Malam itu Arman berniat nongkrong di warung Pak Bejo, ia menangkap gelagat yang tak biasa dari pemilik warung kopi tersebut.
Entah kenapa rasa nya Pak Bejo seperti menghindar, belum lagi beberapa orang yang berada di sana pun sesekali mencuri pandang ke arah nya.
Dengan tangan gemetar Pak Bejo menyodorkan kopi hitam yang Arman pesan, bahkan sebagian kopi itu tumpah akibat lengan Pak Bejo yang bergetar seperti menggigil kedinginan.
Arman semakin penasaran melihat tingkah aneh pria tambun itu, tak biasa nya Pak Bejo bersikap kaku dan panik menghadapi nya.
'' Kenapa Pak ? Pak Bejo sakit ? " tanya Arman sambil meraih gelas kopi dari tangan Pak Bejo.
'' Ndak, ndak apa-apa Mas Arman, " jawab nya yang langsung kembali masuk ke dalam warung, membuat Arman semakin heran.
Ia mencoba mengenyahkan pikiran negatif dan rasa heran nya terhadap Bejo. Arman pun menyeruput sedikit demi sedikit kopi hitam milik nya.
'' Malam ini kita gak perlu keliling kampung lah, daripada harus lihat hantu kayak grup ronda nya si Alam, '' celetuk seseorang yang baru datang.
'' Huss, '' seorang pria yang duduk di warung itu memberi kode pada pria yang baru datang tadi. Ia menunjuk Arman dengan dagu nya.
Hingga seseorang yang baru datang itu pun menoleh, menyadari Arman berada di sana, ia pun menutup mulut dengan wajah cemas.
Dari sudut mata Arman melihat gerak-gerik aneh mereka. Ia membalik badan ke arah kumpulan pria yang duduk di meja sebelah nya.
'' Memang nya siapa yang lihat hantu di kampung ini ? " tanya Arman memicingkan mata.
Sementara grup ronda itu saling tatap satu sama lain.
'' Itu..a-anu Mas Arman, grup ronda Alam kata nya lihat pocong depan rumah Mas, " ucap salah satu dari mereka dengan sangat hati-hati.
'' Pocong ? Ha..ha..ada-ada aja, masa iya ada pocong, '' kekeh Arman.
'' Beneran Mas, malah Pak Bejo juga di teror hantu di malam yang sama. Iya kan Pak Bejo ? '' kata pria itu lagi seraya melirik ke arah Bejo yang terlihat makin kikuk.
Kini tatapan Arman tertuju pada Bejo, ia semakin heran dengan perbincangan orang-orang, menurut nya sangat tak masuk akal.
'' I-iya, '' kata Bejo , pura-pura menyibuk kan diri untuk menyembunyikan rasa takut nya.
'' Bentar, bentar. Kata Bapak-bapak, grup ronda Kang Alam melihat pocong di depan rumah ku, kalau gak salah jadwal mereka beberapa hari lalu. Memang nya tuh pocong lagi ngapain sih ? Kok bisa nongkrong di rumah ku. '' Arman masih tak percaya.
'' Kata Alam, tuh pocong jatuh dari atas dan ambruk di hadapan nya. ''
'' Maaf ya Pak, setau aku yang jatuh depan rumah ku bukan pocong. Melainkan buah nangka yang sengaja di tutupi sama karung kecil. Soalnya pas pagi hari aku sendiri yang mungut buah nangka itu, jangan-jangan mereka halu karena takut kali. '' Arman tertawa merasa lucu.
'' Tapi Mas, maaf nih ya. Malam itu Pak Bejo juga di datengi sama hantu. Ada yang menjelma jadi Pak Jamal, dia berpura-pura beli rokok di sini. Mas Arman tau apa yang terjadi ? Pak Jamal palsu itu, bayar rokok pake karcis bis, ''
Arman membulatkan mata sempurna, apa mereka menghubungkan kejadian aneh ini dengan kematian adik nya? Pasal nya mereka bawa-bawa karcis bis segala, belum lagi hantu yang mereka bicarakan itu menjelma menjadi Ayah nya.
'' Maksudnya apa ini ? '' Arman menatap mereka satu persatu, bahkan Pak Bejo pun tak luput dari sorot pandangan nya.
Mereka malah saling sikut, seakan saling menyalahkan karena seperti nya sudah membuat Arman tersinggung.
'' Begini Mas, beberapa orang dari grup ronda mengalami hal aneh akhir-akhir ini. Apalagi saat mereka lewat di depan rumah Mas Arman. Kata nya ada yang melihat adik Mas di depan rumah. '' Seorang lelaki yang berbicara pun meringis karena orang di sebelah menyikut nya.
