Pov Arfan
Sesampainya di kamar. aku dengan cepat mengeluarkan handphone dari saku celana, kemudian menekan nomor istriku untuk memanggilnya.
Ttuuuuuut! ttuuuuuuuut! tuuuuuuuuut!
Telepon itu tersambung, namun istriku belum mengangkatnya, dengan sabar aku pun menunggu, sampai batas waktu panggilan berakhir.
Aku coba mengulang kembali, memanggil nomor istriku. namun sama seperti panggilan yang pertama, istriku tidak mengangkat.
Sampai ketiga kali. aku menelepon istriku. namun telepon itu masih tidak terangkat, membuatku merasa khawatir, dengan keselamatannya, apalagi istriku di rumah hanya seorang diri.
Aku terus memperhatikan handphone-ku, memastikan Kapan terakhir istriku terlihat online. ternyata di bawah namanya, tertulis Erni terakhir membuka aplikasi pesan, pada pukul 19.30. Mungkin setelah tadi aku berbalas pesan dengannya.
"Kebiasaan! pasti handphonenya ditaruh di kamar, dianya lagi asik nonton film kesukaannya." gumamku untuk sedikit menenangkan hati, yang tak tenang. sebelum mengetahui kabar istriku. sambil terus memandangi layar handphone, melihat status-status pesan, untuk terus mengalihkan pikiranku.
"Farid! iya Farid! aku harus menghubunginya. mungkin saja dia tahu kapan istriku pulang dari kantornya." gumamku, setelah melihat status Farid, yang lewat di beranda aplikasi pesan. Aku menekan tombol Panggil, untuk menghubungi sahabatku.
"Iya ada apa, Bro? tumben Amat lu nelepon duluan!" tanya Farid setelah teleponku tersambung.
"Lu, sekarang di mana?" aku balik bertanya, tak menghiraukan pertanyaan Farid.
"Di rumah, kenapa, lu mau main? apa lu mau ngasih oleh-oleh?" Jawab Farid yang pasti mengetahui, aku lagi berada di luar kota, karena aku, Farid Sama istriku, Kami bertiga bersahabat. Pasti istriku cerita tentang kepergianku kepada Farid.
"Pekerjaan gua aja baru mulai! nggak tahu kapan gua pulang? Eh lu tahu Si Erni, nggak? Soalnya gua telepon dia nggak ngangkat-ngangkat." aku kembali ke pokok permasalahan menanyakan tentang keberadaan istriku.
"Nggak tahu, tadi gua pulang duluan! gua ajak pulang bareng, dia nolak, katanya masih banyak pekerjaan!" jawab farid menjelaskan.
"Yang nelepon, Siapa sayang?" terdengar suara seorang wanita yang bertanya.
"Lu, lagi ngapain? Katanya lu lagi di rumah!" aku yang seketika ingin tahu, setelah mendengar suara wanita itu.
"Hahaha! di rumah Pacar gua, maksudnya!" jawab farid sambil tertawa.
"Ngapain di rumah pacar lo?"
"Biasa, anak muda!" jawab Farid yang terdengar bangga.
"Insaf, bro! kiamat sebentar lagi!" aku mengingatkan meski hanya dengan candaan, karena aku yakin dia lagi berduaan dengan pacarnya, sedang melakukan enak-enak.
"Siap, pak ustad!" jawab Farid masih tertawa.
"Ya sudah! gua mau menghubungi istriku lagi, siapa tahu aja dia sekarang sudah Nggak sibuk."
"Iya! lu hati-hati ya di sana!" ujar Farid mengingatkan sebagai sahabat.
"Terima kasih!" Aku merasa terharu dengan perhatiannya
"Dan lu juga, harus hati-hati, elu jangan sampai kecantol wanita sana! nanti lupa jalan pulang."
Tap! tap! tap!
Seperti biasa, Farid mengakhiri telepon duluan. membuatku menarik nafas dalam, kemudian menghembuskannya perlahan, menghilangkan rasa kesal atas perlakuan sahabatku.
Aku coba memanggil kembali, nomor telepon istriku. Setelah menunggu agak lama, akhirnya telepon itu tersambung.
"Haloo!" Aku menyapa istriku.
"Iya sayang, maaf Aku baru selesai mandi." jawab istriku.
"Kirain ke mana, Tadinya aku sudah khawatir."
"Kangen, ya?" tanya istriku.
"Iya!" jawab aku sedikit manja, karnba memang benar, setiap hari berbarengan dengan istriku. sehingga ketika aku jauh darinya, aku sangat merasakan rasa itu.
"Makanya cepetan pulang!" seru Erni yang terdengar menggoda.
"Iya nanti setelah aku menyelesaikan pekerjaan di sini. Aku akan segera pulang.
"Aku tunggu! ya sudah, aku mau nonton film dulu," pamit istriku memohon.
"Iya nanti setelah selesai nonton, telepon lagi ya!" Pintaku
"Iya, sayang!" jawab istriku sambil mematikan sambungan telepon, rasanya sangat lega setelah mengetahui tidak terjadi apa-apa, Sama istriku. Aku sangat menyayangi dia, rasanya gelisah saja, ketika belum mengetahui kabar terakhirnya.
Selesai menelepon, Aku simpan ponselku di atas meja. lalu merebahkan tubuhku, untuk melepaskan lelah setelah seharian bekerja. perlahan aku mencoba menutup kedua mataku,menyambut mimpi-mimpi indah, mempersiapkan tenaga kembali untuk bekerja keesokan harinya.
****
Dua hari berlalu, akhirnya pekerjaan kami 90% sudah selesai, untuk tahap pengontrolan. tinggal melanjutkan ke tahap perencanaan, yang bisa kita kerjakan di kantor. tinggal melengkapi beberapa saja yang kurang, aku yakin para stafku bisa menghandlenya.
Siang itu kira-kira Pukul 14.00. aku mengumpulkan semua staff ku yang ikut menangani Project pembuatan tempat wisata, yang akan kita kerjakan. Setelah semua stafku terkumpul. Aku menuturkan tugas-tugas yang harus mereka lakukan, setelah kepergianku. Mereka menyambut tugas itu dengan siap. paling besok siang juga sudah selesai, dan mereka juga bisa pulang ke rumah masing-masing.
Setelah selesai melakukan briefing. aku pun memesan taksi online ,untuk mengantarkanku ke bandara. aku tidak memberitahu istriku tentang kepulanganku, yang mendadak. Aku ingin ngasih kejutan kepadanya, aku hanya memberi tahu Dali, asistenku. agar dia menjemputku, di bandara. selain aku bisa membicarakan tentang pekerjaan, Dali juga bisa disuruh sesuai kemauanku. Yang mau memberikan kejutan terhadap istri, dia juga bisa diandalkan untuk menjaga rahasia.
Pukul 20.00. Akhirnya, aku keluar dari Bandara Halim Perdana Kusuma. dali yang sudah aku pesan, dia menyambutku dengan senyum ramahnya. dengan segera dali mengambil tas kerjaku, untuk dibawakannya ke dalam mobil.
"Bagaimana perjalanannya, Pak?" tanya Dali berbasa-basi, memecahkan keheningan, ketika kita sudah berada di dalam mobil, menuju ke arah rumahku.
"Lumayan, Dal, bagaimana keadaan kantor?" seperti biasa, aku menanyakan hal itu. karena perusahaan yang bernama Erni grup itu, berdiri tegak atas semua perjuangan kerasku. jadi perusahaanku adalah hal yang kedua, yang aku khawatirkan, setelah istriku.
"Semuanya aman terkendali, Pak! Walaupun ada beberapa kendala namun saya bisa handle itu semua." jawab Dali sambil terus menatap arah jalan.
"Syukurlah, kalau begitu." ucapku sambil menatap keluar arah jendela.
"Terus bagaimana, tentang tender dari Pak Bagas?" lanjut Dali bertanya, karena dia adalah orang yang pertama yang, harus mengetahui tentang perusahaan setelahku.
"Besok kita adakan rapat untuk mulai membahas tentang perencanaan, dan rencana anggaran biayanya! agar kita bisa dengan cepat memberikan laporan kepada Pak Bagas." seruku sama Dali.
Dali hanya mengangguk mencatat semua perintahku di dalam pikirannya, biasanya dia akan mencatat di handphone atau kertas, namun sekarang dia lagi menyetir mobil, jadi Mungkin dia mencatat di kepalanya terlebih, sebelum dipindahkan ke agenda besok hari.
"Bapak nggak istirahat dulu, saja! Bapak bisa memerintah saya, untuk membahas Project Pak Bagas! Saya khawatir nanti bapak drop."
"Ini nggak bisa ditunda, ini adalah Project besar. Dan aku yang harus mengurusnya. jangan sampai Project itu gagal." aku yang selalu semangat dan giat berusaha, tidak suka menunda-nunda pekerjaan. Apalagi mempercayakan kepada orang lain.
"Siap pak! saya hanya tidak ingin bapak drop. Apalagi sehabis Perjalanan yang sangat jauh. " ujar Dali yang selalu membuatku percaya kepadanya, asisten atau sekretaris tidak harus selalu wanita, karena laki-laki juga bisa peka, dan bisa menjaga perasaan pasangan kita masing-masing.
"Berhenti, di depan, dal!" aku menyuruh dali untuk menepi.
"Toko bunga, Pak?" tanya dali memastikan.
"Yap!" jawabku singkat, sambil membuka pintu. setelah mobil itu terpakir tepat di toko penjual bunga.
Dengan gagah aku melangkahkan kakiku, menuju ke dalam. kemudian menghampiri salah satu pelayan.
"Mau cari bunga apa, Pak?" dengan cepat pelayan itu menyambutku dengan bertanya, senyum ramah terpancar dari wajahnya. seperti kebiasaan para pelayan pada umumnya.
"Bunga buat istri! yang melambangkan kasih sayang dan kesetiaan." jawabku meminta pendapat. Aku yang tidak mengerti tentang masalah filosofi bunga, Lebih mempercayakan kepada ahlinya.
"Mau buket, apa setangkai?" tanya pelayan itu sambil menatap ke arah wajahku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Linda Chanell
lankut thor up
2022-08-07
1