Hari-Hari berjalan seperti biasa nya, Sanda kembali sekolah dengan biasa, Sena pun sama. Kini mereka yang sudah menduduki kelas 3 di mana itu adalah masa-masa akhir dari sekolah menengah atas tersebut.
Sanda dan Sena sibuk belajar untuk bersiap menghadapi ujian nasional dalam waktu kurang lebih 3 bulan lagi. Jadi mereka berdua sudah tidak pernah bertemu mungkin sejak 2 minggu yang lalu, dari kejadian itu.
Tapi suatu ketika Sanda yang tengah asyik seperti biasanya duduk di perpustakaan dan membaca buku, tiba-tiba di hampiri oleh seseorang.
"Kau yang bernama Sanda?" tanya seorang perempuan yang memakai pakaian yang sangat berbeda dari perempuan lainnya disekolah, perempuan itu terlihat sangat rapih dengan baju sekolah yang ia pakai, tidak seperti perempuan lain di sekolahan itu.
Sanda yang tengah senang membaca novel itu, tiba-tiba terganggu konsentrasi nya oleh suara tersebut. Ia pun mengalihkan pandangan nya ke suara itu.
"Ya, kau siapa?" tanya Sanda kepada Perempuan itu
"Nama ku Farisa, Farisa Farmana, bisa kau panggil Risa," ucap perempuan itu yang bernama Farisa
"Baik lah, ada apa kau menemui ku disini?" tanya Sanda kepada Farisa
"Kau Sanda yang pernah menjuarai lomba cerpen tingkat kota itu, kan?" tanya Farisa
"Bukan, kau salah orang," jawab Sanda sembari kembali membaca buku
Farisa pun bingung harus merespon apa, sementara setahu dia, yang bernama Sanda hanyalah laki-laki yang berada dihadapan nya seorang, tidak ada laki-laki lain yang bernama Sanda di sekolah ini.
"Bagaimana mungkin?" ucap Farisa
"Laki-laki yang bernama Sanda di sekolah ini hanya dirimu, kan?" tanya Farisa lagi
"Mungkin ada yang lain, selain diriku," ucap Sanda kepada Farisa
Farisa pun bingung dan kemudian ia hendak memutar balikkan badan nya sembari meminta maaf.
"Maaf, seperti nya aku yang salah orang," ucap Farisa
Ia pun memutar badan nya dan hendak berjalan pergi meninggalkan Sanda di sana.
"Tunggu sebentar," ucap Sanda menghentikan langkah Farisa
"Ada apa kau mencari ku?" tanya Sanda
Farisa pun kembali memutarkan badan nya dan melihat ke arah Sanda.
"Aku ingin meminta kau mengajariku menulis sajak atau puisi, tetapi kau bilang, kau bukan Sanda, bukan laki-laki yang sedang aku cari itu," ucap Farisa
Sanda pun menutup novel nya, ia mulai berbicara dengan serius.
"Baik lah, aku Sanda. Aku tidak pandai menulis, kau bisa belajar menulis dari guru bahasa indonesia yang ada di sekolah ini, atau mungkin kau bisa mencari cara menulis di internet," ucap Sanda
"Tidak, aku ingin belajar menulis secara langsung, karena aku ingin cepat bisa menulis puisi atau sajak, karena sebentar lagi Ibu ku akan berulang tahun, aku tidak bisa memberinya apa-apa kecuali kata-kata yang indah," ucap Farisa kepada Sanda
Sanda pun terdiam, ia mulai memikirkan sesuatu.
"Baik lah, sepertinya aku harus memberitahu mu sesuatu," ucap Sanda kepada Farisa
"Duduk lah, jangan berdiri," ucap Sanda
"Baik lah," ucap Farisa kemudian menarik kursi yang berada di sebelah Sanda
"Pertama, tidak ada rahasia apapun dalam menulis puisi maupun sajak," ucap Sanda
Ucapan Sanda itu cukup membuat Farisa sedikit kebingungan.
"Maksud mu?" tanya Farisa kepada Sanda
"Ya, seperti yang kau katakan tadi kepada ku, kau ingin belajar cepat menulis puisi ataupun sajak kan?" ucap Sanda
"Ya," jawab Farisa
"Maka dari itu ku katakan kepada mu, tidak ada rahasia dalam menulis nya. Dan aku tidak tau apa itu kata-kata yang indah," ucap Sanda kepada Farisa
"Lantas bagaimana cara kau bisa memenangkan lomba cerpen tingkat kota sedangkan kau bilang kepada ku bahwasanya kau tidak tau tentang kata-kata yang indah?" tanya Farisa kepada Sanda
"Aku hanya menulis, menulis dan menulis saja. Aku tidak tau apa-apa soal juara, aku ikut lomba itu hanya karena tidak tau harus melakukan hal apa lagi, dan soal aku juara itu, mungkin tulisan ku sama seperti selera para juri," ucap Sanda kepada Farisa
"Lalu, bagaimana?" tanya Farisa
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Farisa lagi
"Kau hanya perlu mengungkapkan isi hati mu, dan tulis saja seperti apa yang ingin kau tulis dari dalam hati itu, mungkin hanya itu yang bisa ku beritahu untuk mu," ucap Sanda kepada Farisa
"Tapi, aku tidak mengerti," ucap Farisa
"Tidak mengerti apa?" tanya Sanda
"Tentang hati ku," ucap Farisa
"Bagaimana mungkin, persoalan hati mu sendiri saja, kau tidak tau," ucap Sanda kepada Farisa
"Sungguh, aku tidak mengerti dengan hati ku sendiri," ucap Farisa
"Mungkin kau harus belajar banyak untuk mengetahui cara memahami hati mu sendiri," ucap Sanda
Farisa pun terdiam, ia memang sedari lama lebih banyak memendam sesuatu di dalam hati nya, ketimbang mengungkapkan. Ia lebih senang menyimpan rahasia besar dari dalam hati nya, sampai lupa caranya mengungkapkan.
Sanda yang melihat Farisa kebingungan, mulai mencoba menjelaskan dengan lebih jelas lagi.
"Coba pikirkan, apa yang hati mu rasakan soal Ibu mu?" tanya Sanda
"Cinta, kasih sayang, kepedulian," ucap Farisa
"Itu kunci nya," ucap Sanda
"Maksud mu?" tanya Farisa
"Ya, itu kunci nya, 3 kata-kata itu adalah kunci dari apa yang harus kau tuliskan nanti," ucap Sanda
"Bisa tolong jelaskan untuk lebih jelas lagi?" ucap Farisa
"Seperti kata-kata mu tadi, kau bisa mengawali tulisan dengan cinta, seperti "terima kasih Ibu, karena cinta mu aku pun memiliki cinta yang sama" dan blablabla selanjutnya, bisa kau tambahkan sendiri," ucap Sanda
Farisa yang mulai mengerti ucapan Sanda pun, kini ia mulai terbesit kan ide tentang apa yang harus ia lakukan.
"Oh, baik lah, aku mengerti sekarang apa yang kau maksud," ucap Farisa
"Menulis itu sangat mudah, tergantung kau mau menulis nya atau hanya membiarkannya diam saja di dalam kepala mu," ucap Sanda
Farisa pun mengangguk atas ucapan Sanda, tanda bahwa ia mengerti sekarang.
"Terima kasih Sanda, atas bantuan mu," ucap Farisa
"Sama-sama," ucap Sanda
Sanda langsung saja kembali membaca novel yang baru saja tadi ia tutup karena harus berbicara serius dengan Farisa.
Sementara Farisa yang berada tepat di sebelahnya pun kini tengah melihat buku yang sedang Sanda baca itu.
"Buku tentang apa itu?" tanya Farisa
"Tentang rindu yang tak pernah tersampaikan," jawab Sanda
Baru sebentar Sanda menjawab pertanyaan dari Farisa, tiba-tiba bel masuk kelas pun berbunyi.
*Dari sisi Sena
"Sena, mengapa kau berdiri di depan pintu perpustakaan ini sedari tadi?" tanya teman perempuan Sena kepada Sena, yang di mana sedari tadi teman perempuan Sena itu memperhatikan Sena dari kejauhan dan Sena hanya berdiam diri saja menatap ke dalam perpustakaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
MyooMyoo
Semangat Sanda 👍
2023-02-24
1
🌕🌊🍁🪷
nama ku sandal bukan sanda.
2023-02-22
1
Sri. Rejeki
semangat trus ya
2023-02-19
1