Pov Erni
"Jadi, barangku akan dibiarkan berserakan begitu saja di luar?" aku mempertegas pertanyaanku, memastikan bahwa aku tidak salah mendengar.
"Iya Bu! kami hanya diperintahkan seperti itu," jawab pekerja yang memindahkan barang-barang ku keluar.
"Bod0h, apa kalian tahu? berapa harga barang-barangku? tak sebanding dengan nyawa kalian. Dan saya bisa laporkan semua itu atas tindak perbuatan perusakan properti." aku mengancam mereka.
"Silakan bu, laporkan saja! kami tidak takut, kami hanya orang miskin! hidup di luar ataupun di dalam penjara itu tidak masalah bagi kami." ucap pria itu sambil berlalu. membuat darahku semakin mendidih, namun aku coba menarik napas, untuk menenangkan keadaanku yang semakin terpojokan. berdebat sama orang bod0h seperti mereka, hanya menguras emosiku. karena biasanya orang seperti itu, hanya mengandalkan otot dibandingkan otaknya.
Aku terus berpikir, mencari cara agar bisa keluar dari masalah yang sedang kuhadapi. namun pikiranku yang semakin kalut, tak kunjung mendapatkan solusi terbaik. akhirnya aku keluar dari rumah, yang sudah ku tempati lebih dari 3 tahun. menuju kembali ke mobil yang terparkir di carport. terlihat halaman rumah, yang sudah dipenuhi oleh barang-barangku.
Aku tidak memperdulikan itu semua, Aku injak pedal gas meninggalkan rumah, menuju rumah sakit. untuk meminta saran kepada orang yang selalu menyayangiku, walaupun aku sudah menikah, namun rasa sayangnya, tidak pernah berkurang sedikitpun.
Sesampainya di rumah sakit, Aku bergegas memasuki ruangan Farid. dengan santainya, dia masih terbaring sambil menonton televisi. Hanya melihatku sebentar ketika aku memasuki kamarnya.
"Aku diusir dari rumah! kamu malah enak-enakan tidur. ini semua gara-gara kamu." Celotehku tiba-tiba setelah berada di dekat ranjang Farid.
"Kenapa ,kamu marah-marah? tenang Sayang! kamu harus berpikir jernih!"
"Gimana mau tenang, Semua barangku sudah ada di luar Rumah, terus aku tinggal di mana?"
"Hehehe, kalem aja sih! rumah aku aja masih muat, kalau hanya menampung barang-barangmu yang sedikit." jawab Farid tanpa terlihat sedikitpun ada beban.
"Masalahnya tidak sesederhana itu, nanti orang-orang akan mengecap jelek kita. kalau kita langsung tinggal serumah. aku yakin, kejadian tadi malam, beritanya sudah menyebar ke mana-mana!" aku menjelaskan keadaan yang sebenarnya terjadi.
"Sabar, cup! cup! cup! jangan marah-marah seperti itu, Kamu terlihat menggemaskan tahu?" ucap Farid sambil meregangkan tangannya untuk memelukku.
"Ih apaan, siiiiiiiiih!" ucapku dengan manja, Lalu naik ke atas ranjang mengikuti saran Farid, yang hendak memeluk tubuhku.
Aku sandarkan kepalaku di dada Farid, yang tak kalah bidang dengan dada suamiku. Lama berpelukan, akhirnya perasaanku sedikit tenang, karena merasa ada yang melindungi, ketika ada orang yang jahat kepadaku.
"Terus sekarang, aku harus bagaimana?" aku bertanya sambil memainkan jemariku di atas perutnya.
"Coba kamu telepon orang yang mengerjakan pembangunan rumahmu. Bukannya kamu pernah cerita, kalau rumahmu sudah hampir 85%." saran Farid, membuatku melepaskan pelukannya. Kenapa aku tidak terpikir dari tadi.
Dengan cepat aku mengambil handphone-ku, lalu mengontak nomor mandor yang mengerjakan proyek pembangunan rumahku. Lama menunggu, akhirnya telepon itu tersambung.
