Pov Arfan
"Sial4n!" gerutuku sambil kembali masuk ke rumah, lalu mendekati pintu kamar mandi, di mana istriku sedang membersihkan tubuhnya disana.
Truk! truk! Truk!
"Yang! sayang!" panggilku sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi.
Gemericik Air keran pun terhenti, mungkin istriku ingin mendengar jelas suara yang keluar di balik pintu.
"Yang! sayang!" aku mengulang panggilanku, sambil terus mengetuk pintu.
"Iyaaaa! ada apa?" jawab Istriku dari dalam kamar mandi, sambil berteriak.
"Pinjam casanmu dong! casan ku Tertinggal di kantor."
"Ambil saja! Ada di tas." jawab istriku, suara air gemericik terdengar kembali.
Aku memindai seluruh area kamarku, untuk mencari tas yang suka dibawa ke tempat kerja oleh istriku. tak susah menemukannya karena benda itu sangat besar, dan Erni menyimpannya di tempat yang sudah biasa.
Kuambil tas istriku, lalu membuka resletingnya. aku memasukkan tanganku ke dalam, mencari-cari Di mana letak casan itu berada. namun ketika aku menarik casan itu, dari tas istriku. ada beberapa kertas yang ikut terbawa, bersamaan dengan keluarnya casan. Mungkin tersangkut ke kabel charger yang kutarik.
Kuperhatikan satu persatu kertas yang tertarik keluar. sebagian besar kertas yang berserakan itu adalah struk pembayaran. namun mataku sedikit tertarik dengan satu kertas, yang bentuknya berbeda dengan kertas-kertas lainnya.
Perlahan kuambil kertas itu lalu membukanya, memperhatikannya dengan teliti. Apa yang ditulis di kertas itu. terlihat ada logo KB di pojok kanan samping, membuatku semakin penasaran ingin terus mambacanya.
"Sayang! ketemu belum?" teriak istriku dari dalam kamar mandi.
"SUdah sayang!" jawabku juga dengan berteriak.
Takut Istriku curiga, dengan cepat ku rapikan kembali semua benda-benda yang tadi menyangkut, ketika mengeluarkan kabel charger. namun kertas yang baru saja kubaca, aku lipat menjadi bagian kecil, lalu memasukkannya ke dalam tas kerjaku, Yang belum sempat aku taruh ke kamar kerja. kemudian melanjutkan Niatku untuk mengecas handphone.
Setelah memastikan baterai hp-ku mulai terisi, aku pun mengambil handuk, untuk membersihkan badan.
*****
Pukul 20.00. setelah aku dan Istriku makan malam, kita berdua duduk di ruang keluarga. seperti biasa, Erni yang selalu manja, dia menyandarkan kepalanya ke dadaku yang bidang. sambil menonton film drama kesukaannya.
"Maafin aku, ya!" ujarku mengawali pembicaraan.
"Maaf untuk apa?"
"Maaf gara-gara Ibu. akhirnya kamu jadi tertekan seperti ini, sampai harus bolak-balik rumah sakit, mengecek kandunganmu." ujarku sambil mengelus rambut panjangnya.
"Nggak apa-apa, sayang! lagian aku juga ingin cepat mempunyai momongan, jadi nggak ada salahnya kalau aku berusaha." jawab istriku. matanya terus terfokus ke layar kaca.
"Oh iya! kalau kamu mau ke rumah sakit, nanti kabarin aku, ya! biar aku bisa mengantarmu. gak enak kalau harus merepotkan Farid terus"
"Aku takut mengganggu pekerjaanmu, yang sedang banyak proyekkan. lagian tadi aku nggak sengaja, kebetulan bertemu klien di dekat rumah sakit, terus di kantor sudah tidak ada pekerjaan lagi. Jadi aku memutuskan untuk mengontrol kandunganku, daripada bengong di kantor." jelas istriku memang dari awal dia sudah meminta izin, untuk menemui klien bersama Farid.
"Yah! namun lain kali jangan diantar sama Farid! Sesibuk apapun. aku pasti berusaha meluangkan waktu, untuk menemanimu kontrol ke dokter kandungan."
"Iya sayang! maaf ya! tadi aku tidak mengabari kamu terlebih dahulu. soalnya tadi bener- benar mendadak." Jelas istriku sambil mempererat pelukannya. membuatku merasa bahagia, memiliki istri sebaik Erni.
Aku mencium lembut ubun-ubun istriku, kemudian kita pun terlalut menonton film drama, yang ada di televisi. ini adalah salah satu rutinitasku, setiap malam. menemani Erni menonton film drama favoritnya.
Setelah film favoritnya selesai. aku meminta izin untuk mengerjakan pekerjaanku, yang tadi Kubawa dari kantor. tanpa ada penolakan dari Erni, karena ini sudah menjadi kebiasaanku, membawa pekerjaan kantor ke rumah. yang terpenting tidak mengganggu waktu me time kita, salah satunya dengan nonton bareng film drama.
Setelah sampai di ruang kerja, aku pun menyalakan komputer. lalu memutar musik untuk menemaniku bekerja. beberapa saat berlalu, aku pun mulai hanyut dengan semua file-file yang nampak di layar komputer. Ketika mencari swdang inspirasi, aku teringat kembali dengan kertas yang kuambil dari tas Erni. Dengan penasaran, aku mengambil kertas itu dari dalam tas kerjaku, kemudian membukanya.
Aku memperhatikan kertas itu dengan teliti membaca dari awal sampai akhir. tiba-tiba jantungku seolah terhenti bergejolak. mau tidak percaya, tapi di situ tertera jelas bahwa orang yang mengajukan permintaan suntik KB itu, adalah Erni istriku.
Pikiranku mulai menerka-nerka, Kenapa Erni melakukan hal seperti ini. Aku mulai sedikit ragu tentang kesetiaan istriku, Apa mungkin dia benar-benar tega, melakukan suntik KB, untuk menunda kehamilannya.
Aku duduk sambil termenung terus membaca kertas itu berulang-ulang. Memastikan aku tidak salah lihat dan salah baca. Aku menarik nafas perlahan lalu menghembuskannya, merasa bingung, dengan apa yang Sebenarnya terjadi.
Setelah lama berpikir, akhirnya aku menemukan ide. aku akan menanyakan langsung terhadap Erni. agar aku tidak berburuk sangka terhadapnya. Namun yang jadi permasalahan, bagaimana caranya aku bertanya, tanpa menyinggung perasaannya. Aku takut salah satu dari kita emosi, sehingga itu bisa membuat Rumah tanggaku berantakan.
Kurang lebih 30 menit aku menimbang baik buruknya, Apa yang harus kulakukan. dengan yakin, aku memutuskan untuk menemui dokter rumah sakit yang menangani istriku. bertanya sebenarnya apa yang terjadi, karena kalau bertanya langsung sama Erni. bisa saja dia berbohong, dan mungkin perdebatan tidak bisa terhindarkan. Sehingga masalahnya akan menjadi semakin runyam.
Aku memfoto kertas berlogo KB, untuk dijadikan bukti, ketika besok aku bertanya ke dokter yang menangani istriku. karena tidak mungkin membawa surat keterangan asli, bisa-bisa Erni nanti curiga.
Pukul 23.30. aku memasuki kamar tidurku, terlihat Erni sudah terlelap. dengan hati-hati, ku kembalikan kertas itu ke dalamnya. Setelah semuanya dirasa cukup aman. aku membaringkan tubuh di samping istriku, yang selama ini aku cintai. Kutatap wajah yang terlelap membuatnya terlihat semakin cantik. ku cium lembut keningnya, sebagai ritual sebelum tidur.
*****
Keesokan paginya. pukul 08.30 setelah mengantarkan istriku ke kantornya. Aku tidak langsung berangkat ke kantorku, aku putar arah, kembali ke rumah sakit, yang kemarin didatangi oleh istriku.
Pukul 09.00. aku pun dipanggil untuk memasuki ruangan pemeriksaan. Aku sengaja mengambil nomor antrian, karena ketika mau bertemu dengannya secara langsung. Aku harus membuat jadwal terlebih dahulu, atau menunggu sampai beliau selesai bekerja. Setelah memasuki ruangan aku pindai semua sudut ruangan, yang hanya ada beberapa orang saja. Mungkin itu perawat dan bidan yang duduk di kursi terpisah.
"Siang bu!" sapaku dengan ramah.
"Siang juga, pak. Silakan duduk!" seru wanita yang memakai baju dokter.
"Terima kasih!"
"Mau suntik KB, Pak?" bu bidan mulai bertanya tujuanku.
"Enggak, Bu! Saya cuma mau bertanya, tentang wanita yang kemarin suntik KB. di sini." aku menjelaskan maksud dan tujuanku, sambil menunjukkan bukti foto yang ku ambil semalam.
"Kenapa? ada masalah, atau ada efek samping dari KB yang disuntikkan?" tanya Bu bidan setelah mengecek foto yang diperlihatkan dari handphone-ku.
