Gus Adnan memejamkan mata, setelah itu menghembuskan nafasnya kasar
" Baiklah, saya tidak akan menghancurkan ponsel kamu, tapi ponsel kamu saya yang pegang!"
Suci hanya bisa mengangguk pasrah, yang penting foto-foto bersama Reyhan tidak hilang. Gus Adnan langsung melepaskan sorban, lalu langsung menutupi tubuh Suci, walau pun tidak tertutup sempurna. Suci memegang ujung sorban itu, saat mendengar Gus Adnan berdehem, ia langsung mendongkakan kepalanya. Sehingga pandangan Suci dan Gus Adnan bertemu, tatapan tajam yang Suci lihat di mata Gus Adnan, itu membuat Suci langsung berdiri, ia langsung melempar sorban itu ke wajah Gus Adnan
" Pakailah kembali! Gue tidak membutuhkan itu!"
Kata-kata Suci membuat Gus Adnan tercengang, ia merasa Suci itu tidak ada sopan-sopannya, bahkan tadi baru saja ia melihat Suci bersimpuh hanya untuk sebuah ponsel, tapi sekarang ia melihat Suci seperti sebelum memohon sebuah ponsel itu. Gus Adnan langsung mengambil sorban yang Suci lempar di wajahnya
" Tutup auratmu, kamu hanya boleh membukanya untuk suamimu."
" Gue tidak peduli tentang hal itu, setiap kali gue bertemu sama lo, hidup gue selalu saja sial!"
" Sial dalam artian apa?"
Gus Adnan masih menyikapi Suci dengan sabar. Sedangkan para santri dan Ustadzah sangat bingung melihat seorang Gus Adnan yang biasanya bersikap dingin, tapi kali ini tidak, Gus Adnan tetap bersikap lembut, walau pun harga dirinya seperti sedang di rendahkan oleh Suci
" Kemarin lo menceramahi gue dan sekarang lo hampir saja menghancurkan ponsel gue, apa itu tidak sial setiap bertemu lo?"
Gus Adnan hanya bisa mengelus dada sambil beristigfar, Sungguh ia tidak mengerti dengan pemikiran Suci. Setelah itu Gus Adnan memakaikan kembali sorban itu
" Pakailah, kalau kamu melemparnya lagi, maka ponsel kamu juga akan sama seperti sorban ini."
Suci hanya bisa pasrah, setelah mendengar ancaman dari Gus Adnan. Gus Adnan langsung pergi dari sana. Setelah Gus Adnan pergi beberapa langkah, Suci langsung menyumpai Gus Adnan
" Gue sumpahin lo biar nggak laku! Biar jadi perjaka tua seumur hidup lo!"
Semua santri dan Ustazah hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, mendengaran ucapan Suci yang masih tidak ada sopan-sopannya. Sedangkan Gus Adnan hanya tersenyum tanpa membalikan badan, ia terus saja melanjutkan langkah kakinya
" Saya sudah laku Uci, bahkan istrimu itu adalah kamu." batin Gus Adnan
Suci langsung kembali ke asrama, ia duduk dengan wajah yang lesu, entah ia harus senang atau harus merasa sedih, memang ponselnya itu selamat dari eksekusi, tapi tetap saja ponselnya itu tetap tidak kembali. Suci langsung melempar sorban itu ke atas ranjang miliknya masih sambil terduduk.
" Kamu kenapa Uci?"
Maya bertanya dengan perasaan bingung, karena Maya dan teman-temannya memang baru sampai, sedangkan Suci sudah lebih dulu sampai
" Lelaki sialan itu bikin gua pusing! Seenaknya saja dia menyita ponsel gue!"
" Harusnya kamu itu bersyukur Uci, ponsel kamu masih selamat, biasanya Gus Adnan tidak pernah mengampuni terdakwa."
Mata Suci membulat sempurna, saat mendengar ucapan Najwa
" Lo kira gue maling apa?! Enak saja lo bilang gue terdakwa!"
" Tapi kamu melanggar aturan Uci."
" Diam lo! Kalau mulut lo masih ingin berpungsi!"
Teman-teman Suci hanya bisa mengelus dada sambil beristigfar, mereka hanya diam saja, entah kalau mereka bicara apa yang akan Suci lakukan, banyak sifat buruk Suci yang masih belum mereka ketahui sepenuhnya
" Oh iya, kamu bilang apa tadi? Bilang dia Gus? Bukan'nya dia hanya seorang Ustadz?"
" Memang dia seorang Gus, dia putra dari kiai Abdullah, dari pesantren Alhusna."
" Terus kalau dia punya pesantren sendiri kenapa dia ada di sini? Atau jangan-jangan dia di usir oleh orang tuanya karena sifatnya yang kejam?"
" Jangan begitu kalau berbicara, nanti kamu kuwalat, Gus Adnan tidak di usir, tapi Gus Adnan mau mengabdi di sini dulu, Gus Adnan juga baru sekitar satu minggu yang lalu masuk ke pesantren ini dan mejadi ketua dewan santri."
" Terserah lo, tidak perlu mejelaskan sedetil itu, gue nggak peduli."
Suci melihat baju gamis yang di belikan bundanya, ia hanya menghela nafas, lalu melihat baju dari Reyhan, di sana baju-baju itu sangat longgar, ia sama sekali tidak suka, ia pikir seorang ibu-ibu yang di belikan baju longgar, tapi saat itu ia tidak bisa menolak pada Reyhan, karena ia tidak mau kalau Reyhan nanti membelikan baju gamis. Suci langsung memakai baju kemeja panjang, dan celan panjang, tidak lupa ia masukan bawah baju itu agar terlihat seksi, lalu pasminanya ia kalungkan di lehernya. Suci yang akan melangkah keluar, langsung di tanya oleh Rianti
" Uci mau kemana?"
" Tadi di panggil keamanan."
Temen-teman Suci hanya tercengang, ia bisa melihat ekspresi Suci yang terlihat santai, harusnya Suci merasakan panas dan dingin, tapi Suci bersikap biasa saja. Suci tanpa salam masuk ke asrama putri, di sana sudah ada Lia selaku rosiah, Pitri selaku keamanan, ustazah Marwah dan ustazah Sarah yang sebagai perwakilan dewan santri
" Sebelum masuk itu bisa nggak kalau kamu itu ucap salam dulu?!"
Pitri sangat marah melihat kelakuan Suci. Suci mengangkat satu alisnya
" Lo ngomong sama gue?"
Suci bertanya sambil menujuk dirinya sendiri
" Ya iya kamu, memang yang masuk tidak ada sopan santun itu siapa lagi kalau bukan kamu?!"
" Sudah-sudah, ayo duduk dek Suci."
Ustazah Marwah menengahi mereka berdua. Lia mengelus punggung Pitri yang baru saja di mulai sudah panas
" Nah ini baru namanya ustazah, sopan."
Suci langsung duduk
" Dek Suci tau kenapa di panggil ke sini?"
" Gue nggak bego! Semua ini karena ponsel! Cepat bilang deh jangan basa-basi!"
Ustadzah Marwah mengangguk sambil tersenyum
" Terus kenanapa kamu melanggar aturan? Bahkan kamu bukan hanya membawa ponsel saja, tapi kamu juga berpakaian tidak sopan! Di sini itu pesantren bukan tempat umum!"
Kemarahan ustadzah Sarah memuncak saat mendengar ucapan Suci yang tidak ada sopan-sopannya
" Ini hidup gue, kalau lo nggak suka mending diam saja!"
Putri langsung menatap tajam pada Suci, tapi Suci menatap balik pada Putri, menurut Suci siapa yang takut pada wanita itu, toh mau bertarung bagai mana pun juga ia bisa, ia jago bertarung. Pitri langsung memperingatkan tentang kesopanan kembali pada Suci
" Kamu kalau berbicara dengan yang lebih tua itu harus yang sopan!"
" Gue bukan orang bodoh! Gue bisa membedakan mana yang harus gue hormati dan mana yang tidak pantas gue hormati! Gue nggak peduli tentang umur, yang jelas jika orang itu bisa menghormati gue, maka gue juga bisa menghormati dia!"
Suci juga berbicara dengan nada tidak kalah berteriak seperti Pitri
" Sudah-sudah, dek Suci itu masih baru di sini, jadi kita harus mejelaskannya pelan-pelan. Dek Suci, karena sudah melanggar peraturan, jadi harus mendapatkan hukuman."
Ustadzah Marwah menjelaskannya dengan nada lembut
" Kenapa gue masih dapat hukuman juga?! Ponsel gue saja masih di sita!"
" Karena itu aturan pesantren. Seharusnya kamu itu bersyukur karena ponselnya nggak di hancurkan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
suci .mulut nya. barbar,
2023-05-29
1
fifid dwi ariani
trus sabar
2022-11-20
0
mom mimu
tak jitak deh kamu Ci, ngejawab Mulu kalo d nasehatin 😁
2022-09-16
1