"Maaf ada apa, Bu? tak seperti biasanya, Ibu menelpon saya?" tanya seorang laki-laki di ujung sana.
"Rumahku, sekarang tinggal berapa persen lagi?" aku langsung bertanya dengan pokok permasalahannya.
"Hampir 90% Bu. tinggal finishing akhir, namun tadi Pak Dali asistennya Pak Arfan. menyuruh kami, untuk Berhenti bekerja, aku tanya Alasannya kenapa, namun Pak Dali tidak menjelaskan." jelas pria itu.
"Lah? kenapa berhenti, kenapa nggak dilanjutkan?"
"Kurang tahu Bu! saya hanya mendapat perintah seperti itu."
"Tapi rumah saya sudah aman, kan? walaupun belum selesai, tapi bisa ditempati?" Aku bertanya kembali.
"Bisa, bu! semua pintu sudah terpasang, dan dilengkapi dengan kunci pengaman. mohon maaf Ada apa ya Bu. Kok, aneh seperti ini?" jelas pria itu sambil bertanya.
"Nggak ada apa-apa! sekarang di mana kuncinya, apa jangan-jangan dibawa sama si Dali?" aku menebak pertanyaanku sendiri.
"Nggak, Bu! kunci masih ada di saya, Pak Dali tadi pagi, hanya menyuruhku untuk Berhenti bekerja, itu saja Bu!"
"Ya sudah! Tolong antarkan kunci itu ke rumah sakit, nanti saya akan ganti ongkosnya, serta bonus yang tidak akan kamu bayangkan sebelumnya."
"Baik, bu! tapi mohon maaf, Rumah Sakit mana ya?"
Aku pun menjelaskan rumah sakit yang sekarang merawat Farid, Kekasihku. setelah mandor pembangunan rumahku mengerti, dengan cepat aku memutus telepon itu.
"Bagaimana?" tanya Farid yang sejak dari tadi memperhatikanku.
"Beres! satu masalah, sudah aku selesaikan. Tinggal bagaimana caranya aku memindahkan barangku, ke rumah Baruku."
"Gampang! kalau handphone-ku ada di sini, aku bisa menyuruh anak buahku, untuk memindahkan barang-barangmu ke rumah barumu.
Dengan cepat aku pun mengambil handphone Farid, yang tadi aku ambil dari rumah. kemudian memberikan handphone itu kepadanya.
"Kenapa kamu nggak bilang dari tadi!" Ketus Farid sambil mengambil handphonenya dari tanganku.
"Aku panik Rid! jangankan mikirin handphone, mikirin diri sendiri saja, aku sudah pusing."
Mendengar perkataanku seperti itu, Farid merengangkan tangannya, kembali untuk mengajakku berpelukan.
Tangan kanan Farid memelukku, sambil mengusap-usap Rambutku yang lepek, karena dari tadi malam belum sempat membersihkan badan. sedangkan tangan satunya lagi, dia memijat tombol HP, untuk menelepon seseorang.
"Ada apa, Pak? tumben menelepon saya?" tanya seseorang di ujung telepon Farid. Aku bisa mendengar suara itu karena Farid meloudSpeaker kan teleponnya.
"Ada kerjaan buat kamu. Tolong pindahkan semua barang-barang yang ada di rumah temanku, ke rumah yang satunya lagi!" seru Farid memerintah bawahannya.
"Gampang! itu masalah sepele. bapak kasih tahu saja alamatnya dari mana, dan pindahnya ke mana!"
Farid pun menceritakan semuanya, kepada pria yang ada di ujung telepon. menjelaskan secara rinci, apa saja yang harus mereka kerjakan, tanpa basa-basi pria itu menyanggupi, Untuk memindahkan barang-barangku, ke rumah Baru yang aku bangun dengan suamiku.
Pukul 12.00. terdengar pintu kamar rumah sakit, ada yang mengetuk. setelah aku persilahkan masuk, ternyata itu adalah mandor proyek pembangunan rumahku. yang hendak mengantarkan kunci pintu rumah yang akan ku tempati.
Setelah menyerahkan kunci, dan aku memberikan bonus yang mungkin lebih dari seminggu gaji ia bekerja. mandor itu pun pamit, terlihat raut wajah yang sangat bahagia. namun sebelum pergi, dia berpesan agar ketika keluargaku mau melanjutkan pembangunan rumah. agar menghubungi dia kembali, aku pun hanya tersenyum dan mengiyakan permintaannya. karena dia adalah salah satu orang yang bisa diandalkan, untuk mengawasi proyek pembangunan rumahku. namun aku tidak janji dalam waktu dekat, melanjutkan pembangunan rumah itu. sebelum urusanku benar-benar selesai.
Setelah kepergian mandor itu, Farid langsung menghubungi bawahannya, untuk mengambil kunci pintu rumahku. agar semua barangku bukan hanya dipindah tempatkan, namun bisa tersimpan dengan aman, ketika berada di dalam rumah.
Tak selang berapa lama, setelah telepon itu berakhir. muncullah pria yang sedikit aku mengenalnya, karena sepengetahuanku dia pernah bekerja menjadi sopir orang tuanya Farid.
Setelah memberikan arahan. Farid pun memberikan Kunci pintu rumahku kepada pria yang baru datang. kemudian dia mentransfer uang untuk ongkos pemindahan barangku, setelah melihat nominal yang masuk ke nomor rekeningnya. pria itu pun tersenyum lalu berpamitan.
Pukul 13.30. telah aku makan siang dan membersihkan tubuhku. Farid memintaku untuk membersihkan tubuhnya juga, karena sama sepertiku, dari malam dia belum sempat membersihkan tubuhnya. jangankan untuk membersihkan tubuh sendiri, untuk bergerak saja sangat susah.
Aku mengambil tisu basah, untuk membersihkan tubuh Farid. meski tidak mandi dengan air, minimal bau keringat yang menempel di tubuhnya, itu bisa hilang. dengan tisu yang wangi.
Perlahan aku buka sprei penutup tubuhnya, kemudian mulai mengusap setiap inci badan Farid dengan tisu basah. namun ketika aku mengusap bagian perutnya, tiba-tiba kepunyaan Farid berdiri tegang menantangku.
"Kamu, nakaaaaaal! masak baru disentuh begitu saja, sudah bangun." ucapku mengajak ngobrol benda yang baru bangun itu.
"Pengen dikemutin, tuh!" pinta Farid sambil menarik sudut bibirnya.
"Kamu itu! lagi sakit juga, pikirannya kemana-mana." ucapku sambil memicingkan mata ke arah orang yang memiliki benda yang berdiri tegak.
Namun dengan perlahan, aku memegang benda yang kenyal seperti squisi. lalu mengocoknya pelan-pelan, hingga benda itu berdiri dengan sempurna. Farid hanya mengeluh keenakan, matanya terlihat terpejam menikmati semua sentuhanku.
"Kemutin dong, Sayang!" Rengek Farid sambil tetap memejamkan matanya.
Merasa kasihan dengan kondisinya yang seperti itu, perlahan aku tempelkan bibirku, di atas Ujung benda yang menyumbul dari bawah perut Farid.
Awalnya aku hanya menjilat ujungnya, namun lama-kelamaan benda itu masuk, memenuhi ruang Mulutku. sehingga Farid yang memiliki benda itu, terlihat meremas sprei, yang menutupi ranjangnya. membuatku semakin bersemangat membahagiakan pacar sekaligus selingkuhanku.
Brakkkk!!
Mataku terbelalak kaget, dengan mulut masih menempel di tubuh sensitif milik Farid. melihat ke arah datangnya suara, memastikan Siapa yang berani mengganggu aktivitas yang sedang kulakukan.
"Wanita jal4ng!!!" teriak orang yang berdiri di ambang pintu. Kemudian menghampiriku, lalu menarik Rambutku, untuk melepaskan Mulutku, yang masih menempel di benda milik Farid.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Aya'Na Soraya
Sempurnaaaa...👋👋👋Ga ada otaknya
2024-08-18
0
Jasreena
juoroook....
2023-08-01
0
Nunung Sutiah
udah pada geser x tuh otak 2 orang,.
2022-09-05
0