Khadijah terlihat begitu kalut, bisa Amir rasakan banyak beban yang sedang di pikul adik kandung nya itu.
Wanita itu selalu nampak kuat di depan putri nya semata-mata agar bisa memberi dukungan pada jiwa Maura yang tertekan namun sebenar nya diri nya sendiri pun begitu rapuh.
Di saat seperti ini, ia seorang diri harus menghadapi semua. Kini ia akan meluapkan semua beban di hati nya pada Amir kakak laki-laki nya, karena tak ada suami di samping nya.
'' Kata Dokter Maura depresi akibat kecelakaan itu. Seringkali ia teriak dengan tiba-tiba seakan ada yang membuatnya takut atau mungkin khawatir, aku sendiri tak mengerti. Dia juga menjadi lebih pendiam dan pemurung, aku benar-benar sedih melihat kondisi nya sekarang. '' Khadijah terisak.
'' Sabar Dijah, lambat laun kondisi Maura pasti akan kembali stabil. Mungkin karena masih baru tragedi itu terjadi hingga masih membekas dalam ingatan nya, belum lagi ia pasti terpukul dengan kepergian kedua teman nya itu. Keluarga Medina dan Jeni juga sangat berduka dan sangat kehilangan putri mereka, aku sempat datang ke acara pemakaman dua gadis itu , '' tutur Amir.
'' Bagaimana kalau Maura terus seperti ini, bagaimana dengan masa depan nya nanti. Aku gak tega lihat dia..aku selalu berusaha tegar dan menguatkan nya meski aku sendiri pun begitu bingung menghadapi semua ini sendirian, '' lirih Khadijah.
" Kamu gak sendirian, ada aku dan Faridah. Kami juga orang tua bagi Maura anak mu itu. Sekarang kondisi Faridah sudah agak mendingan tapi dia belum bisa nengok Maura. Ingat, jangan pendam masalah sendirian, kalau ada apa-apa tentang Maura segera beritahu aku dan Faridah. '' Amir mengusap bahu adik nya.
Khadijah hanya mengangguk seraya mengusap air mata yang berjatuhan di wajah senja nya.
'' Makasih bang, Dijah gak tau harus gimana lagi kalau gak ada Abang sama Kak Faridah. Kalau saja Mas Ridwan masih ada, mungkin gak akan seberat ini, '' desis nya.
'' Sabar dan berdoa, yakin jika Maura akan baik-baik saja. Dia pasti akan sembuh kembali, '' ucap Amir.
Sementara di kamar Maura yang sempat tertidur sekejap, kini ia kembali terbangun saat merasakan ranjang nya bergoncang.
Tubuh nya masih terbaring, namun mata nya mulai berkeliaran kesana-kemari hingga ia di kejutkan oleh sesuatu yang menetes di jidat nya.
Ia mengusap cairan lengket dengan jari, betapa terkejut nya saat mendapati cairan berwarna merah seperti darah yang menetes tadi, ia yang masih terbaring pun mendongak ke atas.
Mata nya membelalak saat mendapati kepala tanpa tubuh menempel di langit-langit dengan darah mengucur keluar dari mata si hantu kepala tersebut.
'' Aaaaaakkkk... '' jeritan Maura mengundang Amir dan Khadijah tergesa-gesa masuk ke kamar.
'' Ada apa Nak ? '' tanya Kahdijah sambil duduk di ranjang di sebelah putri nya.
'' Di atas sana ada kepala buntung bu, ini darah nya.. '' Maura menunjukan jari tangan yang masih terdapat tetesan darah tadi, sementara tangan satu nya menunjuk ke atas langit-langit.
Khadijah maupun Amir melirik ke atas lalu ke telunjuk Maura, tak ada apapun di atas sana begitupun di jari Maura terlihat bersih tak ada darah seperti yang di katakan gadis itu.
Khadijah dan Amir beradu pandang lalu kembali menatap Maura yang masih ketakutan.
'' Tak ada apa-apa, kamu mimpi buruk lagi kan. '' Khadijah merangkul putri nya.
'' Aku gak mimpi Bu, ini nyata. Aku lihat jelas dengan mata kepala ku sendiri. Mereka bahkan terus mengajak ku pergi, mereka orang-orang yang aku temui di bis tempo hari, '' pekik Maura.
