Pov Aisyah
"Ampun Bu! ampuuuuuuuun!" rengek Erni memintaku untuk melepaskan tarikan dirambutnya.
Menantuku memohon, dengan memelas. karena aku menjambak rambutnya dengan sangat kuat. Bagaimana tidak emosi melihat menantu begini kelakuannya, bisa-bisa suaminya tidak ada. dia malah berbuat tidak senonoh dengan sahabat suaminya sendiri.
"Kamu harusnya mampus!" bentakku yang sudah sangat emosi, sambil terus menarik rambut Erni ke belakang, sehingga kepalanya sedikit mendongak tertarik oleh jambakanku
"Lepaskan, Bu! ini bukan salah Erni, ini salah Farid!" ucap pria yang berbaring di atas ranjang, seketika aku mendelik menatap ke arahnya.
"Kenapa lu, enggak sekalian mampus aja sih, kalian tidak pantas berada di dunia ini! kalian sama sama binatang!"
"Tenang, Bu! Tenaaang! sabar! Kita bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi." ucap Farid sambil mencoba bangkit dari tempat tidurnya.
Aku yang sedang memegangi rambut Erni, dengan kuat aku tarik rambut itu kebelakan. lalu menghempaskannya ke lantai. terlihat Erni meringis, menahan rasa sakit yang begitu nyeri di kepalanya, dan bagian tubuh yang terbentur ke lantai.
Kemudian aku menghampiri Farid, sahabat anakku. lalu aku layangkan satu tamparan ke mukanya, membuat suasana di ruangan itu semakin gaduh. teriakan Erni yang meminta tolong. sehingga memanggil beberapa perawat untuk menghampiri.
Ketika aku hendak melayangkan tamparan yang kedua kali, buat orang yang sudah melukai anakku. tiba-tiba tanganku dipegang oleh para perawat, untuk menghentikan aksiku menyiksa Farid yang sudah tidak berdaya.
Aku ditarik paksa oleh para perawat, untuk segera keluar dari kamar rumah sakit. melihat keributan yang seperti itu, Satpam Penjaga akhirnya mendekat, lalu mengambil alih tugas para perawat. membawaku, mengusir keluar dari rumah sakit.
"Lepaskan aku! lepaskaaaaaan! kalian nggak tahu apa-apa!" Teriakku histeris ketika mereka menyeretku untuk keluar.
"Maaf Bu! ini rumah sakit, jadi tolong Ibu jangan buat keributan di sini!" ucap salah seorang satpam yang sedang menyeretku.
Sesampainya di pintu utama rumah sakit, Aku didorong keluar. seolah orang yang sudah melakukan kejahatan. Padahal aku hanya membalaskan rasa sakit hati anakku. melihat kejadian aku diusir dari rumah sakit, Pak Andi sebagai sopirku. dengan cepat ia menghampiri keluar dari mobilnya.
"Ini ada apa" tanya Pak Andi, sambil menatap tajam ke arah satpam itu. seolah tak rela ketika majikannya diperlakukan seperti ini.
"Ibu ini! sudah membuat keributan di rumah sakit , tolong segera bawa menjauh dari sini. kalau tidak saya akan laporkan Kejadian ini, ke pihak yang berwajib!" ancam satpam yang terdengar tegas.
"Maafkan Ibu Aisyah! mungkin beliau lagi emosi." ucap pak andi mewakiliku minta maaf, kemudian menggandengku untuk segera mengajak ke mobil.
"Ada apa Bu! tak seperti biasanya, ibu emosi seperti itu!" tanya Pak Andi, ketika kita berdua sudah berada di dalam mobil.
"Ke rumah anakku, Pak!" aku tidak memperdulikan pertanyaan Pak Andi, karena ini adalah masalah keluargaku jadi dia tidak harus tahu dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Pak Andi yang sebagai sopir, dia hanya mengganggukan kepala. tak berani bertanya lagi, Kemudian ia menyalahkan mobil, lalu pergi meninggalkan rumah sakit.
Aku hanya menatap arah keluar jendela mobil, melihat gedung-gedung yang begitu tinggi, namun itu tak membuatku merasa senang. karena setelah tadi pagi Erni meneleponku, dengan cepat aku langsng menelepon Arfan. namun tak seperti biasanya telepon anakku, tidak aktif. membuatku merasa curiga, dengan sebenarnya apa yang terjadi dengan keluargaan anakku.
Aku mencoba menghubungi asisten anakku, selain Farid Anakku sangat dekat dengan Dali. Awalnya dia tidak mau bercerita tentang kejadian yang sebenarnya, setelah aku tekan dan aku ancam. akhirnya Dali pun bercerita kejadian tadi malam, yang begitu memilukan.
Arfan yang pulang kerja dari luar kota, serta menyiapkan kejutan untuk istrinya. dia tak menyangka akan mendapat kejadian yang sangat menyakitkan. Bagaimana tidak sakit, ketika melihat istri yang sangat ia kagumi, Bahkan ia selalu Bela di hadapan ibunya sendiri. tega berbuat asusila di hadapan matanya, dia berselingkuh dengan sahabat yang paling dia banggakan.
Aku tak bisa membayangkan Bagaimana rasa sakitnya anakku, mendengar penuturan dali, yang begitu memilukan, hanya butiran bening sebagai bentuk ungkapan rasa sakit, yang aku rasakan mewakili perasaan anakku.
Dan Dali juga bercerita, bahwa Farid yang ia hajar habis-habisan. dilarikan ke rumah sakit terdekat, dari rumah Arfan. Karena mengingat kondisinya yang sangat kritis. Mendengar cerita Dali, yang menceritakan tentang keadaan Farid yang dilarikan ke rumah sakit, ditemani oleh istri anakku. sehingga aku memutuskan untuk berbicara dengan mereka, bertanya baik baik Kenapa mereka bisa tega melakukan hal seperti itu, kepada anak semata wayangku.
Namun Alangkah terkejutnya, ketika aku memasuki kamar Rumah Sakit. tiba-tiba emosiku meledak, sampai aku harus mendobrak pintu, dan yang membuatku hilang kesadaran, untuk mengontrol emosi. ketika melihat menantuku sedang mengulum benda milik sahabat anakku.
"Sudah sampai, Bu!" ucap sopir memberitahu, membuyarkan lamunanku. terlihat di luar rumah ada beberapa orang yang sedang menaikan barang-barang rumah tangga ke mobil pick up, seperti mau dipindahkan.
Aku tidak memperdulikan mereka, langkahku terus berjalan menuju ke dalam rumahku, yang sudah diberikan sama Arfan. namun anakku menolak karena dia hanya menempati sementara rumahku. Sebelum rumah yang dia bangun selesai.
Aku pindai seluruh area yang ada di rumah anakku, mulai dari dapur, kamar mandi, sampai kamar-kamar yang sudah nampak kosong, tak ada benda yang mengisinya.
Aku terus mencari sambil memanggil-manggil nama anakku, sampai tiba di salah satu pintu yang terkunci. aku berdiri lama di situ, namun tak ada jawaban yang terdengar dari dalam, mungkin anakku tidak ada di dalam atau sedang berada di luar.
Untuk menghilangkan rasa penasaranku. Aku ambil handphone yang ada di tasku, lalu memanggil nomor Dali asisten anakku.
"Ya! Maaf ada apa, Bu?" tanya dali yang terdengar sangat sopan.
"Kamu tahu, Arfan pergi ke mana?" aku langsung bertanya ke inti permasalahan.
"Kurang tahu, Bu. tadi pagi saja, pak Arfan memerintahku, hanya melalui telepon. setelah itu, aku tidak bisa menghubunginya lagi, Karena ada urusan kantor yang harus beliau selesaikan!" ucap dari menjelaskan
"Kira-kira! Kamu tahu nggak, dia pergi ke mana?"
"Maaf Bu! saya kurang tahu, sejak kejadian semalam Pak Arfan menyuruhku untuk pulang, setelah memberikan arahan pekerjaan, dengan apa yang harus dikerjakan di kantor."
"Terus bagaimana kondisi terakhir kamu, bertemu dengan anakku?"
"Maksudnya bagaimana, Bu?" tanya Dali yang terdengar kebingungan.
"Maksud saya! apakah ada gelagat anak saya frustasi, atau bagaimana gitu?"
"Nggak, Bu! pak Arfan sangat kuat, bahkan seperti yang tadi saya ceritakan. Dia menyuruh saya memimpin rapat hari ini, bahkan tadi saja, ketika menelepon saya untuk menyuruh orang mengeluarkan semua barang Bu Erni. Pak Arpan masih terdengar baik-baik saja!" jelas dali panjang kali lebar.
"Ke mana ya anakku?" aku bergumam.
"Perlu saya bantu mencari bu?" tawar Dali yang mungkin merasa kasihan.
"Boleh! nanti kalau kamu dapat info keberadaan anak saya. tolong kamu kabarin! saya takut dia melakukan hal yang. Astagfirullah!!!" aku tidak melanjutkan perkataan itu.
"Sudah Bu! Jangan berpikiran buruk terlebih dahulu. kita doakan Pak Arfan, semoga beliau baik-baik saja!" ucap dali menenangkanku.
Aku pun memutus sambungan teleponku, lalu kembali menatap ke arah pintu, yang masih terkunci. hatiku merasa deg-degan ketika melihat pintu itu. Membayangkan anakku sedang berada di dalam dan melakukan hal-hal yang tak pernah kubayangkan.
Trok! trok! Trok!
Trok! Trok! Trok!
Aku coba mengetuk pintu itu, sambil terus memanggil-manggil nama anakku. berharap, kalau anakku ada di dalam, dia menjawab panggilanku. Namun sayang kamar itu terlihat sepi.
Merasa usahaku Tidak ada hasil, Aku berjalan menuju pintu keluar, kemudian menutup kembali pintu rumah anakku.
"Bagaimana Bu?" tanya Pak Andi yang sejak dari tadi menonton orang-orang, yang memindahkan barang-barang milik menantuku.
"Saya lagi mencari anak saya, namun di rumahnya tidak ada." aku menceritakan penemuanku
"Ke mana ya, Pak Arfan?" ucap Sopir itu membuatku mendengus kesal ke arahnya.
"Ibu sudah mengecek semua ruangan yang ada di rumah Pak Arfan?" ucap Sopir itu meralat kembali ucapannya, karena mungkin dia merasa ngeri, ketika aku menatapnya seperti itu.
"Sudah! cuma satu kamar yang belum aku cek, karena keadaan pintunya, yang tetkunci."
"Memang ibu, tidak mempunyai kunci cadangan kamar itu." tanya Pak Andi
"Enggak, dulu ketika saya memberikan rumah ini, saya sudah serahkan semua Kuncinya."
"Pintu kamar mana, Yang terkunci? Mungkin kita bisa melihat dari luar jendela!"
Mendapat ide seperti itu, Aku bergegas berjalan menuju arah samping rumahku, diikuti dengan Pak Andi yang mengekor di belakangku.
Setelah berada di dekat jendela, di mana pintu kamar itu terkunci. Aku tempelkan wajahku ke kaca jendela, untuk mengintip keadaan kamar yang terkunci. dari celah gorden yang terbuka sedikit. tak terlihat ada orang di kamar itu, namun yang membuatku curiga, Kenapa komputer di kamar itu menyala, pasti ada orang di dalamnya.
"Arfaaaaan! Arfaaaaan! Arfaaaan!" Teriakku memanggil-manggil anakku, sambil terus menggedor-gedor kaca jendela.
"Bagaimana Bu?" tanya Pak Andi yang berdiri di belakangku.
"Nggak ada siapa-siapa! namun saya melihat komputer anak saya menyala. Saya yakin anak saya di dalam."
Pak Andi pun meminta izin, untuk mengintip ke dalam ruangan kamar anakku, namun dia juga tidak menemukan apa-apa.
"Bagaimana, Apa kamu melihat anakku?"
"Nggak bu, kamarnya sangat gelap, kalau boleh! saya pecahkan kacanya. agar kita bisa melihat dengan jelas sebenarnya Ada apa di dalam. karena saya juga curiga, kalau Pak Arfan tidak ada di rumah. Kenapa komputernya bisa nyala"
Aku hanya mengangguk ketika mendengar saran Pak sopir yang begitu Cemerlang, dia terus-terusan memberikan ide. padahal kalau pikiranku sedang tidak kalut seperti sekarang, Akulah orang yang suka memberikan motivasi terhadap orang lain.
Mendapat persetujuanku, Pak Andi dengan cepat mencari alat untuk memecahkan kaca. Tak lama mencari akhirnya dia menemukan tongkat baseball, yang diambil dari depan. mungkin belum terangkut oleh mobil-mobil yang memindahkan barang.
Praakkk!!!!
Kaca jendela kamar anakku pecah, serpihannya membaur ke mana-mana. dengan cepat Pak Andi menarik gorden penutup jendela kamar anakku.
"Arfaaaaaaaan!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Linda Chanell
mantap thoor....👍
2022-08-10
0