Pov Erni
Melihat Dali yang terus menghajar Farid habis-habisan. sampai terlihat dari area wajah Farid keluar darah segar, yang mengalir. Aku yang merasa Tak Tega, melihat orang yang paling kusayangi, diperlakukan seperti itu. meski kepalaku masih terasa pusing, akibat tamparan yang dilayangkan suamiku. dengan terpaksa aku menghampiri Dali, lalu mendorong tubuhnya. agar menjauh dari tubuh Farid.
"Eh sial4n lu! Jangan ikut campur urusan kami! Elu itu hanya pembantu." bentakku mengingatkan asisten yang sok pahlawan.
"Hahaha! Ini urusan Bos gua, Jadi gua, berhak ikut campur!" ujar Dali sambil bangkit kembali dari jatuhnya, kemudian ia berjalan dengan santai, mendekati Farid kembali.
"Stop! Jangan mendekat!" cegahku berusaha menghentikan Dali. matanya yang memerah, membulat sempurna. seperti orang yang hendak menelan kita berdua bulat-bulat.
"Sayang! tolong hentikan dia!" pintaku memohon sama suamiku, setelah aku tak melihat reaksi apapun dari Dali.
Arfan yang masih terduduk, setelah tadi didorong oleh Farid. dia hanya terdiam membisu, seolah membiarkan Dali menjalankan keinginannya, yang hendak mencelakai Farid.
"Dali kamu sadar! Kamu nggak harusnya, emosi seperti ini!" aku kembali memandang ke arah dali, yang semakin mendekati kita, terlihat napasnya sangat memburu, menandakan Dia sangat emosi.
Bruuk!!
Tubuhku yang sedang menghalangi tubuh Farid, didorong dali dengan keras, sehingga membuatku terjatuh ke lantai. pant4tku rasanya sakit, beruntung kepalaku, masih bisa terselamatkan, tidak terbentur ke lantai keramik.
Bugh! bugh! bugh!
Dali mulai menghajar kembali Farid. dengan begitu ganas. seolah kerasukan set4n. dia menghajar orang yang sudah tidak berdaya, tanpa ampun. melihat Farid yang sudah tidak berdaya, Aku bangkit kembali untuk menahan tubuh Dali.
"Daliiiiiiii! Lu sadar nggak sih, Nanti orang mati. kalau lu hajar terus menerus begini!" aku mengingatkan orang yang sedang menghajar selingkuhanku.
Namun dia tetap terus melancarkan serangan demi serangan, tanpa memperdulikan keadaan sekitar. Aku yang seorang perempuan tak mampu menahan kekuatan Dali.
"Daliiiiiiii....!" teriak suamiku yang dari tadi terdiam. Dia akhirnya luluh juga, dia mau menghentikan asistennya yang sudah sangat keset4naan.
Mendengar bentakan dari tuannya, akhirnya Dali berhenti, kemudian berdiri sambil mengatur nafas yang memburu, merasa capek setelah menghajar Farid.
"Biarkan saja, Pak! biarkan orang ini mampus!" ucap Dali dengan suara tertahan, kemudian dia menundukkan lagi tubuhnya. bersiap melayangkan serangan selanjutnya.
"Gobl0k.....! kalau dia mampus, Nanti lu masuk penjara!" bentak Arfan yang memegangi tangan Dali, mencoba menghentikannya.
"Biarkan saja, Pak! saya masuk penjara, jangan kotori tangan Bapak, untuk menyentuh orang hina ini!" ucap Dali bak Pahlawan Kesiangan, Dia mencari muka di hadapan bos yang tak berguna.
"Lu tidak apa-apa, masuk penjara! Tapi ingat istrimu, ingat janin yang ada dalam perutnya! Mereka semua membutuhkanmu" ujar Arfan sambil menarik kasar lengan Dali untuk menjauh dari Farid.
Setelah mereka menjauh, aku memeluk tubuh pria yang aku sayangi, pria yang membuat hubunganku dengan Arfan menjadi hancur. namun itu tidak apa-apa, karena aku sangat mencintai Farid. kalau tidak bukan karena hartanya, dan Farid menyuruhku menikah dengan suamiku yang sekarang. rasanya sangat malas menikah dengan Arfan.