'' Astagfirullah.. Maura ! Mereka semua sudah meninggal dan tak mungkin kemari apalagi mengajak mu pergi, Naudzubillah.. '' gumam Khadijah tersendat menahan tangis.
'' Maura yang tenang ya, rileks. Coba tenangin dulu diri kamu, dan berdoa menyebut asma Allah, '' ucap Amir mulai mendekat.
Entah kenapa Amir merasa ada yang tak beres dengan gadis itu, bukan depresi tapi ada hal lain yang ia tangkap dari gelagat Maura.
'' Dia di belakang Paman, '' kembali Maura berteriak.
'' Siapa ? '' Amir menoleh ke belakang namun tak ada siapa pun di sana, tapi bulu kuduk nya mulai meremang saja.
'' Ibu-ibu yang duduk satu jok dengan ku, dia tepat di belakang Paman. Dia mengajak ku pergi, '' Maura makin histeris.
Maura bersembunyi di tubuh Khadijah sesekali ia mengintip ke arah Amir dan kembali membenamkan wajah di dada Ibu nya.
'' Dijah.. '' Amir memberi kode agar Khadijah berdoa, membacakan ayat kursi seperti yang terus ia lafadzkan di dalam hati.
Suara lengkingan terdengar mengerikan di telinga Maura, namun tak terdengar oleh Amir maupun Khadijah.
Maura kembali mengintip, kali ini setan itu tak ada lagi di sana. Ia lenyap begitu saja setelah sebelum nya menjerit.
'' Dia sudah pergi, Bu, Paman..dia pergi..'' cetus Maura seperti orang bodoh sikap nya saat ini.
Khadijah tak sanggup menahan tangis, air mata yang sedari tadi berdesakan pun kini jatuh dengan deras nya.
'' Nak..sadar nak..nyebut..takut lah pada Allah, '' ujar Khadijah.
'' Lebih baik, kita bawa dia berobat. '' Bisik Amir.
Maura kini seperti orang linglung, tatapan nya kembali kosong dan begitu tertekan saat melihat sesuatu yang mengerikan. Tapi terkadang ia terlihat normal, dan bisa berkomunikasi dengan orang di sekitar nya.
Senja merah kini berganti hitam kelam, rintik hujan mulai turun membasahi tanah yang kering.
Kilatan petir sesekali terlihat membelah langit, namun suara guntur terasa samar dan jauh di atas sana.
Khadijah sibuk di belakang membersihkan wadah bekas makan malam, sementara Maura duduk di kursi ruang televisi.
Mata Maura menatap televisi yang menyala saat ini, namun pikiran nya melayang entah kemana. Dari ruangan itu ia bisa melihat Khadijah dari pintu penghubung dua ruangan, antara ruang televisi dan dapur.
Khadijah sibuk mencuci piring, posisi nya membelakangi Maura. Sudut mata Maura tiba-tiba melihat seseorang melintas di belakang Ibu nya.
Seorang anak kecil yang tak asing bagi nya berlari ke arah kamar mandi. Bahkan kali ini bukan hanya diri nya yang melihat, tapi Khadijah bisa merasakan ada seseorang berlari di belakang nya.
Maura menutup mulut menahan agar tak menjerit, mata nya membulat melihat anak kecil tadi berlari di belakang ibu nya.
Sementara Khadijah melirik ke belakang, ia segera mencuci tangan yang di penuhi sabun. Ia tak melanjutkan kegiatan mencuci piring, ia segera menghampiri Maura yang terlihat tertekan lagi.
'' Ibu bisa lihat dia ? '' bisik Maura saat Khadijah sampai di dekat nya.
'' Tidak Nak, apa yang kamu lihat ? '' tanya Khadijah penasaran, karena dia sendiri pun mendengar larian kecil di belakang nya.
'' Ada anak kecil berlari di belakang Ibu, dari pintu belakang menuju kamar mandi, '' bisik Maura.
Deg !!
Merasa penasaran, Khadijah pun bangkit dan menuju kamar mandi.
Krieeeeettt
Belum sampai langkah nya ke sana, derit pintu kamar mandi sudah terdengar oleh Khadijah dan Maura.
Lampu ruangan tiba-tiba saja mati..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Nada Melody
ini seruuuu
2023-05-29
0
Ali B.U
👍👍👍👍👍👍👍
2022-08-16
2
Ali B.U
awas jangan ke dukun,
2022-08-16
3