Jam sudah menujukan pukul 09.00WIB, tapi Suci masih tertidur pulas, karena Suci sudah biasa akan bangun saat di bangunkan oleh bundanya. Khodijah masuk ke dalam kamar putrinya, ini sudah mejadi kebiasaan Kodijah yang akan membangunkan putri satu-satunya yang sangat nakal menurutnya
" Uci! Cepat bangun...!"
Teriakan sang bunda membuat Suci membuka matanya walau pun masih sangat ngantuk
" Bunda, Uci masih ngantuk, Uci ingin tidur sebentar lagi."
" Cepat bangun Uci! Ini sudah jam sembilan dan ayah sedang menunggumu di meja makan."
" Bund, tolong bilang ke ayah kalau Uci masih ngantuk, jangan paksa Uci. Uci masih sangat lelah."
" Cepat bangun Uci...!"
Suci yang semakin di teriaki oleh bundanya, ia langsung menarik selimutnya hingga menutupi kepala, ia memang masih merasakan sangat ngantuk dan badan yang merasa pegal, membuat ia tidak ingin bangun walau pun sang ayah sudah menunggunya di meja makan. Biasanya Suci akan selalu patuh jika sudah mendengar kata ayah, tapi kali ini ia berbeda, ia masih ingin melajutkan tidurnya. Khodijah langsung menarik selimut putrinya, tapi putrinya langsung menarik selimutnya lagi, itu membuat ia menghela nafas kasar, saat melihat kelakuan putrinya yang selalu saja bersikap kanak-kanakan, jelas-jelas putrinya itu sudah berusia 19 tahun, tapi tidak ada perubahan sama sekali, putrinya akan selalu bangun siang. Khodijah langsung mematikan AC, lalu langsung berjalan ke arah gordeng, ia langsung menarik gordeng, lalu langsung membuka dua jendela, agar mata hari pagi itu masuk ke dalam kamar putrinya. Suci yang merasa panas karena sinar mata hari, ia langsung menyingkab selimut yang ada di kepalanya, lalu ia langsung duduk, tiba-tiba Suci mengingat perdebatan semalam dengan bundanya, ia langsung memangil bundanya
" Bunda."
Khodijah yang masih berdiri di dekat jendela, ia langsung mendekati putrinya saat mendengar panggilan dari putrinya
" Ada apa?"
" Mmm.. Uci minta maaf soal semalam, Uci tidak bermaksud untuk membentak bunda, sekali lagi Uci minta maaf bund."
Khodijah langsung mengelus kepala putrinya
" Jadi Uci tau kalau ucapan Uci salah?"
" Iya, Uci tau ucapan Uci salah."
Setelah mengelus kepala putrinya, Khodijah menatap lekat mata putrinya yang sedang menatapnya
" Kalau tau Uci salah, maka lupakanlah Rey, Uci, karena dia tidak pantas untukmu."
Suci yang mendengar ucapan dari bundanya, ia langsung menggeleng-gelengkan kepalanya
" Tidak bund, Uci tidak bisa melupakan Rey, Uci cinta sama Rey, bund."
" Uci, kamu masih anak-anak, kamu tidak mengerti cinta yang sesungguhnya, bunda tidak ingin kamu salah memilih untuk pendamping hidupmu, bunda tidak ingin kamu menyesal di kemudian hari."
" Uci tidak akan pernah menyesal bund, Uci cinta dan sayang sama Rey, tolong bunda mengerti perasaan Uci."
Khodijah menghela nafas berat, ia semakin bingung, ia bingung bagai mana harus mejelaskan pada putrinya kalau putrinya sekarang sudah menjadi seorang istri.
" Bunda harap Uci bisa membuang jauh-jauh rasa cinta Uci terhadap Rey, bunda tidak ingin suatu saat Uci terjebak dalam situasi yang sulit."
Suci hanya bisa menghela nafas berat, saat mendengar jawaban dari bundanya, menurut ia bundanya tidak tau apa-apa tentang Reyhan, tapi bundanya tidak ingin mengenal sosok Reyhan terlebih dahulu, melainkan bundanya menyuruh untuk melupakan Reyhan
" Uci mau mandi dulu bund."
Suci langsung turun dari ranjang, ia tidak ingin berdebat dengan bundanya lagi, karena menurut ia percuma, bundanya akan tetap di keputusan yang sama, termasuk ia juga yang akan tetap mencintai Reyhan untuk selamanya
" Uci, jangan lama-lama mandinya, ayah sedang menunggumu."
