Pov Arfan
"Buket saja, mbak!" Aku menjawab sambil terus melihat-lihat bunga.
"Sebentar! saya siapkan dulu karangannya.bapak bisa duduk dulu, sambil menunggu buket bunganya selesai." ujar Pelayan toko
Aku hanya mengangguk, tanda mengiyakan kesiapannya. kemudian aku duduk di salah satu kursi yang ada di toko bunga itu. tak lama berselang, Dali pun menghampiri. mungkin dia ngerasa bukan sopir, sehingga tak harus menungguku di dalam mobil.
"Beli bunga apa, Pak?" tanya Dali sambil melihat bunga-bunga yang berjajar rapi di dalam keranjang.
"Bunga yang melambangkan kesetiaan!" ujarku sambil mengulum senyum.
"Widiiiiiiiiih! mantap kayaknya lagi kasmaran nih, si bapak." ujar Dali menggoda.
"Iya sudah lama, saya tidak memberikan bunga sama istri. apalagi Sekarang saya mau ngasih kejutan, tentang kepulangan saya, yang tidak memberitahu hal ini kepada istri."
"Dalam rangka apa nih, ulang tahun pernikahan, apa bagaimana?" tanya dali yang semakin penasaran, kemudian dia menghampiri, lalu duduk di kursi yang berada di sampingku.
"Nggak juga, iseng saja! biar hubungan kita tetap harmonis." ucapku dengan sedikit bangga, karena walau dalam keluarga kecil kami belum dikaruniai seorang omongan, Tapi aku selalu mencintai istriku.
"Pasti bunganya, bunga mawar merah, Pak! kalau buat melambangkan kesetiaan. walaupun masih banyak sih, bunga-bunga yang lain, namun kesetiaan itu, identik dengan bunga mawar merah." ungkap Dali mengemukakan pendapatnya.
"Tahu dari mana?" tanyaku sambil mengerlingkan mata ke arahnya.
"Tahu, Pak! menurut orang-orang sih, begitu."
"Kamu, nggak sekalian membelikan istrimu, bunga?"
"Hehehe....!"
"Kenapa...?"
"Nggak Pak, Sayang uangnya. saya harus giat menabung, apalagi masih tinggal bersama orang tua, dan sebentar lagi menghadapi kelahiran." Curhat Dali
"Mbak...!" panggilku Sama pelayan toko, yang sedang merangkai buket bunga.
"Ya, ada apa, Pak?" jawab Pelayan toko sambil menoleh ke arahku sebentar.
"Bikin buket bunganya, dua ya!" pintaku.
"Temanya, sama Pak?" pelayan itu bertanya
"Iya, mbak! samain saja!"
"Baik Pak, ditunggu!"
"Padahal gak usah repot-repot, Pak! saya jadi malu nih!" ucap Dali, yang terlihat merasa tidak enak.
"Nggak apa-apa! Aku kan, belum pernah ngasih hadiah untuk kehamilan istrimu. semoga istrimu sehat ya!"
"Amiiiin...! semoga Bapak juga cepat menyusul!" Dali balik mendoakanku.
"Oh iya, nanti setelah sampai rumah saya, tolong kamu videokan momen langka ini!" pintaku mengalihkan pembicaraan.
"Perlu sewa kamera, Pak! Biar hasilnya lebih bagus." saran Dali seolah mengerti Ke mana arah pembicaraanku.
"Nggak perlu! cukup kamera handphone saja, yang terpenting momen itu bisa menjadi kenangan, ketika kita sudah tua!" jawabku menolak.
"Siap, pak!" ungkap Dali menyanggupi.
Kita pun lanjut mengobrol, dengan tema-tema yang berhubungan dengan memberi kejutan kepada istriku. yang tidak mengetahui kepulanganku. Dali sangat antusias membantu, karena dia memang orangnya sangat baik, jadi disuruh apa saja pasti dia mau.
15 menit berlalu, akhirnya buket bunga itu pun selesai dibuat. setelah aku membayarnya. kita berdua menggendong bunga itu menuju mobil. aku simpan karangan bunga di kursi sampingku, sedangkan Dali juga, melakukan hal yang sama, mengikuti apa yang aku lakukan. Dia menaruh bunga untuk istrinya di kursi mobil samping kiri.
Setelah bunga itu tersimpan dengan aman, dali mulai melanjutkan kembali perjalanan, menuju ke rumahku. jalanan kota yang sudah mulai renggang, membuat kita tak harus bergelut dengan kemacetan, sehingga pukul 21.30. kita sudah sampai di depan gerbang pintu rumahku.
Dali memarkirkan mobilnya, jaraknya agak jauh dari pintu gerbang, sehingga tidak akan terlihat dari dalam rumah, karena pagar tembok rumahku sangat tinggi.
Aku dan dali keluar dari mobil, kemudian memindai area sekitar. Memastikan tidak ada yang mengetahui keberadaan kita, agar rencana kejutan ini berhasil. setelah dirasa sepi, dan cukup aman. Aku mengeluarkan kunci pintu cadangan, yang selalu kubawa. agar ketika masuk rumah, tidak harus merepotkan pasangan. kemudian kunci itu, aku serahkan kepada dali untuk membuka pintu gerbang.
Dengan hati-hati, dali membuka pintu gerbang rumahku. aku hanya berdiri sambil memegang bunga, yang tadi aku beli. sambil terus memperhatikan ke arah dalam rumah, takut istriku merasa curiga. sehingga kejutan ini akan sia-sia.
Setelah Dali selesai membuka pintu gerbang, perlahan pintu itu dibuka sedikit, yang penting kita berdua bisa masuk ke dalam. Tanpa menimbulkan kecurigaan.