"Riid..! Bangun Rid! bangun!" ujarku sambil menepuk-nepuk pipi yang berlumuran darah. Kedua bola mataku mengucurkan cairan bening. Rasanya tak tega, melihat orang yang aku sayangi diperlakukan seperti ini.
"Tolooooooooong! tolooooong!" aku berteriak sekeras mungkin meminta bantuan, walaupun aku yakin tidak akan ada orang yang mau menolong, karena rumahku yang begitu besar, tidak mungkin suaraku terdengar sampai keluar rumah.
"Tolong dia Fan! Tolong dia! Farid itu sahabatmu, sahabat kita. masa hanya dengan masalah sepela seperti ini, persahabatan kalian menjadi hancur." ucapku memohon kepada suami, yang masih menatap benci ke arahku.
Kudekati suamiku kemudian aku jatuhkan tubuh, untuk memohon kepada suamiku agar mau menolong Farid, yang terlihat sudah kritis. darah memenuhi area wajahnya. sehingga membuatku semakin khawatir, dengan kondisi selingkuhanku itu.
"Tolong dia! tolong!" Aku sujudkan kepalaku di bawah kaki Arfan, untuk mengetuk hatinya, yang Sekeras Batu. namun kaki itu menjauh seolah merasa jijik, ketika aku akan menyentuhnya. Aku hanya berlinang air mata mendapat perlakuan suami yang kejam seperti itu.
"Panggil ambulans!" seru suamiku dengan suara lirih, aku yang masih bersimpuh tidak tahu dia memerintah siapa.
Namun ketika Mendengar ucapannya seperti itu, seketika membuatku merasa lega. perlahan kubangkitkan tubuhku, kemudian mengambil baju yang masih berserakan di atas lantai. tanpa malu aku memakai baju itu di hadapan mereka. yang membalikan pandangan. bahkan Dali asisten suamiku, dia berlalu pergi kamarku sambil memegangi handphonenya, ditempelkan ke telinganya seperti orang yang lagi menelepon.
Setelah selesai memakai baju, aku menutupi tubuh Farid yang masih tergeletak di lantai. Aku bersihkan darah yang mengalir dari area wajahnya, dengan tisu. kemudian mengambilkan minum untuknya, agar Farid memiliki sedikit tenaga. suamiku yang tidak punya rasa iba sedikitpun, dia hanya berdiri seperti patung, melongo kayak orang b3go. menetap istri yang sedang sibuk menolong orang.
Setelah berapa teguk air minum masuk ke mulut Farid, perlahan dia membuka matanya, kemudian memindai area sekitar.
"Sabar ya, Rid! Sebentar lagi, ambulans datang!" aku menenangkan Farid, kemudian menggendong kepalanya di atas pahaku, agar dia bisa bersandar. Aku yang merasa kasihan mengusap rambut yang penuh dengan keringat, bercampur bau amis darah.
"Kamuuuuu...! Kenapa diam, sini bantuin apa! masa sama sahabat seperti itu!" aku yang merasa kesal dengan suami dengan suami yang tidak punya rasa simpati sedikitpun. Dengan santainya masih berdiri seperti orang yang lagi menonton pertunjukan.
"Emang kamu nggak merasa bersalah, dengan semua yang kamu lakukan sekarang?" Ucap Arfan dengan suara parau.
"Halah.....! gitu saja, kamu sudah marah. seolah kamu lah Yang Tersakiti. Padahal kalau kamu mau, kamu boleh bermain dengan wanita yang ada di luar sana. Aku ikhlas, sekarang kamu tolong dulu sahabatmu ini, nanti kita bisa bicarakan masalah kita." ucapku sambil berdiri menatap tajam ke arah suamiku yang terlihat bod0h.
Plakkkkk!
Satu tamparan mendarat kembali di pipiku, tamparan yang lebih keras dari tamparan yang awal. karena terasa dari sudut bibirku ada cairan kental yang terasa asin, rasanya sangat perih, ketika aku hendak berbicara melawannya lagi.
"Dasar bod0h! Sudah bod0h, kasar lagi!" gurutuku sambil memegangi pipi yang terasa panas.
"Bawa Sampah itu! Dari rumahku. dan jangan kamu injakan kaki lagi di rumah ini!" usir suamiku membuat mataku terbelalak dengan sempurna, tidak menyangka akan mendapat perlakuan tega seperti itu.
"Kamu mengusirku" Tanyaku memastikan, siapa tahu saja, aku salah mendengar perkataannya, karena selama aku menikah dengan Arfan, dia tidak pernah berkata kasar atau keras kepadaku. hanya kemarin ketika aku ketahuan melakukan suntik KB.
"Kemasi barang-barangmu sekarang!" teriak suamiku sambil mendekatkan wajahnya.
Mendengar penuturannya seperti itu, seketika aku terdiam. tak menyangka suamiku, yang begitu baik, dia memperlakukanku dengan kasar. bahkan sekarang dia mengusirku, keluar dari rumahnya. Nyesel kenapa nggak dari dulu aku kuasai rumah ini. Biar dia tak semena-mena terhadapku.
"Sabar sayang! kamu sekarang lagi emosi, nanti kamu nyesal dengan apa yang kamu ucapkan sekarang!" ucapku menenangkan suamiku yang terlihat emosi.
"Ambulansnya sudah di depan, Pak!" ujar asisten suamiku yang baru datang dari luar. Dia memberitahu bahwa ambulans yang ia pesan sudah ada di depan rumah.
"Silahkan Bawa sampah ini! Buruaaaan!" teriak Arfan mengusirku dan Farid.
"Kamu bisa jalan nggak, sayang?" tanyaku sama Farid, yang tak memperdulikan lagi suami yang begitu arogan. yang hanya bisa marah-marah, tanpa tahu permasalahannya terlebih dahulu.
Farid yang sudah terlihat sangat kritis, dia tak menjawab. namun dia berusaha untuk bangkit dari tempat duduknya, kemudian dia mengaitkan tangannya ke pundakku. menjadikan tumpuan agar dia bisa berjalan.
Dengan perjuangan yang sangat berat, akhirnya Farid bisa berdiri, bangkit untuk berjalan. ditonton oleh kedua orang yang tidak punya perikemanusiaan, bukannya menolong, malah mereka membuang muka.
Aku menutupi tubuh Farid yang masih telanjal4ng. dengan sprei, agar gak ada wanita lain yang melihat kejantanan yang selalu membuatku Terpukau. setelah tubuh Farid tertutup, perlahan aku menggandeng badannya untuk segera menuju keluar. namun hanya Baru beberapa langkah, Farid pun terjatuh kembali. Kakinya yang tak kuat menopang tubuh membuatnya tak bisa berbuat banyak. Beruntung para perawat, yang datang berbarengan dengan ambulans, dengan sigap mereka membawa tandu, untuk membawa tubuh Farid menuju rumah sakit. tak seperti dua orang yang adavdi sini, entah hati mereka terbuat dari apa. sehingga melihat kejadian segenting ini mereka hanya terdiam menonton.
Faridpun dipindahkan ke tandu, lalu para perawat itu menggotong tubuh Farid, untuk dibawa ke rumah sakit. sebelum berangkat aku bertanya ambulans itu dari rumah sakit mana, para perawat yang baik hati itu menjelaskan. bahwa mereka dari rumah sakit terdekat dari sini.
Setelah mendapat penjelasan dari para perawat. Aku yang panik, dengan cepat mengambil tasku, mengikuti para perawat yang menandu tubuh Farid menuju ke arah ambulans.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Sudi Abil
thor apa mungkin dlm kehidupan nyata ada orng model erni gini?????apa dunia udah gt rusak y klo ada manudia model gini....klo di madura istri ketauan selingkuh gt udah di potong2 itu mereka berdua bkn cuma di pukul
2022-09-12
0
Nunung Sutiah
itu otaknya d taruh dmn y?? 🤦🤦🤦
2022-09-05
0
Vivi Bidadari
Dasar Erni istri tak tau diri sdh berzina. meeasatak bersalah wara ga nih org 😇
2022-09-02
0