Arman mengernyitkan dahi.
'' Jadi maksud Bapak, hantu itu almarhumah Jeni ? Dan yang mendatangi Pak Bejo juga Jeni ? ''
'' Itu kata nya Mas, bukan kata saya loh, ''
'' Astaga, nyebut Pak. Gak mungkin Jeni jadi hantu, mungkin rasa takut kalian saja hingga meracuni pikiran dan memunculkan halusinasi , ''
'' Tapi Mas,,mereka benar-benar mengalami kejadian janggal itu. Bahkan bukan cuma satu dua orang yang mengalami nya, ''
Merasa kesal Arman pun segera pergi dari warung kopi tersebut, ia menyimpan uang kopi di atas meja dan berlalu begitu saja tanpa menggubris perkataan orang tadi.
Jam menunjukan pukul 09.00,
Arman melangkah ke dalam rumah nya yang sudah tampak sepi. Ayah dan Ibu nya mungkin sudah terjaga di kamar, begitupun adik bungsu nya yang baru duduk di sekolah dasar seperti nya sudah terjaga dalam tidur.
Arman duduk di ruang televisi, menyalakan televisi tersebut dan duduk di karpet yang tergelar di sana.
Arman memilih chanel yang menarik untuk di tonton, hingga ia menemukan tayangan bola dengan club kesukaan nya. Setidaknya siaran itu bisa membuat nya lupa akan bualan orang-orang di warung tadi. Ia menyimpan remote di sebelah dan mulai asyik menonton.
Namun entah apa yang terjadi tiba-tiba saja chanel televisi berpindah dengan sendiri nya seakan ada yang menekan tombol remote tersebut, hingga berhenti di satu chanel.
Arman mengernyitkan dahi, ia mengambil remote dan memindahkan kembali ke siaran bola. Tapi baru beberapa saat chanel itu berpindah kembali dengan sendiri nya.
Kini Arman mulai merasakan bulu kuduk nya meremang, apalagi saat melihat tayangan televisi yang menanyangkan acara favorit Jeni adik nya.
Arman mencoba berfikir positif bisa jadi remote televisi nya ngaco atau mungkin TV nya rusak, hingga ia memindahkan kembali channel televisi dan menyimpan remote di dekat nya, bahkan ia membalikan sensor remote ke arah lain.
Tiba-tiba saja televisi itu mati, seperti ada seseorang yang mematikan nya.
Glek !
Arman menelan saliva, saat ia mendengar sesuatu dari arah kamar Jeni. Arman pun berdiri mendekat ke pintu kamar yang di hiasi hiasan gantung bertuliskan nama Jeni , tanggal lahir juga zodiak .
Ia meraih daun pintu, perlahan membuka nya. Kamar tersebut nampak gelap, lampu kamar itu tak di nyalakan karena memang terbiasa seperti itu jika Jeni kuliah di kota. Apalagi saat ini Jeni sudah tidak ada.
Arman meraba-raba dinding untuk mencari stop kontak, namun suara tangis menyayat hati membelai indra pendengaran nya.
Belum sempat ia menyalakan lampu, mata nya mengedar mencari sumber suara di kamar itu. Cahaya dari ruang televisi yang memantul memberi sedikit penerangan kamar tersebut.
'' Je-ni '' lirih Arman saat netra nya menangkap sosok adik nya tengah duduk di depan cermin sambil menyisir rambut membelakangi diri nya.
Suara tangis itu berhenti seketika bahkan sosok Jeni pun menghentikan aktifitas menyisir nya saat Arman memanggil nama nya.
Sosok itu perlahan mulai memutar kepala menoleh ke arah Arman yang terpaku berdiri di ambang pintu dengan tangan gemetaran.
Meski pun sosok itu berwajah seperti Jeni tapi Arman yakin jika dia bukan Jeni adik nya.
'' Ti-tidak, kamu bukan Jeni. Pasti bukan Jeni ! '' Arman segera membanting pintu dan berjalan mundur dengan mata terus memandangi pintu kamar tersebut.
'' Ini tak mungkin, tak mungkin Jeni jadi hantu apalagi menakut-nakuti ku. Pasti gara-gara ocehan orang-orang tadi hingga aku tersugesti. '' Arman menjambak rambut nya sendiri, dan memilih segera masuk ke kamar untuk beristirahat. Meski kejadian tadi terasa begitu nyata, Arman tetap menepis nya seakan semua itu hanya ilusi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Ai Emy Ningrum
ada gitu yah hantu adik nya nakut2in kakak nya 😁 jd inget waktu kecil..maen hantu2an sama adik 😃
2022-08-23
3