Pov Arfan
Sore hari. setelah melaksanakan salat asar, aku dan istriku berpamitan sama ibu, hendak kembali pulang ke rumah. awalnya Ibu menolak, namun ketika aku menjelaskan, banyak pekerjaan yang harus ku kerjakan, untuk dipersiapkan esok hari. akhirnya, dengan berat hati Ibu Pun mengizinkan.
Sebelum pulang, tak lupa aku menghubungi Farid. untuk mengabari, bahwa acara bakar ikan itu jadi. mendengar kabar itu Farid pun terdengar sangat senang, dia akan segera meluncur ke rumah. agar nanti aku tidak terlalu lama menunggunya.
Pukul 16.30. Aku dan istri sampai di rumah kita, tak lama setelah memarkirkan mobilku, mobil Farid pun datang mengekor memasuki halaman rumah.
"Wah kebetulan, kita memang jodoh, bisa datang barengan seperti ini." ujar Farid yang menyumbulkan kepalanya dari kaca mobil yang dibuka.
Aku dan istriku hanya tersenyum ,melihat kelakuannya. tak lama Farid keluar dari mobilnya, lalu membuka bagasi untuk mengambil ikan mas, hasil memancing.
"Waaaag! banyak banget!" Puji istriku setelah melihat ikan yang dibawa oleh Farid.
"Biar kalian cepat punya anak! Kata dokter harus banyak makan ikan!" jawab Farid sambil menarik sudut bibirnya ke atas.
Kami bertiga, masuk ke rumah. lalu menuju ke arah dapur untuk mengurus ikan yang dibawa Farid.
"Biarin saja! nanti aku yang ngurus! kalian main game saja." Seru istriku yang baru keluar dari kamar, setelah mengganti pakaiannya, dengan mini dress, membuatnya terlihat begitu cantik, memperlihatkan body goalnya.
"Iya Rid! ini urusan perempuan! urusan kita main game saja!"
Farid meninggalkan pekerjaannya, yang sedang membersihkan ikan mas. kemudian berjalan mengikuti ke kamar, untuk melanjutkan permainan PS yang kemarin sempat tertunda, karena Farid tiba-tiba sakit perut.
Setelah PS itu menyala. kita terlarut dalam permainan Pro Evolution Soccer tanpa memikirkan hal yang lain. Beginilah kalau laki-laki sedang bermain kesukaannya, dia akan lupa waktu dan lupa keadaan sekitar.
Sejam berlalu, Farid tiba-tiba meminta izin untuk ke kamar mandi terlebih dahulu, menurut pengakuannya. rasa mules yang kemarin belum hilang seutuhnya. aku hanya sedikit mendengus kesal, namun tetap membiarkan dia pergi keluar dari kamarku. kemudian melanjutkan kembali game sepak bola, menjadikan komputer sebagai lawan tandingku.
Satu game pun berlalu, namun Farid belum menunjukkan batang hidungnya.
"Kurang ajar! setiap ke sini cuma numpang berak doang!" Gerutuku sambil terus melanjutkan ke game kedua.
Ketika haltim. aku pause game PS, merasa takut terjadi apa-apa dengan Farid. karena sudah 15 menit berlalu, dia tak kunjung kembali. akhirnya aku bangkit dari kursi sofa menuju keluar kamar. Untuk mencari keberadaan Farid.
"Fariiiiiiiid! Fariiiiiiid!" teriakku memanggil nama sahabatku, namun tak ada jawaban membuatku semakin merasa khawatir, takut hal buruk terjadi menimpanya.
"Farid! Fariiiiiid!" aku terus mencari di setiap kamar yang ada wc-nya. Namun sayang tak ada jawaban, baik dari Farid ataupun istriku. karena aku yakin suaraku yang keras istriku akan mendengarnya.
Perlahan kulangkahkan kakiku menuju ke arah dapur, untuk bertanya Sama erni, serta memastikan dia juga baik-baik saja. Karena tidak mungkin aku yang berteriak dari tadi dia tidak mendengarnya.
