Pov Arfan
Pukul 13.00, setelah kita beristirahat, dan melakukan shalat dhuhur, aku dan Dali mengumpulkan semua stafku, yang berhubungan dengan proyek, yang akan kita garap. untuk membahas Langkah apa yang harus kita ambil.
Pukul 16.00. Meeting itu pun selesai.dengan keputusan, besok pagi kita akan berangkat. untuk meninjau lokasi yang akan dijadikan tempat wisata, mengingat nilai proyek itu sangat besar, aku pun memutuskan untuk ikut, bukan tidak mempercayai stafku. namun aku harus tetap berhati-hati, ketika mengambil langkah.
Aku pun mengatur formasi, agar ketika kepergianku. Kantor tetap harus berjalan, sebagaimana mestinya. aku ditemani empat karyawan lainnya, memutuskan untuk berangkat, sedangkan Dali sebagai orangn kepercayaanku, aku tugaskan untuk mengawasi kantor.
Sebelum pulang aku menelepon istriku, untuk menanyakan apakah dia mau pulang bareng bersama. Kalau dia mau aku akan menjemputnya. Suara istriku terdengar aneh, napasnya yang memburu, sehingga suaranya terdengar sedikit tertahan. membuat hatiku bertanya-tanya, namun aku tepi semua prasangka buruk itu karena mungkin ini adalah mindset yang kemarin sempat ditanamkan oleh ibu. Sehingga aku terus beranggapan buruk sama istriku.
Erni memberi keputusan, dia tidak akan pulang bareng bersama. karena masih banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan, mengingat kemarin seharian dia libur kerja. aku pun mengerti dengan apa yang ia sampaikan, dan tidak merasa curiga sedikitpun. karena itu sudah menjadi kebiasaannya, dia akan bekerja lembur ketika lagi banyak pekerjaan. berbeda denganku, ketika pekerjaan banyak, maka aku akan membawanya ke rumah.
****
Pukul 20.30. seperti biasa kita ngumpul bareng di ruang keluarga, sambil menonton acara drama kesukaan istriku.
"Oh iya, besok aku mau keluar kota. kamu ikut nggak?" aku bertanya di sela-sela jeda iklan, karena waktu itulah yang sangat pas untuk mengobrol.
"Kok, mendadak?" tanya Erni yang terlihat kaget, namun tak merubah posisinya, dia tetap menyandarkan kepalanya di Dadaku.
"Iya Perusahaan kita dipercaya, untuk menangani sebuah proyek pembuatan tempat wisata. untuk itu aku akan mensurveinya terlebih dahulu." jelasku.
"Tapi kenapa bisa mendadak seperti itu? Kamu harus hati-hati ya! jangan-jangan orang itu punya niat jahat kepadamu." jelas Erni, wajahnya sedikit mendongak menunjukkan rasa khawatir.
"Nggak, kok! sebelum melakukan perjalanan. Stafku di kantor udah mengecek orang yang akan bekerja sama dengan kita. jadi kamu nggak usah berlebihan seperti itu." ujarku sambil mencubit gemas hidungnya.
"Tapi. walau begitu, kamu harus tetap hati-hati!" Erni mengingatkan.
"Siap! Terima kasih Bu Bos. Oh iya kamu mau ikut nggak?" aku mengulang kembali pertanyaan, karena dari tadi istriku belum menjawabnya. aku mengajak istriku, karena sudah terbiasa, ketika aku tugas ke luar kota, Erni suka memaksaku untuk ikut. Katanya dia takut kalau tinggal sendirian.
"Kayaknya, untuk sekarang nggak deh! soalnya di perusahaan tempatku bekerja, sama lagi menangani proyek besar juga. jadi aku harus bekerja ekstra agar proyek itu bisa jatuh ke perusahaan." jelas Erni.
"Ya sudah! kalau nggak bisa, tapi aku titip! Kamu jangan terlalu bekerja keras, karena itu bukan Perusahaan kita!" aku mengingatkan istriku.
"Tenang Sayang! semua yang aku kerjakan, itu adalah keahlianku. dan aku menikmati ketika aku melakukannya!" jelas Erni.
"Syukurlah kalau begitu, tapi kamu harus beristirahat ketika kamu lelah, apalagi Sebentar lagi kita akan melakukan promil!"
"Iya sayang! terima kasih. Oh iya, keluarkotanya berapa hari?" Erni kembali bertanya.
"Mungkin empat sampai lima harian, lah. tergantung situasinya seperti apa, Nanti aku kabarin kamu setelah sampai di sana." jelasku sambil mengelus rambut panjang milik istriku.
"Lama banget! nanti aku kangen deh, sama kamu." ujarnya manja.
"Baguslah! kalau kangen, biar mainnya bisa ganas!" Jawabku sambil tersenyum, memikirkan hal-hal indah yang akan dilakukan bersama istriku, setelah aku pulang bekerja.
"Nakal!" ujar Istriku mencium manja pipiku.
"kalau kamu takut di rumah sendirian. kamu nginep saja di rumah ibu!" Aku memberikan saran kepada istriku.
"Aku lebih ketakutan di rumah Ibu, yang! daripada di sini." jawab Istriku yang terlihat wajahnya menolak, karena walau ibu baik, pasti pasti beliau akan memojokkan istriku, Apalagi setelah mendengar penuturannya kemarin. Ketika beliau memfitnah istriku yang masuk ke kamar hotel bersama pria lain.
"Ya sudah! tapi kamu hati-hati ya, di rumah! Kunci pintu! sebelum tidur. apa kamu perlu satpam sementara, selama aku pergi keluar kota?" aku bertanya demi kenyamanan istriku.
