Bab 4

'' Dina..Din..kamu kemana ? '' Maura memanggil teman nya yang sedari tadi pergi dan belum kembali.

Sekelebat bayangan hitam melintas di depan ranjang nya, Maura mencoba bangkit mengamati siapa sosok yang berada di sana.

'' Itu kamu Din ? '' sahut Maura, kini ia mulai heran dengan keadaan Rumah Sakit. Ia merasa begitu sepi, tak mungkin jika hanya diri nya yang di rawat tapi keadaan sangat hening seakan tak seorang pun berada di ruang rawat itu.

Sehening apa pun keadaan Rumah Sakit setidak nya ada beberapa pasien atau orang yang menunggu keluarga mereka.

Keluarga ? Maura baru menyadari jika saat ini belum ada keluarga nya yang datang, jika Jeni sudah di jemput keluarga nya lantas kenapa orang tua nya tidak datang juga.

Tak mungkin jika mereka tidak di beritahu.

'' Hiks..hiks..'' suara tangis terdengar di sudut ruangan. Tubuh Maura tersentak saat mendengar tangis memilukan itu lagi. Bahkan kali ini , ada seseorang melintas berlari di hadapan nya. Di balik gorden yang sedikit terbuka.

Seperti sosok anak kecil tapi ia tak bisa melihat dengan jelas karena di sana cukup gelap.

Tubuh Maura semakin bergetar saat mendengar suara seseorang berjalan dengan menyeret kaki nya, suara-suara itu membuat Maura semakin ketakutan.

'' Kakak.. '' samar suara itu terdengar seakan memanggil diri nya. Ia menatap ke kanan dan kiri ruangan, dengan rasa takut yang kian menjadi. Apalagi saat ini ia melihat dengan jelas seseorang berdiri membelakangi nya, seorang bocah memakai dress motif bunga-bunga.

Ia teringat seorang bocah yang duduk tepat di samping nya saat berada di bis. Pakaian yang ia kenakan sama persis dengan sosok yang ada di hadapan nya saat ini.

'' Ka-kamu..'' Maura mulai terbata-bata, tenggorokan nya seakan sulit bersuara.

'' Ikut aku kak, '' suara bocah itu sedikit bergetar, ia berbalik dan menjulurkan lengan nya ke arah Maura.

Sontak Maura terkejut melihat wajah hancur bocah itu. Sebelah wajah nya sudah tak berbentuk bahkan hampir tak bisa di kenali, kulit nya terkelupas hingga menampakan bagian daging pipi yang di penuhi darah.

Lengan kanan bocah itu menjulur ke arah nya, sedang lengan kiri nya seperti patah dan bengkok.

'' Pe-pergi..jangan ganggu aku..aku tidak mau ikut.. '' teriak Maura histeris.

Kini tak hanya anak itu yang berada di sana melainkan sosok-sosok mengerikan yang lain nya pun bermunculan di setiap sisi ruangan seakan tengah mengerumuni dan memperhatikan diri nya yang semakin ketakutan.

'' Pergi..pergi kalian dari sini,, '' Maura terus berteriak histeris, melihat semua tangan makhluk-makhluk itu menjulur ke arah nya seakan mengajak diri nya untuk ikut bersama mereka.

Maura yang sudah tak sanggup lagi melihat penampakan makhluk mengerikan itu pun segera memejamkan mata dan menutup kedua telinga nya karena beberapa di antara mereka terus bersahutan mengajak nya pergi, entah kemana.

'' Maura, '' suara Medina kembali menyelamatkan diri nya.

'' Dina,, '' Maura meyakinkan jika Dina lah yang ada di depan nya saat ini. Ia mengedarkan pandangan mencari sosok-sosok mengerikan tadi yang tiba-tiba saja lenyap saat Medina muncul.

'' Aku takut, aku ingin pergi dari sini. Aku mau pulang, '' lirih Maura.

'' Iya, kamu memang harus segera pulang. Keluarga mu menunggu mu, '' mata Dina berkaca-kaca. Kini wajah Medina kian pucat pasi, seakan tak ada darah yang mengalir di tubuh nya.

'' Maura.. '' tiba-tiba suara Khadijah terdengar sayup-sayup di telinga. Khadijah adalah Ibu nya Maura.

Medina dan Maura mencari sumber suara, pandangan mereka berkeliaran menyapu ruangan.

'' Suara Ibu ku, kau dengar ? '' bisik Maura.

'' Iya, aku dengar maka dari itu segera cari jalan keluar untuk bisa menemui Ibu mu, '' ucap Medina.

'' Maksudmu ? '' Maura benar-benar tak mengerti perkataan Dina barusan. Sikap Dina semakin aneh, begitupun aura yang terpancar di wajah sahabat nya itu.

'' Maura..'' lagi suara Khadijah memanggil nya.

Kali ini Maura seakan mendengar Ibu nya tengah membangunkan diri nya saat tertidur lelap dan terlena di alam mimpi. Sayup terdengar sahutan suara Khadijah, seakan membawa nya ke tempat lain.

Sebuah sinar menyilaukan pandangan Maura, ia menyipitkan mata saat cahaya itu terus mendekat ke arah nya. Kini ia tak mampu melihat sekitar bahkan Medina pun terhalang oleh cahaya terang-benderang itu.

.

.

'' Maura..'' ucap Khadijah berulang kali. Ia duduk di samping putri nya yang terbaring di ranjang pesakitan.

Maura dalam keadaan koma, Khadijah menemani nya siang dan malam. Membacakan ayat suci di samping putri nya itu, bahkan ia tak henti berdoa melaksanakan shalat tahajud demi kesembuhan putri nya Maura.

Ia mulai memanggil nama putri nya saat mendapati jari lentik Maura bergerak-gerak pelan. Air mata menetes dari mata Maura yang tertutup rapat.

Beberapa alat medis terpasang di tubuh Maura, seakan alat-alat itu memperjuang kan detak jantung nya yang melemah.

Dokter yang menangani Maura menyarankan agar Khadijah terus membangun chemistri antara Ibu dan anak, guna menyadarkan Maura kembali.

Setelah segala upaya di lakukan untuk menyadarkan Maura dari koma, hanya satu cara yang mungkin bisa membantu nya. Dengan kedekatan orang-orang tercinta yang terus menemani dan mendo'akan kesembuhan gadis itu.

Berharap ada nya keajaiban Tuhan di sana. Berdo'a dan bertawakal serta keikhlasan dan kesabaran lah yang bisa mereka lakukan saat ini saat menghadapi kondisi Maura. Kesembuhan Maura sangat tipis, hanya alat bantu medis yang terpasang membuat nya masih tetap bertahan sampai saat ini.

Khadijah, Dokter dan dua perawat saling menatap satu sama lain menunggu respon Maura berikut nya. Setelah sebelum nya menggerak kan jari dan mengeluarkan air mata.

Denyut jantung yang melemah pun kini mulai stabil, bisa mereka lihat dari monitor hemodinamik dan saturasi yang berada di samping Maura.

Perkembangan Maura sangat signifikan berkat kekuatan do'a, semua itu tak terlepas dari Kuasa Tuhan yang masih memberinya kesempatan untuk hidup.

Perlahan Maura membuka mata nya, tangis haru pun mulai menghiasi ruangan itu.

'' MasyaAllah..Alhamdulillah.. Ya Allah, '' ucap Khadijah lirih, bulir air mata membasahi wajah wanita paruh baya itu.

Dokter dan kedua perawat pun mengucap puji dan syukur melihat kesembuhan pasien mereka. Memang tak ada yang tak mungkin di dunia ini, jika Allah sudah berkehendak ' Jadi maka terjadilah ' .

Maura adalah satu-satu nya korban kecelakaan yang selamat, sementara yang lain nya yang berada di dalam bis itu semua nya tewas. Benar-benar sebuah keajaiban yang sulit di cerna logika jika sudah menyangkut kebesaran Tuhan. Kecelakaan dahsyat yang memakan banyak nyawa bisa menyisakan satu korban selamat yakni Maura.

'' I-bu..'' lirih Maura mulai bersuara.

'' Iya sayang, ini Ibu. '' Khadijah menggenggam jemari Maura dengan penuh kehangatan.

Bersambung ,

Sebagai manusia kita hanya bisa berusaha dan berdoa, selebihnya kita serahkan pada yang Kuasa yang memiliki hidup dan mati. Hidup dan mati hanya milik Allah..serahkan semua pada-Nya. 🥲

Terpopuler

Comments

ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻

ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻

wah Daebak dari sekian banyak penumpang yang rata rata pada wafat cuma Maura satu satunya penumpang yang hidup

2024-04-18

0

ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻

ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻

nah sudah kuduga
kalau mereka berada di dunia lain
apa Medina juga wafat kayak Jenni?

2024-04-18

0

Nada Melody

Nada Melody

Maura pasti sedih saat tahu kedua sahabatnya sudah pergi

2023-05-29

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!