"Kalian lagi ngapain?" tanyaku sama mereka yang berada di ruang dapur.
"Ngapain ke sini Bro! Baru saja gua mau ke kamar! Tapi nggak kuat tergoda dengan tempe yang digoreng istri lo!" jawab Farid sambil mengangkat goreng tempe, menunjukkannya ke arahku, yang sudah ia gigit sedikit.
Aku memperhatikan gerak-gerik mereka, yang sedikit terlihat aneh, rambut Istriku yang sedikit acak-acakan, dan bajunya yang sedikit kusut. Namun segera kubuang pransangka buruk itu, menepisnya jauh-jauh. mungkin gara gara ucapan ibu tadi pagi, sehingga aku jadi parnanoid seperti sekarang. pikiranku seperti teracuni, menganggap sahabatku dan istriku berbuat yang aneh-aneh.
"Katanya habis dari WC? kok kamu keringatan?" tanyaku yang merasa heran, karena melihat baju Farid yang terlihat sedikit basah oleh keringat.
Kuperhatikan istriku yang sibuk menggoreng tempe, nafasnya terlihat sedikit tertahan. Mungkin dia merasa capek setelah mengerjakan pekerjaan yang begitu banyak. dia tidak berbicara apa-apa, istriku hanya melirikku sebentar namun tak berani menatap wajahku.
"Anuuuu! gua makan tempe, sama cabe rawi!" jawab farid ambigu, tangannya dengan refleks mengambil cabe rawit yang ada di meja kompor.
"Dasar aneh! udah tahu sakit perut, kenapa masih makan cabe?" cibirku sambil tersenyum, membuang jauh rasa curiga dalam diriku.
"Gak enaklah Bro! makan gorengan tanpa pakai cabe rawit." Timpal Farid sambil mengambil lagi tempe yang sedang ditiriskan dari minyak panas, kemudian dia menghampiriku, yang berdiri di ambang pintu pembatas antara dapur dan ruang tengah.
Kuperhatikan seluruh gerak-gerik sahabatku, dengan teliti. sampai mataku menangkap sesuatu yang aneh, di dekat selangk4ng4nnya ada benda menyumbul, seolah baru saja tegang.
"Resletingin tuh, nanti keluar!" ujarku Sambil tertawa melihat kecerobohan sahabatku yang satu ini.
"Iya, Bro! tadi buru-buru!" Ujarnya cengengesan, kemudian tangan Farid dengan cepat membetulkan resleting celananya.
kita pun berjalan Kembali menuju ke ruang kerjaku, melanjutkan bermain PS yang sempat tertunda.
Pukul 19.00. akhirnya istriku memberitahu bahwa ikan bakar itu, sudah jadi. dia mengajak kita untuk makan terlebih dahulu, sebelum melanjutkan permainan PSnya.
Aku dan Farid pun meninggalkan ruang kerjaku, menuju ke ruang dapur, terlihat di sana 3 ikan emas berukuran besar sudah tersaji, dengan sambal dan lalapan di tengah-tengah meja makan. sebakul nasi masih mengepul mengeluarkan asap, sebagai pelengkap makan malam kita.
Tanpa pikir panjang, Kami bertiga mulai memakan ikan yang dibakar oleh istriku ,dengan lahap. tak ada pembicaraan diantara kita bertiga, hanya suara kunyahan yang memenuhi ruang dapur, menandakan Makanan itu sangat lezat.
Sekilas mataku menangkap ada hal yang aneh dari mereka berdua, mereka yang duduk berhadapan terlihat bermain tatapan, dihiasi dengan seuntai senyum yang keluar dari bibir mereka. namun itu tidak lama, setelah aku berdehem mengagetkan mereka.
"Hebat banget bro, Istri lo! Dia bukan jago di kamar, Dia jago juga di dapur!" ungkap Farid yang terlihat tergagap, setelah tadi aku memeragoki mereka saling mencuri pandangan.
"Maksudnya Bro!" Tanyaku sambil menatap heran ke arahnya. Kenapa dia bisa tahu urusan kamarku, sehingga dia bisa berbicara seperti itu.
"Laaaah! Kan lu yang pernah cerita, istrimu sangat hebat kalau diranjang." sanggah Farid tidak mau disalahkan.
Aku pun hanya menarik nafas, memang benar, aku tidak ada rahasia yang ditutupi kepada Farid, sampai urusan yang harusnya menjadi privasi, aku menceritakan sama dia.
"SUdah, kalian jangan ribut, pamali! kalau ngobrol sambil makan." istriku menengahi.
"Hahaha!" Farid hanya menertawaiku, yang terdiam. Ketika istriku berbicara.
Setelah selesai makan. aku dan Farid melanjutkan obrolan di ruang tengah, karena ketika aku ajak melanjutkan main PS, Farid menolak. menurutnya Katanya sudah lelah, apalagi kalau kalah terus.
Sepuluh menit berlalu, Akhirnya dia pun berpamitan. karena dia harus beristirahat, sebelum melanjutkan pekerjaannya besok hari. Apalagi masih banyak PR yang belum Iya kerjakan.
Setelah mengantarkan Farid, sampai depan pintu gerbang rumahku. aku pun kembali menemui Istriku, yang sedang mencuci piring yang berada di dapur.
"Padahal cuci piringnya Besok saja! ini kan sudah malam!" ucapku sambil mendekati Istriku yang berdiri di wastafel.
"Nggak apa-apa! besok juga aku ini kan, yang ngerjain?" jawab istriku tanpa menoleh.
Aku memperhatikan tubuh Istriku, yang hanya terbalut dengan mini dress, dari belakang. sehingga membuat hasrat lelakiku terpanggil, untuk terus mendekatinya.
Kunikmati tubuh istriku dari mulai ujung rambut sampai telapak kaki. Tatapanku menjelajahi dengan teliti, setiap inci lekuk tubuh Erni. Namun pandanganku seketika terhenti, sesaat setelah melihat ada noda putih, yang sudah mengering, Tepat di bagian bok0ngnya. Noda seperti cairan telur yang sudah mengering.
"Kamu tadi duduk di mana, kok ada noda seperti ini?" aku memberitahu istriku, sambil menunjuk bercak putih yang ada di bajunya.
Istriku melepaskan piring yang sedang ia cuci, lalu melihat ke arah belakang pant4tnya yang berisi, memperhatikan noda putih yang menempel di ujung bajunya.
Istriku terdiam, sesaat setelah mengetahui noda itu. mungkin dia mengingat-ingat tadi duduk di mana.
"Makanya! kalau duduk itu jangan sembarangan, bajumu kotor kan?" Ujarku yang hendak membersihkan noda yang menempel di bajunya. Namun dengan reflek tangan istriku, menepis tanganku. yang hendak memegang noda yang ada di bajunya.
"Kenapa?" tanyaku sambil menatap heran ke arah istriku.
"Nggak apa-apa! Maaf aku reflek." jawab Istriku yang terlihat gugup
"Kirain kenapa? kamu kasar seperti itu." Ujarku yang tidak melanjutkan niat.
Istriku membalikkan tubuh, menatap ke arahku dengan Tatapan yang sulit untuk diartikan.
"Namanya juga di dapur. Jadi susah untuk mengontrol di mana kita duduk. mungkin tadi aku menduduki nasi, Jadi nodanya terlihat seperti ini." jawab istriku sambil tersenyum, yang terlihat sedikit dipaksakan
"Ya sudah! nanti ganti bajumu. aku sekarang mau mematikan Ps dulu, soalnya tadi lupa belum sempat." Aku meninggalkan istriku, membiarkan Erni melanjutkan pekerjaannya, berjalan menuju ke kamar ruang kerjaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments