Pov Erni
Suamiku yang bod0h, terlihat mengikutiku di belakang. seolah dia baru tersadar, bahwa ada orang yang harus diselamatkan nyawanya.
"Kamu di rumah saja, kamu baru pulang dari luar kota! pasti kamu capek, jadi istirahatlah!" aku menghentikan langkah, kemudian membalikkan tubuh, menyuruh suamiku agar dia tidak ikut mengantar kerumah sakit, Lagian dia sadarnya terlambat.
"Aku akan urus secepatnya, perceraian kita! biar kamu bisa bersenang-senang sama sampah itu, tanpa harus berbuat dosa!" ucap suamiku yang terdengar Sok bijak.
"Kamu ada orang yang mau kehilangan nyawa, Masih sempat membahas hal yang tak penting seperti itu." Gerutuku dengan kesal, karena suamiku yang tak pernah peka dengan keadaan. Bukannya dia Simpati melihat orang yang sedang berjuang menyelamatkan nyawanya sendiri, Bahkan orang itu adalah sahabat yang selalu menemaninya. Tapi dia malah Acuh seolah itu musuhnya.
Mendengar perkataanku yang seperti itu. Arfan seketika terdiam, Mungkin dia mulai mengerti, dengan apa yang aku ucapkan. begitulah rumah tangga, kita selalu saling mengingatkan, ketika salah satu dari kita ada yang melakukan kesalahan.
"Dari pihak keluarga, ada yang mau ikut, dengan ambulans?" teriak Seorang perawat bertanya, dia masih berdiri di dekat pintu mobil.
"Daliii...! Kamu ikut! Ini semua gara-gara kamu!" seruku sambil menatap tajam ke arah asisten suamiku.
"Buruaaaaan!" Pintaku sambil meninggikan suara, agar orang yang berada di belakang Suamiku itu, bisa mendengar dengan semua yang ku perintahkan.
"Biarkan saja mampus!" Jawab Dali membuat mataku terbuka, tak menyangka dia akan berani berkata seperti itu. asisten sama tuannya sama saja. sama-sama pada tidak punya hati.
"Bagaimana?" tanya perawat yang mungkin merasa kesal, karena belum mendapat jawaban.
"Nggak ada, Pak! Nanti saya mengikuti di belakang, bawa mobil." ujarku sambil berlalu meninggalkan dua laki-laki bod0h yang tak punya perasaan.
Aku bergegas berjalan menuju carport, kemudian masuk kedalam mobilku, yang jarang dipergunakan. karena biasanya ketika ke kantor Aku selalu bareng suamiku, dan ketika di kantor ada urusan yang harus menggunakan mobil, aku juga lebih sering ikut, menggunakan mobil Farid.
Setelah mobil itu aku Nyalakan, aku injak kuat pedal gas. keluar dari gerbang pintu rumahku, yang masih terbuka. mengikuti ambulans yang sudah tak terlihat, karena mengebut mengingat pasien yang di bawa sangat kritis. namun aku sudah mengetahui ambulans itu akan membawa Farid kemana.
Aku terus mengemudikan mobilku, sambil mengulang kembali Memori Indah yang pernah aku lalui dengan kedua pria yang sangat aku sayangi. walau Sebenarnya aku lebih menyayangi Farid daripada suamiku. dia selalu memanjakanku, memperlakukanku, dengan begitu luar biasa. sehingga aku nyaman dengannya, nyaman dengan sahabat dari suamiku.
Dahulu pertama kali aku mengenal mereka berdua, ketika kami duduk di bangku kuliah. Aku yang dari kampung, sangat senang bisa mengenal mereka, selain wajahnya yang ganteng-ganteng, dan menjadi rebutan para mahasiswi. mereka sangat care denganku, bahkan tak segan mereka membantu membiayai kuliahku, dan membantu hal-hal yang lainnya. Kebahagiaanku semakin bertambah, ketika Farid menembakku untuk menjadikan kekasihnya. aku tanpa pikir panjang, langsung menerima cinta Farid dengan begitu terbuka, dengan catatan hubungan kita berdua, tidak boleh ada yang mengetahui. walaupun itu Arfan yang sebagai sahabat kita juga tidak boleh mengetuhui, Aku tidak mau merusak persahabatan kita bertiga.
Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, setelah Arfan juga menembakku, dia juga berharap aku menjadi kekasihnya. Aku tidak memberikan jawaban langsung, melainkan meminta pendapat kepada pacarku. Namun alangkah terkejutnya, ketika Farid menyuruhku menerima cinta Arfan. menurutnya Arfan walau masih kuliah, dia sudah memiliki usaha properti kecil-kecilan, sehingga kehidupanku akan semakin terjamin. Dari Semenjak itu aku memiliki dua pria yang sangat aku kagumi.
Dengan arahan Farid, akhirnya aku menerima cinta Arfan, dengan catatan aku juga meminta sama Arfan, agar meminta hubungan kita dirahasiakan dari farid. Dengan alasan yang sama, agar persahabatan kita tetap terus berjalan. Arfan pun mengerti dan mengiyakan permintaanku, sehingga aku dari dulu sudah mempunyai dua pacar, aku menikmati semua itu. aku bahagia ketika diperlakukan oleh dua pria yang selalu menyayangiku, dengan sangat spesial.
Aku terus berhubungan dengan Arfan dan Farid, yang awalnya kita hanya menumpang hidup dengan Arfan, namun lama-kelamaan rasa cintaku mulai tumbuh, melihat kebaikannya, pengorbanannya, yang begitu luar biasa. sehingga perasaanku sama Arfan mulai sama dengan perasaan yang kumiliki untuk Farid. sehingga aku memutuskan untuk mencintai mereka berdua, tanpa ada yang terasingkan.
Hubungan Backstreet itu terus berjalan, sampai hal tak terduga pun terjadi. Arfan yang terus membahagiakanku dengan semua hartanya, tiba-tiba mengajakku menikah. sama seperti ketika dia Mengajakku Pacaran, Aku meminta pendapat terlebih dahulu sama Farid, dan Farid pun mengalah, menunda kebahagiaan agar bisa menikmati kebahagiaan itu, dengan kebahagiaannya. Dan dia berjanji suatu saat, dia akan menikahiku juga.
Setelah Aku menikah dengan Arfan, semua perusahaan dan harta yang Arfan miliki, yang dikelola dari semenjak keluar SMA, semuanya dialih namakan dengan Namaku. hanya rumah yang kita tempati, yang bukan Namaku. karena itu masih nama orang tuanya, namun rumah yang lagi dalam proses pembangunan, itu sudah Haku, sudah matas Namaku.
Ketika aku sudah sah menjadi istri Arfan, aku dan Farid, walaupun kita tidak menikah, kita terus melakukan hubungan suami istri dengannya, bahkan kita bekerja, di tempat yang sama, agar aku bisa membagi waktuku, antara suami dan farid Sahabatku. aku tidak mau mengecewakan mereka berdua, karena menurutku mereka adalah orang-orang yang berharga, dalam hidupku.
Farid yang terus-terusan menikmati tubuhku, yang awalnya kita melakukan hubungan itu hanya di hotel, atau tempat kerja. Dari minggu kemarin, dia mulai berani melakukan hubungan terlarang itu, di rumahku, di rumah suamiku. bahkan dengan berani dia melakukan itu, ketika Suamiku sedang berada di rumah. Ketika Suamiku sedang asyik bermain PlayStation. Awalnya aku menolak, namun ada rasa yang aneh, rasa yang sangat nikmat, ketika melakukan hal itu dengan tergesa-gesa. Aku menikmati semua momen menegangkan itu, sehingga aku terhanyut mengikuti semua permainan yang dimainkan oleh Farid. Apalagi setelah berhubungan dengan Farid, Aku melakukan hal yang sama dengan suamiku, rasanya tidak bisa terlukiskan.
Puncaknya. ketika suamiku keluar kota, setiap malam Farid menginap di rumahku. namun dia datang ke rumah tidak membawa mobil, dia memilih taksi online, Untuk mengantarkan ke rumahku, agar tidak membuat orang curiga.
Sialnya suamiku tiba-tiba pulang, dan memeregokiku sedang berada di atas tubuh Farid. namun anehnya Ketika aku melihat Arfan yang baru datang, membuat kenikmatan itu berkali-kali lipat. sehingga tak sadar, aku bukannya menarik tubuhku dari atas tubuh Farid, malah menekan keras, sehingga keluarlah cairan kenikmatanku.
Arfan yang tidak terima dengan apa yang dia lihat, hanya memukul Farid beberapa kali, menurutku itu adalah hal yang wajar, karena mungkin dia belum terbiasa, menerima keadaanku, yang berbagi kenikmatan dengan sahabatnya. namun sangat disayangkan asistennya yang sok pahlawan itu, malah mengahajar Farid sampai harus dilarikan ke rumah sakit.
Terlarut dalam khayalan memori indahku, tak terasa mobil yang ku kemudikan, sudah terparkir di depan rumah sakit. dengan segera aku turun untuk mengurus administrasi sahabatku.
Setelah mengurus semua administrasi, aku bergegas menuju ruang IGD, di mana Farid sedang ditangani untuk mendapat pertolongan pertama. aku duduk menunggu dokter yang menangani Farid, keluar dari ruangan, dengan perasaan yang campur aduk. pikiranku mulai jernih. kenapa aku harus membela yang tidak mempunyai hubungan apa-apa denganku, hanya hubungan sahabat, aku rela meninggalkan suamiku, rasa kemanusiaanku yang begitu tinggi, sehingga mengabaikan semua tanggung jawabku terhadap suami.
Setelah berpikir agak lama, akhirnya aku memutuskan, nanti setelah aku menemani Farid mengobati lukanya di rumah sakit. aku harus pulang ke rumah terlebih dahulu, untuk membicarakan apa sebenarnya yang terjadi Antara Aku Dengan Farid, ke suamiku. membahas kesalahpahaman yang terjadi, bahwa yang dia lihat itu, bukan kejadian Sebenarnya. aku yakin suamiku akan mengerti, kalau aku berbicara jujur terhadapnya.
Tak selang Berapa lama, akhirnya pintu IGD terbuka, kemudian keluarlah seorang dokter, dengan cepat aku menghampirinya untuk mengetahui keadaan Farid.
"Bagaimana keadaan teman saya, Dok?" aku bertanya setelah berada di hadapan Doktor itu.
"Teman ibu, hanya terluka luar, beruntung kepalanya Masih aman, namun untuk mengetahui lebih lanjut, kita akan melakukan rontgen, takut ada retakan di kepalanya. Melihat luka luar yang begitu mengerikan." ucap dokter itu menjelaskan.
"Terus sekarang bagaimana kondisi teman saya?"
"Ibu bisa melihatnya secara langsung, sebelum dibawa ke ruang rontgen." jawab dokter itu memberitahu.
"Terima kasih, dok."
"Ya sudah, saya pamit dulu." ujar dokter itu sambil berlalu pergi meninggalkanku.
Setelah dokter itu pergi, Aku mengetuk pintu ruang IGD, kemudian masuk ke dalam. terlihat Farid yang tertidur di atas ranjang, wajahnya dipenuhi dengan perban yang menempel, sehingga hanya menyisakan bagian mata dan hidungnya yang tak tertutup oleh perban itu.
Aku mendekati ranjang, di mana Farid berbaring. aku pindai kembali seluruh tubuhnya, yang hanya ditutupi oleh selimut. karena tadi ketika pergi dari rumahku, dia belum sempat memakai bajunya. sehingga hanya seprei yang menutupi tubuh Farid.
"Bagaimana keadaanmu, Rid?" aku bertanya sambil menatap ke arah matanya yang terlihat menatapku.
Farid hanya menarik kedua sudut bibirnya, tak ada perkataan atau tanggapan yang keluar dari mulutnya, Mungkin dia merasa sakit ketika harus berbicara.
"Ya sudah! kamu istirahat saja dulu, agar kamu cepat sembuh!" ucapku sambil mengelus kepalanya, merasa kasihan dengannya. jangankan untuk berjalan, untuk berbicara pun kelihatannya, Dia sangat kesusahan.
Tak selang berapa lama, para perawat mendatang untuk membawa Farid, menuju ruang rontgen. untuk mengecek apa ada luka dalam, di dalam tubuhnya. Aku yang merasa kasihan, aku terus menemani Farid.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Aya'Na Soraya
Kocak
2024-08-18
0
Wani Ikhwani
pengen banget aku getok kepalanya sierni....😠😠😠😠😠
2022-08-28
0
amalia gati subagio
duch sendal bolong sok bijak, deuhhh jalang aja dibayar, ni perem mentalnya cacat
2022-08-22
0