"Nggak Bu? saya cuma mau tahu kebenarannya saja. Apakah benar Erni, istriku melakukan suntik KB. di sini?" Tanyaku dengan penuh selidik.
"Berarti Bapak, namanya Pak Arfan, ya?" Bu bidan memastikan, sambil menatap lekat ke arahku.
"Yah, betul Bu! saya Arfan."
"Maaf ya pak! kalau Bapak tidak bisa bertanggung jawab, mendingan Bapak nggak usah menikah, apalagi harus berbuat kasar terhadap istri bapak!" ungkap bidan itu sambil menyipitkan mata ke arahku, membuatku terperangah kaget, mendengar penuturannya yang seperti memojokkanku.
"Lah! kok bisa, Ibu menyimpulkan seperti itu?" Tanyaku yang menatap heran ke arahnya.
"Benar! Istri bapak melakukan suntik KB di sini, istri bapak belum siap untuk mempunyai anak, karena bapak yang suka mabuk-mabukan, dan sering KDRT. sehingga beliau memutuskan untuk menunda kehamilannya, menurut penuturannya, dia nggak mau mempunyai anak dari seorang ayah, yang tidak bertanggung jawab, seperti bapak." jelas bidan.
Deg!!
Jantungku rasanya berhenti memompa, mataku mulai perih, nafasku mulai terasa sesak. Ketika Harus mendengar kenyataan yang begitu pahit, ternyata momongan yang selalu aku impikan itu belum hadir, bukan karena Tuhan belum mempercayai kita. tapi ada seseorang yang Begitu jahat, tidak menginginkan kehadirannya. mau tidak percaya, semua bukti sudah aku dapat. bahkan yang membuatku merasa sakit, istriku yang selalu ku banggakan dan kukagumi, dengan tega dia memfitnahku, dengan sebutan pemabuk.
"Jangan mengada-ada Bu! mana mungkin saya berbuat tega seperti itu, jangankan memukul, menyentilnya saja, saya tidak pernah." ujarku dengan suara yang sedikit meninggi, menolak kebenaran yang begitu pahit, berharap semua yang diucapkan bidan itu adalah satu kesalahan. Rasa kecewa begitu dalam terhadap istriku, membuatku tidak dapat mengontrol emosi.
"Perbaiki diri dulu! sebelum melakukan promil, agar anaknya kelak, bisa mendapat kasih sayang yang layak." nasehat bu bidan.
"Sudahlah! Kalau kamu tidak tahu kebenarannya. Kamu jangan asal berucap. kamu jangan fitnah Saya dan istri saya. Mana mungkin istri sebaik erni, tega memfitnah saya dengan sebutan pemabuk dan tukang KDRT" sanggahku dengan suara tinggi, emosi yang sudah di ubun-ubun, membuatku tidak bisa berpikir jernih.
"Kalau Bapak sudah tidak ada kepentingan lagi. silakan keluar dari ruangan saya!" usir bidan itu.
"Saya masih banyak urusan dengan kamu. Kenapa kamu bisa menyimpulkan saya orang seperti itu." hardiku sambil bangkit lalu mendekati bidan itu.
"Silakan keluaaaaaar! Jangan membuat onar di ruangan saya!" usir bu bidan, untuk yang kedua kalina, dengan nada yang sama tinggi.
Dengan cepat para perawat yang ada di situ, mendekati. lalu dengan kasar memaksaku untuk segera pergi kelur, meninggalkan ruangan pemeriksaan.
Dengan mendengus kesal, aku pun keluar. Rasanya masih tidak terima mengetahui kenyataan yang begitu pahit.
"Bagaimana istri, mau mempunyai anak. kalau suaminya seperti ini!" cibir Seorang perawat yang mendorong ku keluar dengan kasar.
Mendengar keributan di ruangan, dengan cepat Satpam Penjaga pun menghampiri. setelah bertanya kronologi keributan sama perawat. Dengan cepat satpam itu mulai menarik lenganku, agar segera keluar dari rumah sakit. Mereka menarikku dengan kasar, seperti tawanan yang baru saja melakukan kejahatan, menjadi tontonan orang-orang yang sedang mengantri, untuk berobat di situ.
Setelah berada di dalam mobil. Aku menarik napas beberapa kali, menenangkan pikiranku, yang sudah kalut. setelah pikiranku mulai kembali jernih, aku mulai menghidupkan mesin mobil, untuk segera pergi meninggalkan rumah sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Jasreena
bidannya kasar bener seeh...
2023-08-01
0