Sena yang kini sedang berada di dalam kamar nya, sedang duduk dan melihat ke arah buku yang tadi diberikan oleh Sanda.
"Bagaimana buku ini bisa ia berikan kepada ku begitu saja, padahal dia tidak mengenal ku," ucap hati Sena
"Dan juga, buku ini hampir penuh dengan sajak-sajak nya, apakah dia tidak takut kehilangan seluruh sajak ini?" tanya Sena di dalam kepala nya, sembari memandang ke arah luar jendela kamar nya
*Dari sisi Sanda.
Sanda kini tengah berada di toko buku, dekat sekolah nya, ia menepi di sana sendiri, membaca buku yang sudah ia beli dari 1 minggu yang lalu.
"Eh anak muda, di sini kau rupa nya," ucap seorang Bapak-bapak pemilik toko buku itu
Sanda pun menoleh ke arah nya.
"Iya Pak," ucap Sanda sembari tersenyum
"Sendirian saja kau?" tanya Bapak itu
"Ya, seperti itu lah, Pak," ucap Sanda
Bapak itu ikut duduk di samping Sanda, sembari bertanya.
"Kenapa kau selalu suka sendirian saja ke sini? Tidak kah kau ingin sekali-kali mengajak kekasih mu?" tanya Bapak itu
Sanda tersenyum, pikirannya, mana mungkin dia membawa kekasih nya, punya saja tidak.
"Tidak, Pak." jawab Sanda
"Kenapa?" tanya Bapak itu kembali
"Tidak punya," jawab Sanda lagi
"Ah, penipu besar kau anak muda," ucap Bapak itu sembari melihat ke arah Sanda
"Pria tampan dan berkarisma seperti mu, masa tidak memiliki kekasih," ucap Bapak itu lagi
"Ya, saya sedang belum ingin jatuh cinta, Pak," ucap Sanda
"Itu kan mulut kau saja, anak muda. Soal hati, siapa yang mengerti," ucap Bapak itu
Sanda pun diam saja.
"Tapi, kau pernah kan jatuh cinta?" tanya Bapak itu lagi
"Tentu, Pak," ucap Sanda
Kini Sanda tampak serius, ia meletakkan buku yang ia baca, di meja yang berada di hadapan nya.
"Lalu, kau ungkap kan?" tanya Bapak itu sembari menyalakan sebatang rokok
"Tidak," ucap Sanda
Bapak itu menghisap rokok terlebih dahulu, baru bertanya kembali.
"Kenapa?" tanya Bapak itu
"Karena itu hanya menjadi urusan hati saya, tak perlu mengganggu perasaan orang lain," ucap Sanda kepada Bapak pemilik toko buku itu
"Haha," tawa kecil si Bapak
Dari tertawa kecil nya Bapak itu, membuat Sanda sedikit bertanya-tanya di kepala nya, ada apa?
"Kenapa, Pak?" tanya Sanda
"Ketika kau mulai mencintai Perempuan, yang punya urusan bukan hanya hati mu, anak muda," ucap Bapak itu sembari melihat ke arah Sanda
"Secara tidak langsung, dia pun juga, walau ia tidak tau tentang perasaan mu," ucap Bapak itu kepada Sanda, sembari menghisap rokok nya
Sanda memikirkan ucapan Bapak itu.
"Semua terserah kepada mu, anak muda, mau percaya dengan ku atau tidak. Yang pasti, bila timbul pengharapan di dalam hati mu, beritakan lah kepada dia yang membuat cinta di dalam dada mu, beritakan saja, meski belum tentu ia ingin mendengar berita itu. Setidaknya, kau lega dan tenang, meski kadang-kadang, jawaban dari seorang Perempuan cukup menyakitkan," ucap Bapak itu
Sanda masih diam.
"Ya sudah, Bapak masuk dulu ke dalam toko, ada orang memesan buku lagi untuk dikirimkan ke alamat yang jauh, harus ku persiapkan terlebih dahulu buku nya, aku permisi," ucap Bapak itu dengan mematikan rokok nya, sembari menepuk pundak Sanda dan berdiri lalu pergi
"Ya, Pak," ucap Sanda
Sanda di sana masih duduk sendirian, setelah Bapak si pemilik toko buku itu masuk, dia ditinggalkan sendiri dengan pertanyaan yang ramai di dalam kepala nya.
*Dari sisi Sena.
Sena yang tadi melirik ke arah luar jendela, kini mulai melihat buku sajak milik Sanda yang berada di atas kasur nya.
"Sungguh Laki-laki aneh yang tak mampu ku tebak sikap nya," ucap Sena
Ia berjalan mengambil buku sajak yang tadi diberikan oleh Sanda, ia mulai membaca halaman berikut nya.
..."Gadis Manja Di Pelupuk Mata"...
Duduk seorang gadis manja,
di depan teras rumah dan senja,
menangis rindu kepada suasana,
mencekam keheningan di dalam keramaian kepala.
Suara nya seolah baik-baik saja,
melihat perjalanan matahari seolah sengaja,
tak sedikit pun ia ingin mengeluarkan air mata,
tapi dari sikap nya ku tau, ia sedang berduka.
Ia tersedu setelah menyeduh,
air teh yang manis itu menjadi pahit karena rindu,
ia melupa setelah menyeka,
rupa jatuh juga air dari kelopak mata.
Dari jendela ku yang tinggi,
mampu melihat tempat duduk nya yang sendiri,
meski di depan ku ia selalu tampak bahagia,
tapi siapa kira, di dalam pelupuk mata nya menyimpan lara.
-Sanda Sambiru
"Siapa gadis yang disebut nya?" tanya hati Sena
"Apakah dia sudah memiliki kekasih?" tanya Sena lagi
"Ah, sudah lah, kenapa harus aku pikirkan itu, tidak penting sekali. Siapa peduli dia sudah mempunyai pasangan atau tidak? Tidak ada hubungannya dengan ku," ucap hari Sena menepis pertanyaan nya sendiri
*Dari sisi Sanda.
Kini hari mulai membentuk sendu, matahari hampir jatuh, Sanda melihat ke arah toko buku, gerai toko pun sudah ingin di tutup rapuh. Sanda berdiri, kemudian menghampiri Bapak si pemilik toko buku itu.
"Mari saya bantu," ucap Sanda sembari membantu Bapak pemilik toko itu menutup toko nya
"Tak perlu repot-repot anak muda, ini tugas ku," ucap Bapak itu kepada Sanda
"Secara tidak langsung, aku sudah berada di sini, Pak. Berarti termasuk tugas ku juga membantu sesama manusia," ucap Sanda sembari mengunci pintu yang sedari tadi Bapak pemilik toko itu sedikit kesulitan
Setelah Sanda berbicara kepada Bapak pemilik toko seperti itu, Bapak itu pun tersenyum tipis sembari melihat ke arah Sanda.
Tak lama kemudian, Sanda selesai mengunci pintu toko buku milik Bapak tersebut.
"Terima kasih, anak muda," ucap Bapak pemilik toko setelah Sanda memberikan kunci toko itu kepada si Bapak
"Sama-sama, Pak," ucap Sanda
"Ku harap kau mengerti maksud ku tadi," ucap Bapak pemilik toko kepada Sanda
"Ya, Pak. Aku perlahan-lahan paham," ucap Sanda kepada Bapak pemilik toko buku itu
"Saya izin pamit," ucap Sanda sembari menyalami Bapak itu
"Ya, terima kasih sekali lagi," ucap si Bapak
"Sama-sama juga," ucap Sanda
Kemudian, Sanda berlalu pergi.
*Dari sisi Sena.
"Sena," teriak Mama nya dari depan kamar nya
Kamar Sena terletak di lantai 2.
"Iya, Ma. Kenapa?" tanya Sena
"Turun, makan, Mama sudah masak makanan kesukaan mu," ucap Mama Sena
"Sena masih kenyang, Ma," ucap Sena
"Yakin? Kamu tidak mau turun ke meja makan? Untuk melihat siapa yang datang hari ini ke rumah?" ucap Mama Sena
Sena yang mendengar ucapan dari Mama nya itu pun langsung berdiri kemudian berlari ke arah pintu kamar dan membuka nya.
"Sepertinya Sena sudah mulai lapar, Ma, hehe," ucap Sena membuka pintu kamar sembari tersenyum kepada Mama nya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
aichan
Sanda, Nikah yuk!
2023-03-08
1
Achi
Mantap 👍🏻👍🏻👍🏻
2023-03-03
1
~ Neysha
kayaknya, ak sama sanda gak jauh berbeda deh 😢
wkwk
2023-03-02
1