Pagi hari seperti biasa Suci masih tetap di bangunkan oleh sang bunda
" Uci bangun, hari ini kamu harus pergi ke pesatren!"
" Hhhmmm."
Suci yang bisanya malas untuk bangun, ia langsung bangun, lalu duduk
" Bund, bisa tidak ke pesantrennya minggu depan?"
" Tidak ada minggu depan minggu depan, hari ini Uci harus berangkat ke pesantren, lihat tuh koper Uci dan tas sudah siap, masih bilang minggu depan lagi."
Suci menatap nanar koper besar dan tas besar itu.
" Iya sudah Uci mandi dulu."
Pada akhirnya Suci pasrah, ia tidak ingin kalau bundanya nanti membahas tentang Reyhan dan itu selalu membuat ia kesal kalau membahas tentang itu. Sedangkan Khodijah langsung keluar dari kamar putrinya sambil tersenyum, karena hari ini Suci tidak berdebat dengannya. Setelah selsai Suci langsung keluar dari kamarnya sambil membawa koper sedangkan tas di bawa Bi Ida. Suci langsung duduk di ruang tamu sambil memakan roti selai yang di buatkan oleh Bi Ida, ia tidak berbicara apapun pada orang tuanya, hingga roti itu habis ia masih tetap diam
" Jangan nyusahin kake dan kaka kamu Uci, terus jangan nakal sama jangan kabur, kamu harus belajar yang giat."
" Iya bund."
" Uci, sekarang mana kartu kredit dan kartu Atm untuk belanjamu?"
" Hah, untuk apa ayah?"
Suci sangat bingung kenapa ayahnya meminta pasilitas miliknya
" Keluarkan."
Ali tidak mejawab untuk apa, melainkan ia suruh mengeluarkan kartu-kartu tersebut. Suci dengan perasaan kesal mengeluarkan dua kartu Atm itu. Ali langsung mengambil kartu-kartu yang di serahkan putrinya
" Ayah sita kartu-kartu ini, kamu ambil saja ini."
Ali memberikan uang seratus ribuan dengan jumblah 2 juta
" Ayah tidak salah kasih Uci hanya 2 juta?"
" Tidak, belajarlah hemat mulai sekarang Uci, agar kamu terbiasa, bagai mana kalau suamimu bukan dari kalangan orang kaya? Melainkan dari orang yang sederhana, bagai mana kalau tidak terbisa kamu nanti?"
" Mana mungkin ayah, orang tua Reyhan memiliki kekayaan yang tidak sebanding dengan ayah, dan Reyhan juga bekerja di perusahaan perfileman, jadi mana mungkin kalau Uci kekurangan uang."
" Jangan bahas lelaki itu Uci!"
Sebelum ayah Suci menjawab kata-kata Suci, bunda Suci sudah lebih dulu berbicara sambil dengan nada berteriak
" Bunda sudah, Uci sudah mau berangkat ke pesantren, jangan marah pada Uci."
Ali tidak ingin nanti putrinya marah dan berubah pikiran, jadia ia menyuruh istrinya untuk tidak marah
" Iya ayah. Uci sekarang kamu berangkat."
Suci hanya mejawab dengan anggukan kepala, ia langsung bersalaman sambil mencium punggung tangan ke dua orang tuanya. Koper dan tas itu langsung di masukan ke bagasi mobil
" Kamu berangkat di antar Mang Ujang."
" Baik ayah."
Suci langsung masuk ke dalam mobil. Setelah mobil itu melaju, Suci langsung melepas hijab, lalu melepas kancing lengan kemeja panjang itu sampai sebahunya
" Huh panas, apa lagi kalau tiap hari pakai begini, benar-benar meresahkan!"
Suci langsung memutuskan untuk tidur, karena semalam tidak tidur nyenyak. Suci mengingat saat perpisahan dengan Reyhan di depan rumahnya, ia dengan tidak tau malunya meminta Reyhan untuk menciumnya, walau pun Reyhan tetap menolak, tapi pada akhirnya Reyhan mencium kening ia untuk pertama kalinya dan setelah Reyhan pergi, ia juga di ceramahi habis-habisan karena ia pulang jam 2 dini hari, jelas itu membuat ayah ia marah besar. Setelah menempuh perjalanan cukup lama, Suci sampai
"Non, sudah sampai."
Mang Ujang mencoba membangunkan Suci yang masih tertidur
" Hhhm."
Suci baru juga akan membuka pintu mobil, mang Ujang langsung menyuruh Suci membenarkan pakainnya
" Non, hijabnya di pakai dan kancing lengannya di kancingin."
