Hari ini hari di mana Suci setoran surat Al-Mulk karena hukuman masalah ponsel. Suci merasa kesal karena akan bertemu dengan Gus Adnan, entah kesialan apa lagi yang akan ia temukan, tapi ia juga sedikit deg-degan, ia takut kalau tidak hapal entah hukuman apa lagi yang akan di dapatka. Maya langsung mengajak Suci
" Suci, ayo cepat, kita sudah di tunggu Gus Adnan."
" Hhhmm."
Suci menjawabnya dengan malas. Maya langsung menarik tangan Suci, ia mengajak Suci ke mushollah, di mana Gus Adnan menunggu
" Assalamualaikum Gus."
Maya langsung uluk salam, sedangkan Suci hanya diam
" Wa'alaikumsalam, duduk!"
Maya duduk lumayan jauh dari Gus Adnan, sementara Suci masih berdiri ke bingungan
" Duduk di depan saya!"
Maya menatap Suci, ia memberi kode pada Suci, karena ia tau Gus Adnan menyuruh Suci untuk duduk di depannya, tapi Suci yang di tatap ia bingung, tiba-tiba saja otaknya tidak berpungsi dan sikap bar-barnya tidak ada
" Itu Uci, maksudnya kamu duduk di depan Gus Adnan."
" Gu-gue Gus?"
Suci bertanya dengan terbata-bata
" Memangnya yang di sini punya salah siapa?!"
Suci langsung duduk di depan Gus Adnan, ia menarik nafasnya dalam-dalam, ia mencoba meredamkan amarahnya
" Ayo mulai?! Kenapa masih diam?!"
Suci menghela nafas kasar karena mendengar suara Gus Adnan yang tidak bisa berbicara pelan, bahkan semalam Gus Adnan baru saja minta maaf, tapi kali ini sifat dinginnya sangat terpancar
" Iya sabar dong Gus."
Suci langsung menghapal hapalannya, tapi ia di buat kesal karena Gus Adnan terus memotongnya
" Mimnya pajang, itu hukumnya mad thobi'i, jadi bacanya dua harokat."
Suci mengulang bacaannya, tapi lagi-lagi ada terus yang salah
" Kalau Gus di potong terus, terus kapan selsainya? Ah...! Tuhkan lupa!"
Gus Adnan menghela nafas berat, saat mendengar teriakan Suci.
" Ayo ulangi dari ayat dua puluh."
Suci ingin protes lagi, tapi ia tidak ingin terus berurusan dengan Gus Adnan, membuat ia hanya pasrah
" Awalnya apa Gus? Gue lupa."
Maya mengelus dada saat mendengar Suci masih saja mengatakan kata Gue
" Suci-suci, di mana pun kamu berada, kamu tetap si Suci bar-bar." batin Maya
Gus Adnan menghembuskan nafasnya kasar, ia baru kali ini menemukan santriah yang sangat aneh menurutnya. Setelah selsai tiga puluh ayat Gus Adnan meminta Maya untuk pergi duluan
" Maya, kamu ke asrama duluan saja, saya masih ada perlu dengan Suci."
" Baik Gus."
Maya langsung buru-buru pergi dari sana. Kini hanya tinggal Gus Adnan dan Suci.
" Uci."
" Iya Gus."
" Besok ulangi lagi dan saya ingin bacaannya lebih baik dari sekarang!"
Suci membulatkan matanya, saat mendengar Gus Adnan menyuruh untuk menghapal lagi, itu artinya ia masih bertemu lagi dengan Gus Adnan
" What?! Nggak! Gue nggak mau!"
" Suci, bisa nggak kalau bicara itu yang sopan?! Bisa nggak tutur bahasanya yang enak di dengar?! Saya ini guru kamu, tapi kamu tidak menghargai saya sebagai guru, apa kamu selalu seperti ini berbicara dengan yang lebih tua?"
" Kata-kata sopan gue hanya untuk ke dua orang tua gue, dan Re, ah lupakan saja."
" Baiklah, kalau kamu tetap dalam pendirian kamu berbicara sama saya tidak sopan, tapi saya akan menambahkan dua surat untuk kamu hapalkan dan saya tidak mau tau besok kamu harus bisa!"
" Nggak boleh gitu dong Gus, dikiranya gue robot apa?!"
" Jadi pilih mana?!"
" Iya iya Uci minta maaf sama Gus, karena berbicara tidak sopan."
Pada akhirnya Suci tetap mengalah, dari pada ia mendapatkan banyak hapalan.
" Nah, kalau bahasanya seperti ini'kan enak di dengar. Jangan lupa besok hapalkan lagi."
" Tapi Uci juga sudah nggak bilang gue Gus, kenapa masih dapat hukuman?"
" Tadi saya bilang kalau kamu bilang gue, saya tambahin hapalannya, saya nggak bilang kalau kamu nggak suruh menghapal."
Suci menepuk jidatnya dengan pelan, ia memang tidak mendengar kalau Gus Adnan tidak menyuruh menghapalkan lagi, tapi ia masih saja protes
" Baik Gus, kalau begitu Uci permisi."
" Saya akan mengantar kamu sampai gerbang asrama."
" Tidak perlu Gus."
" Jangan salah paham, saya hanya ingin kamu melepas hijabmu saat di kamar, bukan di tempat umum."
" Siapa juga yang salah paham?! Uci tau kalau Gus tidak pernah menyukai Uci, dari awal kita bertemu, Gus selalu membuatku kesal, hingga sekarang pun sama, Uci tidak mencari masalah, tapi sekarang Gus yang mencari masalah."
Gus Adnan mengerutkan keningnya, ia bingung kenapa Suci mengatakan kalau ia yang mencari masalah, jelas-jelas ia dari tadi tidak membuat masalah
" Uci, saya tidak mencari masalah, saya melakukan ini untuk kebaikan kamu."
Gus Adnan langsung menepuk kepala Suci dua kali, itu membuat Suci menatap Gus Adnan dengan tatapan tajam yang tidak bisa di artikan
" Menghapallah karena Allah, bukan karena hukuman, insya Allah akan lebih mudah menghapalnya."
Suci hanya diam, tidak ada kata yang keluar dari mulutnya, tatapan Gus Adnan meneduhkan dan tutur katanya sedikit menenangkan, tapi setelah beberapa saat Suci menepis perasaan itu sambil mengingatkan hatinya
" Jangan gila Uci! Dia itu si pembuat masalah, mulutnya itu tajam, nggak ada manis-manisnya." batin Suci
" Saya dengar kalau kamu selalu tidur saat tahajud?"
Suci masih diam, tapi tatapannya berubah menjadi tatapan kesal
" Setiap kelakuan santri di asrama mengenai pelanggaran, pasti di ketahui oleh dewan."
" Terus kalau kelakuan pengurus? Apa Gus tau seperti apa?! Ah lupakan kalian sama saja!"
" Tidak sama Uci, Kenapa tidak sholat tahajud?"
" Karena Uci nggak bisa bacaanya, jadi Uci nggak sholat."
" Besok datangnya jangan telat, saya akan mengajari kamu bacaan sholat tahajud. Ayo pulang."
Gus Adnan langsung berdiri
" Nggak perlu, Uci bisa pulang sendiri!"
Suci keluar dari mushollah di ikuti Gus Adnan dari belakang. Suci sampai di kamar, ia hanya diam di kamar sambil memikirka ucapan Gus Adnan yang mengatakan menghapallah karena Allah bukan karena hukuman, insya Allah akan lebih mudah menghapalnya
" Benarkah begetu?" batin Suci
Maya heran dengan Suci, dari pulang tadi Suci hanya diam
" Uci, kamu kenapa? Jangan melamun terus, atau hatimu sudah kepincut sama Gus Adnan?"
" Ngapain gue suka sama lelaki yang selalu pembawa sial! Hati gue sudah di miliki Reyhan, dan penuh atas namanya."
" Reyhan itu siapa?"
" Pacar gue."
" Kamu punya pacar?"
" Ya iya masa Gadis secantik gue nggak punya pacar?"
" Oh, tapi di sini nggak boleh pacaran Uci, walau pun kadang ada yang pacaran sembunyi-sembunyi, tapi kalau ketahuan bisa bahaya."
" Yang penting gue nggak pacaran sama anak santri, bahkan gue sama sekali tidak tertarik dengan anak santri, anak santri itu hanya tau agama saja, dan gue tidak suka itu. Sudah gue mau beli es cream, panas kalau mendengar ceramah kamu!"
Suci langsung keluar dari kamar, ia sama sekali tidak suka di ingatkan. Sedangkan Maya dan yang lainnya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Suci yang masih saja sama seperti pertama bertemu sama sekali belum berubah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
bagus Adnan cara pendekatan dgn suci
2023-05-30
0
fifid dwi ariani
trus berkarya
2022-11-20
1
mom mimu
wah kayanya Uci udh mulai sedikit terpesona nih sama suaminya 😁😁
2022-09-17
0