terformat bahkan seperti tak pernah beribadah sebelum nya hingga ia tak hafal satu pun bacaan sholat. Hal yang benar-benar sangat menyiksa batin nya.
Tiba-tiba saja tengkuk nya terasa dingin seolah ada yang meniup dari belakang. Rungu nya mendengar bisikan pelan namun tak bisa di mengerti apa pengucapan nya.
Maura mencoba bertahan di posisi ketakutan seperti itu, karena tak mau membatalkan sholat Khadijah. Hingga tiba saat mengucapkan salam, Maura menoleh ke kanan lalu ke kiri dan...
'' Aaaaaakkkk,,,, '' jerit Maura saat melihat seseorang berada tepat di samping nya.
Wajah makhluk itu putih pucat, mulutnya terbuka lebar seakan tak ada rahang yang menopang di sana, kedua mata bolong dan hitam tanpa manik mata terlihat.
'' Maura, '' Khadijah segera mendekat pada Maura yang kini menutup wajah dengan kedua telapak tangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Ali B.U
Maura harus cepat-cepat di rukiyah ini
2022-08-19
3
Ali B.U
cobaan apa lagi ini
2022-08-19
3
Ai Emy Ningrum
mlem jumat nih Maura ..jgn lupa Yasinan yah 😄
2022-08-18
3