"Rekam sekarang, pak?" tanya Dali.
"Iya!" Jawabku sambil menempelkan ujung telunjuk di Bibir.
Dali hanya mengangguk, kemudian ia mengeluarkan handphonenya. mengikutiku dari belakang. dengan merekam momen kejutan bahagia ini. dia terus berjalan mengikutiku, menyusuri area halaman rumah, kemudian mendekati pintu yang ada di teras. Setelah sampai di depan pintu.dengan perlahan aku membuka pintu rumahku, dengan kunci yang kuambil kembali dari Dali.
Setelah kunci Pintu itu terbuka, dengan perlahan aku masuk ke dalam, diikuti oleh asistenku yang terus merekam. Sesudah berada di dalam rumah, dengan mengendap-endap aku berjalan mencari keberadaan istriku, yang mungkin sudah tertidur di kamarnya
Aku terus berjalan, tanpa menimbulkan suara langkah kaki. mendekati pintu kamarku. namun langkahku terhenti, setelah mendengar eregan dan *******, yang keluar dari dalam kamar. suara eregan kenikmatan, seperti orang yang sedang melakukan hubungan suami istri.
Semetika dadaku bergejolak panas, mendengar kenyataan yang begitu pahit. namun dengan cepat Aku menguasai diri, menganggap semua itu hanya halusinasi. sehingga aku masih bisa berdiri dengan tegak.
"Bagaimana, Pak?" tanya Dali yang berbisik, setelah aku terdiam dengan sedikit agak lama, Mungkin dia juga mendengar apa yang aku dengar.
"Terus rekam!" Jawabku yang sedikit tertahan, menahan amarah yang menyelimuti jiwaku.
Dali hanya mengangguk, terlihat matanya yang memerah, seolah mewakili perasaan atasannya. dengan tangan bergetar dia terus merekamku.
Braaaakkkkkkkk..!
Aku mendobrak pintu kamarku, dengan sangat kuat. sehingga menimbulkan suara yang begitu nyaring. Mataku terbelalak kaget, setelah melihat Istriku yang tidak berbusana, dia lagi duduk di atas tubuh seorang pria, sambil memaju mundurkan tubuh bagian bawahnya,. seperti pel4cur yang sedang melayani pelanggannya. melihat kedatanganku, Erni makin mempercepat goyangannya. sehingga terdengar teriakan puncak kenikmatan, yang keluar dari bibirnya. seolah dia tidak puas, dengan rasa sakit yang sekarang ia berikan.
"Sudah pulang, Sayang?" tanya Erni seperti biasa dia menyambutku dengan ramah, tanpa terlihat sedikit dosa atau penyesalan dari wajah iblisnya. dia menunjukan senyum yang lebar, setelah mendapat kepuasan dari pria yang ada di bawahnya.
Ku lemparkan buket bunga, yang baru saja kubeli ke lantai. dan Dengan cepat aku menghampiri mereka berdua, kemudian dengan kasar aku menarik tubuh Istriku, yang masih terduduk di atas tubuh seorang pria, yang belum aku ketahui Siapa orangnya. Aku menarik tubuh istriku dengan kasar, kemudian menghempaskannya ke lantai.
Aku yang belum mengetahui, siapa pria yang berhubungan dengan Erni, karena dia menutup mukanya dengan bantal. mungkin merasa malu, karena ketahuan melakukan perbuatan asusila.
"Bangs4t.....!" teriakku sambil menarik bantal penutup muka pria Brengs3k itu.
Deg!
"Farid...!" ucapanku tertahan, setelah mengetahui siapa orang yang menjadi pasangan biad4b istriku, seolah tidak percaya dengan Apa yang terjadi.
Bagaimana tidak, seorang sahabat yang selalu aku banggakan, hari ini dia tega meniduri istriku. Setelah penutup wajahnya terbuka, Farid Hanya duduk. sambil menutup tubuhnya dengan sprei, karena selimut sudah dipakai oleh istriku, untuk menutupi tubuhnya.
Bugh! bugh! bugh!
Aku hantamkan Bogem mentahku ke arah mukanya, dengan menindih tubuh.
"Kurang ajar! sahabat macam apa kamu! berani menuduri istri sahabatnya." aku terus memukuli Farid, yang terlentang di atas ranjang.
"Sudah sayang! sudah..! ini nggak seperti yang kamu lihat." ucap Erni berkelah. Sambil memegangi tanganku.
Plakkk!
"Wanita sial4n!" satu tamparan keras mendarat di pipi Erni, sehingga membuat dia terpelanting ke arah samping, tak kuat menahan tamparan yang begitu keras.
Bughh!
Brakkkkk!
Farid yang berada di bawah tekananku, melihatku lengah. dengan cepat dia bangkit, sambil menghantamkan tinjunya dadaku. kemudian dia mendorong tubuhku dengan kuat, sehingga aku terjatuh dari ranjang.
"Kamu boleh menyakitiku, pria mandul! asal jangan menyakiti Erni!" ujar Farid sembari mengulum senyum sinis, kemudian dia mengikuti ke arah tubuhku yang terjatuh, untuk menyusul kembali dengan serangan tinjunya.
"Dali yang dari tadi terdiam, sambil terus merekam semua kejadian ini. dengan cepat yang menendangkan kakinya, ke arah datangnya Farid, sehingga tubuh sahabatku Terhempas ke arah belakang menabrak ranjang.
"Laki-laki bajing4n!" gumam Dali sambil melayangkan kembali satu tendangan ke arah dada orang yang menghianatiku. Dali terus menghajar Farid dengan begitu ganas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments