Bab 5

Maura di pindahkan ke ruang rawat inap yang biasa di tempati pasien-pasien opname, setelah di pastikan benar-benar pulih dan tak membutuhkan lagi bantuan alat-alat di ruang ICU.

Semenjak kesadaran nya kembali, Maura tak pernah banyak berbicara. Gadis berusia 19 tahun itu lebih sering melamun. Ia hanya berbicara seperlu nya saja itu pun jika Khadijah Ibu nya mengajak nya berbicara.

Dari ruang ICU ke ruang rawat inap harus melewati beberapa koridor Rumah Sakit. Maura terbaring di atas brankar yang di dorong oleh dua perawat, sementara Khadijah mengikuti mereka dari belakang.

Sesekali Maura memejamkan mata nya namun ia pun terkadang membuka mata dan melihat ke sekitar koridor yang ia lewati.

Tatapan Maura kosong, entah karena ia baru saja sadar dari koma atau ada hal lain yang membuat nya seperti itu.

Rungu nya mendengar suara-suara aneh setiap kali melintas di beberapa koridor. Suara-suara yang tak asing yang pernah ia dengar saat masih terbaring koma, jiwa nya saat itu berada dalam dimensi lain di Rumah Sakit ini. Dia berada diantara kehidupan dan kematian. Alam bawah sadar nya yang mengalami hal-hal mengerikan, hingga kini Maura masih dapat mengingat setiap kejadian yang sempat ia alami saat itu.

Tiba di satu ruangan yang cukup luas, Maura pun segera di baringkan di sebuah ranjang yang berjejer di ruangan itu.

Nampak beberapa pasien berada di sana dan beberapa orang yang sedang menunggu keluarga nya yang sakit.

Suasana di sana sedikit berbeda dengan keadaan di alam bawah sadar Maura. Sebuah ruang rawat inap yang tak satu pun pasien berada di sana, tapi kini semua terlihat normal. Meski Maura di kejutkan dengan beberapa bagian yang ada di ruangan itu.

Gorden berwarna coklat dan ranjang yang berderet di sana sangat tak asing bagi nya. Sama persis dengan yang ada di alam bawah sadar nya saat itu. Beda nya saat ini ada pasien-pasien yang di rawat sedang di alam itu tak ada seorang pun kecuali diri nya.

Maura yang sudah terbaring pun mulai mengedarkan pandangan nya, ia melirik ke samping. Sebuah gorden tertutup rapat di sebelah nya.

Maura teringat kejadian saat diri nya melihat seorang wanita di sana, meski kejadian itu terjadi di saat diri nya koma tapi ia tetap yakin jika ada sesuatu yang janggal di sana. Apalagi posisi nya saat ini sama persis dengan kejadian yang ia alami ketika jiwa nya tersesat di alam lain.

Khadijah sudah duduk di kursi sebelah ranjang, ia sibuk menaruh barang-barang milik nya dan Maura.

Wajah Maura yang gelisah membuat Khadijah heran, ia khawatir jika putri nya merasakan sakit di tubuh nya.

'' Kamu kenapa nak ? Ada yang sakit atau kamu mau ibu panggilkan dokter ? '' tanya Khadijah yang mulai beranjak dari duduk berniat memanggil kan Dokter.

'' Jangan bu, '' cegah Maura sambil menahan lengan Khadijah.

Maura melirik ke arah gorden bilik sebelah nya, lalu kembali menatap Ibu nya.

Khadijah mengikuti arah bola mata Maura, ia menautkan kedua alis mencoba memahami gerak-gerik Maura yang masih terlihat gelisah.

'' A-aku merasa tak asing di ruangan ini, '' ucap Maura pelan.

Khadijah kembali duduk dan tersenyum.

'' Benarkah ? Hmm...mungkin karena kamu pernah di ruangan ini sebelum nya. Tapi saat itu kamu belum sadarkan diri, '' kembali Khadijah mengernyitkan kening.

'' Saat kecelakaan terjadi, para korban di bawa ke Rumah Sakit ini. Tapi ruang UGD penuh dan beberapa pasien di tangani di ruangan ini termasuk kamu. Kemudian kamu di pindahkan ke ICU setelah di pastikan koma, '' ucap Khadijah sambil melamun mengingat kejadian saat itu.

Saat pihak kepolisian memberitahukan musibah kecelakaan menimpa putri nya, ia segera pergi ke Rumah Sakit yang di tunjukan oleh polisi tersebut.

Saat itu pihak Rumah Sakit bilang kalau ruang UGD di penuhi pasien-pasien lain selain korban kecelakaan, jadi sebagian pasien di alihkan ke ruangan itu. Mengingat korban kecelakaan itu saja sangatlah banyak.

Khadijah mendapati Maura yang sudah tak sadarkan diri, berjam-jam Dokter menangani nya namun kondisi Maura semakin melemah hingga Dokter pun mengatakan jika Maura dalam keadaan koma dan perlu di rawat di ruang ICU.

'' Bu..di bilik sebelah ada pasien nya ? '' tanya Maura sedikit mengarahkan jari telunjuk ke bilik itu lalu kemudian kembali mengepalkan lengan nya yang terasa bergetar mengingat sosok mengerikan yang pernah ia lihat.

'' Sepertinya kosong nak, kenapa ? '' Khadijah makin heran dengan sikap Maura, ia kemudian berdiri menyingkap sedikit tirai bilik itu.

'' Tidak apa-apa, '' Maura segera membuang pandangan nya ke arah lain saat Khadijah menyingkap tirai tersebut seakan ia trauma takut melihat kembali sosok wanita mengerikan.

'' Medina dan Jeni dimana Bu ? Mereka di rawat di sini juga ? '' tanya Maura teringat kedua sahabat nya.

Khadijah terdiam sesaat menatap lembut ke arah putri nya, ia kembali duduk di kursi sebelah ranjang.

'' Mereka sudah pergi nak, Allah sudah memanggil mereka berdua. Jeni meninggal di lokasi kejadian, sementara Medina sempat di bawa kemari. Dia di tempatkan di ranjang depan sana, tapi dia tak bisa bertahan karena luka yang di derita cukup berat. Medina pun menghembuskan nafas terakhirnya setelah sebelum nya sempat sadar dulu, '' ucap Khadijah dengan tatapan sayu, mata nya mulai berkaca-kaca.

Maura tersentak mendengar penuturan Khadijah, ia melihat ranjang yang berada di sebrang nya. Saat ini ranjang tersebut sudah di tempati pasien lain. Ia kembali teringat kejadian saat Medina muncul di hadapan nya, pantas saja saat itu Medina terlihat sangat pucat rupanya dia sudah pergi untuk selama-lama nya.

Maura menangis terisak mengingat kedua sahabat nya, ia tak menyangka kepergian nya untuk berlibur di kampung halaman akan berakhir tragis seperti ini. Hari itu merupakan pertemuan terakhir bagi mereka, sungguh sulit bagi Maura.

Bahkan ia pun sampai mengalami hal yang tak pernah ia alami sebelum nya. Menyambangi sebuah alam yang berada di antara kehidupan dan kematian.

Maura teringat setiap perkataan yang Medina katakan pada nya. Tentang Jeni yang di bawa pulang keluarga nya, itu menandakan jika jenazah Jeni lah yang di bawa pulang.

Medina pun bilang Jeni baik-baik saja, ia benar Jeni mungkin sudah tenang di alam nya. Medina juga sempat memberi nya nasihat agar bisa berjuang untuk tetap hidup, sementara diri nya sendiri sudah tiada. Ia pergi untuk selama-lama nya.

Khadijah mengusap lembut lengan Maura, mereka berdua menangisi kepergian Jeni dan Medina. Andai Maura tau jika diri nya tak akan pernah melihat lagi Medina, mungkin saat itu ia akan memeluk tubuh sahabat nya untuk yang terakhir kali. Dalam keadaan Medina yang hanya tinggal ruh saja pun masih terus membimbing dan menemani diri nya, beberapa kali menyelamatkan nya dari gangguan makhluk halus lain nya. Medina sahabat terbaik bagi Maura, kepergian nya meninggalkan luka teramat dalam.

Terpopuler

Comments

ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻

ㅤㅤㅤㅤ😻Kᵝ⃟ᴸ⸙ᵍᵏ نَيْ ㊍㊍🍒⃞⃟🦅😻

jangan bilang Maura mendadak indigo 🤔

2024-04-18

0

Nada Melody

Nada Melody

sabar ya maura

2023-05-29

0

Wisell Rahayu

Wisell Rahayu

ikut mewek thor😭😭😭

2022-08-31

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!