" Males mang panas."
Suci langsung turun dari mobil. Mang Ujang langsung menurunkan koper dan tas, ia letakan tas itu di atas koper, agar mudah di tarik
" Ayo non."
" Mang, tidak perlu mengantar saya ke dalam, saya bisa narik koper saya sendiri."
" Baik non."
Suci langsung menarik kopernya masuk ke dalam gerbang pesantren, tiba-tiba ada seorang santri yang bertanya sambil menundukan kepalanya
" Mau kemana mbak?"
" Mau ke rumah Kiai Habibi."
" Oh itu mbak rumahnya."
Santri itu pun sambil menujuk rumah itu
" Oke terima kasih. Lo nggak usah nunduk gitu, gue nggak buruk rupa! Bahkan kecantikan gue sangat sempurna!"
Suci sangat kesal melihat seorang santri lelaki itu yang menundukan kepalanya untuk tidak menatapnya. Setelah mengatakan itu Suci langsung pergi
" Astagfirullah."
Santri itu mengusap dadanya sendiri setelah Suci berlalu pergi. Suci yang berjalan santai ia mengamati sekitarnya, banyak santri yang berlalu-lalang, tidak sedikit yang menatapnya aneh dan ia melihat banyak wanita yang berbisik-bisik, sementara santri lelaki melihatnya dengan ekspresi beragam. Bagai mana mereka tidak melihatnya dengan pandangan aneh, karena melihat Suci yang memakai kemeja panjang dengan kancing lengannya terbuka hingga sampai bahu dan hijabnya hanya ia pakai untuk selendang, bahkan kemeja itu ia masukan ke dalam celana jiens yang membuat bodi tubuhnya terlihat jelas, tapi ia tidak peduli dengan pandangan orang lain, ia hanya acuh
" Tundukan pandangan kalian!!"
Langkah Suci seketika berhenti mendengar suara berat dan tegas dari arah belakang, ia langsung membalikan tubuhnya, ia melihat lelaki yang berpakaian layaknya ustadz, memakai peci, baju koko dan sarung yang terpasang rapih di tubuh tegapnya. Rahangnya kokoh dan wajahnya bersih, tapi terlihat dengan wajah yang sangat dingin dan matanya menyorot tajam, suasana seperti sangat mencengkram, aura yang di keluarkan oleh lelaki itu seperti mengunci kaki Suci.
" Ini itu pesantren, bukan diskotik!"
Mata Suci langsung menyorot mata lelaki itu dengan tatapan tajam
" Siapa yang mau ke diskotik bodoh?!"
Gus Adnan sangat terkejut saat mendengar kata bodoh dari sang istri yang ia nikahi beberapa hari lalu, tanpa sepengetahuan Suci. Seumur hidup Gus Adnan, ia belum pernah di panggil bodoh, ini pertama kalinya di panggil bodoh. Para santri yang tadi menunduk takut, kini mulutnya menganga, saat ada seorang Gadis yang berani mengatai seorang Gus bodoh
" Aurat kamu itu harusnya di tutup! Bukan untuk di pertontonkan!"
Inilah yang Suci tidak suka dengan pesantren, karena aturannya menurut ia sangat ribet, bahkan ia baru saja mengijakan kaki di pesantren sudah di atur
" Lo siapa?! Berani banget ngatur gue!"
Rasanya Suci ingin sekali menojok lelaki yang ada di depannya, tapi ia sudah janji pada Reyhan, saat Suci meminta untuk di cium, Reyhan meminta Suci untuk berjanji jangan sekali-kali menggunakan seni bela dirinya di dalam pesantren, jadi ia hanya bisa berbicara saja
" Saya Adnan dewan santri di sini. Jadi saya berhak untuk mengingatkan yang memakai pakaian tidak layak."
Singkatan dari dewan santri adalah pengurus pesantren, lebih tepatnya tangan kanan pak Kiai
" Apa lo bilang?! kemeja gue tidak layak di pakai?! Lo enggak liat ini baju bersih!"
" Kemejamu memang bersih, tapi seharusnya kamu mengancingkan lengan kemejamu, pakai hijab yang benar dan kemejanya jangan di masukin ke dalam celana, itu memperjelas tubuhmu."
"Ini hidup gue jadi terserah gue!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
yg sabar ya Adnan punya istri bar bar
2023-05-29
0
fifid dwi ariani
trus sabar
2022-11-20
0
mom mimu
mampir lagi kak, semangat terus 💪🏻💪🏻
2022-09-16
0