"Nggak usah lebay, deh! Lagian satpam di komplek kita kan banyak . Nanti kalau ada apa-apa, aku tinggal menghubungi mereka. Jadi stop! kamu berpikir seperti itu. kamu jangan berpikiran aneh-aneh. Dan ini kan bukan pertama kalinya, kamu pergi meninggalkanku, untuk bekerja di luar kota." jelas istriku menolak.
******
Keesokan paginya. Kira-kira pukul 09.30, aku sudah duduk di kursi mobil menuju bandara. diantar oleh Dali sebagai asisten kepercayaan. Sedangkan keempat orang staf Ku yang lain, Mereka berangkat bareng diantar oleh sopir kantor.
"Nitip kantor ya, Dal!" ucapku ketika kita ada di perjalanan.
"Tenang, pak! Bapak bisa mempercayakan masalah itu kepada saya!" Jawab Dali yang terdengar meyakinkan.
"Terima kasih! dan doakan semoga proyek yang akan kita tangani, sukses dan jatuh ke perusahaan kita.
"Amin! siap. pasti Pak! Pasti Saya doakan Dan semoga saja Bapak dilancarkan segala Urusannya di sana!" jawab Dali sambil terus memperhatikan arah jalan.
Kita pun terlarut dalam obrolan obrolan Seputar pekerjaan. tentang apa yang harus Dali lakukan, ketika aku berada di luar kota. Hanyut dalam obrolan, sehingga tidak terasa mobil yang kita kendarai. Udah terparkir, sampai di lobby bandara. namun aku tidak langsung masuk. aku masih menunggu keempat Stafku yang masih berada di perjalanan.
Tas selang Berapa lama, orang-orang yang aku tunggu pun datang. Dan dengan gagah dan berani kami berlima, menuju boarding pass. untuk melakukan perjalanan udara, menuju ke lokasi yang akan dijadikan tempat wisata. Berusaha semampu kami untuk menafkahi keluarga masing-masing.
Sesampainya di daerah yang akan dijadikan lokasi tempat wisata. aku dan keempat bawahanku mencari hotel yang terdekat, dengan lokasi. agar kita mudah ketika Harus meninjau lokasinya.
Hari ini tidak ada kegiatan apa-apa. mungkin besok, kita baru memulai pekerjaan sesuai dengan agenda yang telah dibuat. Dengan diawali menemui orang yang akan mempercayakan kita, untuk mengurus lahannya. Aku memerintahkan kepada semua stafku, untuk beristirahat apalagi sehabis Perjalanan yang sangat jauh. Aku yakin mereka pasti akan merasakan Kelelahan yang sama sepertiku.
Aku memasuki kamarku, yang terpisah dengan keempat stafku. sedangkan mereka aku tempatkan di kamar samping kanan dan kiriku. Dua orang berisi satu kamar.
Setelah membersihkan badan, dan merapikan semua barang bawaanku ke dalam kamar. aku mengambil ponselku untuk mengabari istri dan ibuku. mengabari bahwa aku sudah sampai ke lokasi, di mana aku akan mengecek pekerjaanku di sini.
Setelah mengabari dua orang terdekatku. aku pun memutuskan untuk beristirahat, melemaskan otot-otot yang tegang setelah melaksanakan perjalanan yang begitu jauh.
*****
Pukul 20.00. setelah aku selesai makan malam, aku kembali ke kamarku. mau nongkrong sama bawahan, rasanya kurang pantas. Dan menurutku jaga jarak itu sangat penting agar mereka tetap bisa menghargai kita sebagai atasannya. Aku bukan menutup diri dengan mereka, karena aku selalu siap mendengar setiap masukkan masukan mereka. Ditambah aku Belum menghubungi kembali Istriku yang berada di rumah.
Tttttttuuuuuuuuttttt! Tuuuuuuuutttt! Tttttuuuuuwt!"
Handphoneku berbunyi, menunggu panggilan itu terhubung. Sambil menatap ke arah layar karena aku menggunakan mode video call.
"Lama banget ngangkatnya?" aku bertanya setelah teleponku tersambung dengan istriku. terlihat rambutnya yang acak-acakan. menghubungi dengan panggilan video sehingga aku bisa melihat wajah cantiknya.
"Maaf aku lagi nonton drama Korea!" Jawab istriku yang sudah bisa aku tebak, karena itu sudah menjadi kebiasaannya.
"Kamu sudah makan belum?" Aku bertanya sambil merebahkan tubuhku di atas kasur.
"Sudah! kamu sudah makan?" istriku balik bertanya.
"Sudah juga! kok kamu nonton di kamar?" aku bertanya karena kebiasaan istriku ,dia selalu menonton film kesukaannya di ruang tengah.
"Iya, nih! nggak ada kamu di rumah, rasanya sepi banget. jadi aku memutuskan Nontonnya di kamar." istriku menjelaskan, namun yang membuatku semakin merasa aneh, selain rambutnya yang acak-acakan, Erni menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Kamu sakit ya kok krukupan pakai selimut?" Aku bertanya agar pikiranku tak menjalar ke mana-mana.
"Enggak. Nggak tahu nih! Malam ini rasanya dingin banget. Mungkin gara-gara nggak ada kamu di sampingku, jadi aku kedinginan." jawab Erni yang terasa ambigu. Selama aku tinggal bersamanya Erni, paling tidak suka memakai selimut. menurutnya Jakarta sangat panas. sehingga AC yang menyala tidak membuat tubuhnya merasa dingin.
Pandangannya terlihat terus memindai area sekitar, tidak fokus ke layar handphonenya. seperti di situ ada orang, sehingga membuatnya tidak terfokus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments