Sudah satu minggu Suci di pesantren. Suci melanjutkan tudur saat santriah melaksanakan sholat tahajud, sholat wajab saja sering Suci lewatkan, apa lagi sholat tahujud yang menurutnya sangat capek. Suci subuh ini tidak selamat dari amukan keamanaan. Keamanan itu langsung menyiram Suci dengan air satu ember kecil
Byur...
Suci bangun dengan perasaan terkejut
" Bocor-bocor!"
" Bukannya sholat tahajud kamu enak-enakan tidur! Cepat bangun, lalu sholat tahajud!"
Pitri berbicara dengan nada marah. Suci menatap Pitri dengan tatapan tajam
" Lo apa-apan nyiram gue?! Lo pikir gue tanaman?!"
" Jaga ucapanmu ini pesantren bukan lingkunganmu dulu!"
Suci menatap Pitri semakin tajam, saat mendengar Pitri menyangkut pautkan dengan masa lalunya, ia benci dengan orang munafik seperti Pitri, ia benci kalau Pitri merasa benar dan merasa paling suci
" Terus gue sama lo apa bedanya?! Lo seenaknya nyiram gue dan lo merasa tindakan lo itu benar?! Dasar munafik! Jangan mentang-mentang lo pengurus jadi lo ngerasa berkuasa!"
Pitri semakin marah saat mendengar ucapan dari Suci, ia merasa di hina oleh santri biasa, bukan hanya biasa melainkan santri baru
" Berani-beraninya kamu sama saya!"
" Memang lo siapa?! nggak usah menjadi so penguasa! Lo cuma pengurus'kan?! Jangan seenaknya membentak-bentak santri di sini karena masalah kecil! Lo pengen di takuti oleh setiap santri di sini? Mungkin semua santri di sini takut sama lo, tapi nggak sama gue, jangan harap gue takut sama lo! Pesantren ini nggak butuh personality seperti lo! Bahkan sikap lo itu merusak citra pengurus dan pesantren ini! Seharusnya lo itu memberi contoh yang baik dan membimbing kami, bukan hanya menuntut! Ada yang salah atau melanggar peraturan iya di ingatkan baik-baik dan kalau memang harus di hukum tidak perlu menjatuhkan harga dirinya juga! Dan satu lagi lo pasti harusnya tau kalau gue nggak takut dengan apapun, lo harusnya mikir Gus Adnan saja gue berani membentaknya, apa lagi lo hanya pengurus!"
Pitri memang sangat di takuti karena ia tidak segan-segan akan memberi hukuman yang berlebihan, karena ia ingin di takuti oleh yang lainnya. Bahkan tidak ada yang berani melawan Pitri, tapi kali ini berbeda dengan Suci yang sangat berani berbicara tanpa sopan santun pada Pitri. Suci memang sama sekali tidak takut dengan siapapun, walau pun ini pertama kalinya untuk Suci bertngkar dengan adu mulut, biasanya Suci hanyalah tawuran dan tawuran, ia lebih suka berkelahi dari pada adu mulut. Wajah Pitri menjadi pucat pasi saat ada orang yang melawan kata-katanya, sedangkan perlawanan yang Suci katakan itu memang benar membuat ia berbicara dengan terbata-bata
" Ka-kamu."
" Apa?! Ucapan gue benar'kan?! Asal lo tau, orang seperti lo itu tidak ada bedanya dengan sampah!"
Tidak ada jawaban dari Pitri, ia hanya diam mematung, tubuhnya merasa panas saat mendengar pertanyaan dari Suci. Sedangkan para santriah hanya bisa melihat dengan menahan nafas, mereka takut dengan perdebatan Pitri dan Suci. Setelah tidak ada jawaban dari Pitri, Suci langsung pergi dari situ. Suci hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat antrian mandi itu penuh, ia pikir kalau belum subuh itu akan sedikit orang yang mandi, tapi ternyata banyak yang ngantri.
" Dari makan harus ngantri, dari nyuci harus ngantri, dari ngaji harus ngantri dari mandi harus ngantri, hah menyebalkan, semuanya harus mengantri." batin Suci
" Minggir-minggir gue mau mandi!"
Suci menyrobot begitu saja di tempat antrian orang-orang yang sedang menunggu antrian mandi.
" Heh! Ngantri dong, kamu kira ini rumah kamu?!"
Salah satu santriah berbicara pada Suci karena Suci seenaknya saja menyrobot tanpa antri
" Baju gue basah! Kalau gue sakit lo bakalan tanggung jawab?!
" Tapi kita juga sudah mengantri sejak tadi."
Santriah lainnya juga ikut berbicara karena sikap Suci yang seenaknya
" Iya tuh, lagian basah juga di buat sendiri karena tidur seenaknya."
Santriah lain juga menyalahkan Suci yang tidur tidak tau waktu
" Banyak bacot lo! Gue nggak peduli, gue nggak mau ngantri!"
Saat Suci melihat pintu terbuka, ia langsung nyerobot masuk, walau pun yang keluar dari kamar mandi baru saja di pintu. Santriah lain hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, ia merasa sangat kesal pada Suci, karena Suci baru saja masuk pesantren satu minggu, tapi Suci sudah meresahkan banyak orang di pesantren, bahkan mereka sangat membenci Suci karena sikapnya yang seenaknya. Setelah mandi dan sholat subuh, Suci sedang siap-siap dengan teman sekamarnya, ia memakai hijab segi empat yang ke dua ujungnya di kebelakangkan, itu membuat hijabnya tidak menutupi dada
" Kamu itu sangat cantik kalau memakai hijab."
Maya memuji Suci yang mengenakan hijab secara benar, biasanya Suci hanya mengenakan hijab itu di kalungkan di leher layaknya sall
" Gue memang cantik dari lahir!"
Maya hanya menjawab mengangguk-anggukan kepalanya. Najwa tiba-tiba masuk kamar sambil berteriak
" Suci! Kamu viral lagi!"
" Viral kenapa?"
" Itu saat kamu ribut sama mbak Pitri."
" Sudah tau, lagian kejadiannya juga di tempat umum. Apa mereka semua mejelek-jelekin gue?"
" Nggak juga semuanya, hanya ada beberapa saja, tapi ada banyak yang membela kamu karena mbak Pitri memang keterlaluan kalau memberi hukuman."
" Oh iya, gue mau nanya kalian semua malu nggak satu kamar sama gue? Secara gue bukan dari wanita baik-baik?"
" Kenapa kamu bertanya seperti itu Uci? Kita nggak malu, bahkan kita senang ko, iya'kan temen-temen?"
Maya meminta pendapat pada ke dua temanya. Rianti juga membenarkan ucapan Maya
" Iya kita senang ko Uci, bahkan aku suka ada kamu, kamu selalu bikin suasana rame."
Suci tersenyum, ia tau mana orang yang tulus mana yang tidak, banyak kejadian dari masa lalunya yang membuat ia mengerti tentang ketulusan
" Terima kasih, karena kalian mau jadi teman gue, gue bukan cewek baik-baik, gue selalu buat onar, kalian juga sudah tau tentang gue."
" Kata siapa kamu nggak baik? Kamu baik ko, hanya saja setiap orang memiliki pandangan yang berbeda-beda dan mereka hanya menilai kamu satu sisi saja. Jelas-jelas setiap orang memiliki sisi baik dan sisi buruk masing-masing."
Suci tersenyum saat mendengar penjelasan dari Najwa, walau pun ia juga tidak tau kalau mereka tau ia ketua geng motor dan suka tawuran, mereka belum tentu mau berteman, ia yakin kalau mereka takut, walau pun mereka terlihat tulus untuk berteman dengannya.
" Jujur gue sangat terharu dengan ucapan kalian."
" Kamu tentu sekarang'kan jadi sahabat kita semua."
" Sahabat? Terima kasih semua karena kalian sudah mau nerima gue jadi sahabat."
Suci langsung memeluk ke tiga sabatnya secara berbarengan. Jadi mereka berpelukan berempat. Setelah itu mereka melepaskan pelukannya
" Kamu sudah hapal semua?"
" Baru hapal dua ayat he."
Suci menjawab pertanyaan Rianti sambil cengengesan. Sedangkan mereka hanya menghela nafas berat, saat melihat reaksi dari Suci. Suci memang tidak meminta mereka untuk mengajarinya selama hampir satu minggu ini, ia hanya berusaha sendiri
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus semangat
2022-11-20
0
mom mimu
gak semua orang punya pemikiran yg sama ya Ci, setiap orang punya pemikiran masing2 dengan berbagai pendapatnya sendiri terhadap orang lain.... semangat kak 💪🏻💪🏻💪🏻
2022-09-17
0
Indah MB
bener bgt.. top markotop
2022-09-15
0