Suci yang mendengar ucapan dari bundanya, ia menoleh ke arah bundanya sambil mengangguk, lalu langsung jberalan lagi ke arah kamar mandi. Setelah putrinya masuk ke dalam kamar mandi, Khodijah langsung keluar dari kamar putrinya untuk menunggu putrinya di meja makan. Suci yang sedang mandi, ia terus saja berpikir tentang masalahnya
" Apa yang salah kalau aku mencintai Rey? Dan situasi sulit seperti apa yang akan aku dapatkan? Aku tidak akan mungkin mendapatkan situasi yang sulit, Rey mencintai aku dengan tulus, Rey memperlakukan aku dengan baik, jadi tidak mungkin Rey akan kasar atau Rey akan selingkuh, karena Rey bukan lelaki seperti itu. Bunda, aku harap suatu saat bunda mengerti dengan keputusanku." batin Suci
Suci terus menggosok sabun ke tubuhnya masih sambil berpikir
" Bunda, Suatu saat Uci akan buktikan kalau Rey adalah lelaki yang pantas untuk Uci. Bunda hanya belum mengenal Rey saja, itu kenapa bunda selalu berpikir buruk tentang Rey." batin Suci
Suci selsai mandi dan sudah memakai baju, Suci langsung keluar dari kamarnya, ia langsung mendekati meja makan
" Ayah belum berangat ke kantor?"
Suci bertanya sambil menarik kursi untuk duduk
" Ada yang ingin ayah bicarakan padamu."
" Sepenting apa hingga ayah harus menunggu Uci?"
" Tentu ini sangat penting, kita sarapan terlebih dahulu, setelah itu baru kita bicarakan."
" Baik ayah."
Mereka langsung memulai sarapan, tidak ada pembicaraan saat mereka sarapan, hanya terdengar dentingan sedok saja di meja makan hingga selsai. Setelah selsai Suci menatap mata ayahnya dengan tatapan yang serius
" Uci, ayah ingin Uci untuk masuk pesantren."
Suci mendengarnya dengan jelas kalau ayahnya mengatakan pesantren, tapi ia tetap bertanya kalau pendengarannya itu salah
" Pesantren?"
" Iya, ayah ingin Uci untuk belajar agama dan ayah hanya ingin kamu mesantren, kamu boleh berhenti kuliah, yang penting kamu mesantren, lagian juga kamu tidak pernah masuk kuliah, kalau kamu kuliah tidak mau, setidaknya kamu memiliki ilmu agama."
Suci tidak percaya kalau ayahnya menginginkan ia masuk pesantren, bahkan di rumah saja ia sangat susah di atur, apa lagi mengikuti aturan pesantren, bukan'kah itu sangat merepotkan baginya
" Ayah, sudah Uci bilang kalau Uci tidak ingin mesantren, lagian ayah sudah memiliki ke banggaan yang meneruskan sebagai Gus seperti ayah, kaka sudah memiliki panggilan Gus, jadi aku tidak perlu untuk menjadi lebih baik lagi dalam hal agama."
" Keputusan ayah sudah bulat Uci, ayah akan mengantarmu ke pesantren lusa."
" Tapi ayah, Uci tidak mau ayah. Uci mohon ayah, Uci tidak ingin masuk pesantren, Uci janji akan menjadi anak baik, Uci tidak akan nakal lagi ayah. Uci tidak akan membuat ayah marah lagi karena masuk ke kantor polisi."
" Sekali lagi ayah katakan, keputusan ayah sudah bulat Uci. Hari ini dan besok kamu bebas melakukan apapun, karena lusa ayah akan mengantarmu pada kakekmu."
Dengan wajah kesal Suci hanya bisa mengangguk sebagai jawaban, ia tidak bisa menentang keputusan ayahnya.
" Ayah akan berangkat ke kantor dulu."
Suci dan Khodijah hanya menjawab dengan anggukan kepala, lalu mereka bersalaman saling bergantian, setelah itu Ali langsung pergi. Setelah ayahnya pergi Suci hanya duduk termenung, ia tidak ingin berbicara sepatah kata pun pada bundanya, karena ia sedang merasakan sangat kecewa yang mendalam. Suci langsung berpikir tentang Reyhan di otaknya
" Bagai mana kalau aku nanti merindukan Rey, aku tidak bisa jauh darinya, aku sangat mencintainya." batin Suci
Khodijah juga hanya diam sambil menatap wajah putrinya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
semangat
2023-05-29
0
fifid dwi ariani
trus semangat
2022-11-20
0
Hulapao
ya beginilah awal dari kejadian 'kabur dari pesantren' 🤣
2022-09-17
0