Maksudnya, apa Kak?" tanya Vina sambil membulatkan mata. Seolah tidak suka dengan peneturanku
"Itu tip buat Vina, karena sudah ramah menyambut kehadiranku." aku menjelaskan takut menyinggung perasaannya.
"Maaf, di sini tidak menerima tip, Kak! Sebentar saya ambil dulu kembaliannya!" ungkap Vina sambil berlalu pergi meninggalkanku, untuk mengambil kembalian uang pembayaran dariku.
Aku yang sudah merasa risih, dengan cepat, aku ngeloyor pergi, keluar dari kantin restoran, dengan sembunyi sembunyi. Aku mempercepat langkahku, menuju koridor hotel untuk segera masuk ke kamarku.
Setelah berada di kamar, aku cepat menutup pintu lalu menguncinya. seperti orang yang sedang dikejar hantu. Kurang yakin dengan kekuatan kunci, aku menahan pintu itu dengan tubuh, yang kusandarkan ke daunnya.
Setelah dirasa cukup aman, aku berjalan menuju kasurku. untuk segera beristirahat, rasa kantuk yang Lumayan sudah menghampiri, mengajakku untuk segera membaringkan badan. mengingat ini sudah lewat tengah malam. aku tidur di kamar sendiri, berbeda dengan empat bawahanku. yang tidur di kamar berpasang-pasangan.
Setelah mencoba beberapa kali memejamkan mata, perlahan mataku mulai terkatup, meninggalkan dunia yang begitu aneh, menuju alam kebahagiaan.
Pukul 07.00. aku dan semua staffku sudah duduk berkumpul di kantin yang semalam. sambil menunggu menu sarapan kami dihidangkan, aku celingukkan mencari keberadaan Vina. aku takut dia menghampiri, dan mengajakku mengobrol seperti semalam. bisa-bisa wibawaku anjlok, di hadapan karyawanku.
"Pemilik Cafe ini, cantik banget ya!" ujar salah seorang karyawan di tengah-tengah pembicaraan.
"Kata siapa? wanita itu pemilik resto ini, bukannya Dia seorang pelayan?" tanya seseorang mewakili pertanyaanku.
"Rahasia dong, hahaha!" jawab Orang yang memberikan pendapat, Sambil tertawa.
"Sudahlah, kalian sudah memiliki istri, Sisakan satu saja untukku." ujar salah seorang karyawan yang belum menikah, dia baru 2 tahun bekerja di tempatku, namun keahliannya yang begitu kompeten, sehingga aku tidak ragu untuk mengajaknya menangani proyek ini.
"Umurmu, masih panjang nak! jadi Biarkanlah kami yang tua-tua, seperti ini. menikmati sisa umur kami, dengan menghayal memiliki wanita secantik dia." ujar salah seorang sambil tersenyum.
Aku cuma diam, memperhatikan obrolan mereka. aku yang introvert tidak terlalu ikut nimbrung dengan pembicaraan mereka. Namun tak selang Berapa lama, akhirnya menu sarapan kami diantarkan
Tak ada pembicaraan, ketika kita menyantap sarapan itu. karena aku sudah mengingatkan bagi semua karyawanku, kalau ketika makan, kita tidak boleh berbicara. itu adalah salah satu etika ketika menyantap nasi, dan sebagai rasa hormat atas makanan yang kita makan.
"Agenda kita hari ini, apa?Pak Arif!" aku bertanya kepada salah seorang staf ku, setelah kami menyelesaikan sarapan.
Nanti pukul 10.00, Kita diundang untuk menemui Pak Bagas di kantornya. setelah itu baru kita mengecek lokasi, biar besok kita bisa langsung menggarapnya." Pak Arif menjelaskan.
Pukul 09.00. aku ditemani salah seorang staff ku, menuju kantor Pak Bagas. ternyata kantornya begitu megah, kalau dibandingkan dengan kantor-kantor yang ada di sampingnya.
Aku disambut hangat oleh Pak Bagas, membuatku tak merasa canggung, ketika mengeluarkan gagasan untuk pembangunan tempat wisata.
Pertemuan itu diakhiri, dengan kesepakatan. aku bersedia menggarap proyek yang akan dia kerjakan, namun aku belum menentukan kisaran biaya diangka berapa, Karena aku belum mengetahui betul lokasinya. Dan seperti apa nanti bangunannya.
Setelah Pembicaraan dengan Pak Bagas selesai. aku dan staff ku meninggalkan kantornya. untuk menuju lokasi yang akan dijadikan tempat wisata. kita berdua berangkat ditemani oleh staf Pak Bagas, yang ditugaskan untuk mengawal kita, dan sebagai petunjuk arah, agar kami tidak tersesat di jalan. Tak lupa Sebelum menuju ke lokasi, staff ku memberi tahu staf lainnya, agar segera menyusul ke lokasi.
Sesampainya di lokasi. aku memindai area lokasi sekitar, yang ditumbuhi pohon Ilalang. memang lokasinya sangat strategis walaupun tidak di tengah kota, namun akses menuju tempat ini, sangatlah mudah. sehingga Pak Bagas tak salah menjadikan tempat ini sebagai wahana hiburan masyarakat. Sesuai dengan yang beliau inginkan, tempat wisata yang nantinya bisa dinikmati oleh semua kalangan, baik dari golongan masyarakat rendah, dan menengah ke atas.
Tak lama berselang, tiga stafku yang menyusul, akhirnya tiba. setelah aku briefing, mereka mulai bekerja sesuai dengan keahliannya. mulai dari mengukur tanah, mengambil foto lokasi, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya, yang berhubungan dengan perencanaan pembangunan.
Pukul 15.30, akhirnya kita mengakhiri sesi pekerjaan, meski belum semuanya. namun kita sudah punya gambaran, tentang lokasi yang akan dijadikan tempat wisata ini. Aku dan keempat stafKu kembali ke hotel, untuk beristirahat, dan pekerjaan akan dilanjutkan Keesokan paginya.
*******
Sesampainya di hotel, kita pun masuk ke kamar masing-masing. untuk membersihkan tubuh terlebih dahulu, dari keringat sehabis bekerja.
Pukul 18.30 aku mengabari semua staf lewat aplikasi pesan berwarna hijau. agar berkumpul di kantin untuk membahas pekerjaan yang sudah kita kerjakan, sambil makan malam. menurutku membahas pekerjaan seserius ini, tidak harus dengan cara yang serius pula. agar otak kita, bisa berimajinasi sesuai dengan yang dibutuhkan.
Setelah selesai mengabari. aku pun segera keluar untuk menuju kantin hotel. ketika aku Mengunci pintu, terdengar kunci pintu samping terbuka, tak lama setelah itu, muncullah Ari dan Alfian yang tidur di kamar yang sama.
"Malam Pak!" Sapa Mereka sambil menganggukan kepala.
"Malam juga, ayo!" ajakku seperti biasa dengan muka datar, menunjukkan Wibawa ku sebagai seorang pemimpin.
Mereka berdua hanya mengangguk, lalu berjalan mengikutiku. ketika melewati kamar stafku yang lain, dengan jahil mereka mengetuk pintunya.
"Iya Pak, sebentar! saya lagi pakai baju dulu!" teriak seorang stafku dari dalam kamarnya. mereka yang mengetuk pintu hanya cekikikan, mungkin merasa lucu dengan tingkah kekanak-kanakan mereka.
Kami bertiga pun terus berjalan menyusuri koridor hotel, sampai tiba di coffee hotel. aku memilih kursi yang terpisah dengan orang-orang, agar ketika kami membahas pekerjaan, tidak ada yang mengganggu. dan kami juga tidak mengganggu yang lainnya.
"Pesan makanan sekarang pak?" tanya Ari sebagai karyawan termudaku.
"Boleh! Tapi makannya nanti, setelah yang lain datang. agar kita bisa makan bersama!" jawabku yang mengajarkan tentang arti kesetiakawanan.
Ari hanya mengangguk sambil menundukkan pandangan. tak ada pembicaraan lagi di antara Kami bertiga, aku yang lagi sibuk berbalas pesan dengan istriku, tak menghiraukan lagi keaadan sekitar. Akhirnya mata kami hanya terfokus tertuju ke arah ponsel masing-masing, mungkin mereka juga sama sedang mengabari keluarga yang ada di rumah.
"Nih! uang kembaliannya Kak!" ujar suara seorang wanita sambil melemparkan uang di atas mejaku. sehingga membuat mata kami yang tadi terfokus ke layar ponsel, terperanjat kaget dengan kelakuan wanita yang berdiri, tak jauh dari meja makan kami.
Aku dan kedua stafku hanya membagi tatapan, tak mengerti dengan tingkah laku wanita yang bernama Vina itu.
"Aku nggak butuh uang receh seperti itu! tadi malam aku hanya menemani ngobrol, sebagai bentuk pelayanan kepada seorang pelanggan. jadi, Kakak nggak usah berpikiran macam-macam."seloroh wanita yang memiliki rambut sebahu dengan mata indah, membuatku menundukkan pandangan, malu dengan kedua stafku. takut mereka menganggap aku berbuat yang nggak-nggak, sama wanita yang baru menghampiri.
"Maaf, mbak! semalam saya buru-buru, pengen ke toilet. jadi, nggak sempat mengambil kembaliannya. Lagian aku belum Mau check out dari Hotel ini, anggap aja itu sebagai simpanan." jawabku beralasan.
"Ya sudah! ambil kembaliannya, Kak!" ucap Vina yang terdengar kesal, kemudian dia berlalu pergi tanpa memperdulikanku yang masih menatap heran ke arahnya.
"Ada apa Pak?" tanya Ari yang selalu kepo dengan urusan atasannya.
Aku hanya mengangkat kedua pundakku, sambil menarik kedua sudut bibir ke arah bawah, sebagai jawaban, Aku tidak tahu menahu dengan urusan Vina.
Tak selang berapa lama, setelah kepergian Vina, akhirnya kedua stafku yang lain, datang menghampiri. sebelum memulai pembahasan pekerjaan, aku suruh mereka berdua untuk memesan makanan terlebih dahulu, karena aku dan orang yang duluan sudah memesan makanan terlebih dahulu. Agar kita semua punya tenaga ekstra, ketika kita menghadapi pekerjaan yang berat.
Setelah selesai makan malam. aku memulai pembahasan tentang pekerjaan tadi siang, yang baru kita selesaikan. meski tidak Seserius meeting di kantor, hanya obrolan obrolan ringan, untuk mengisi waktu sebelum kita beristirahat. Dengan pembahasan yang bermakna.
Pukul 20.30. aku pun mengakhiri sesi rapat itu, aku memutuskan membagi Tugas kepada mereka. yang harus dikerjakan kita besok pagi. aku dan kedua orang stafku akan kembali ke lokasi, untuk secepatnya menyelesaikan peninjauan lokasi. sedangkan kedua orang lainnya, mereka aku tugaskan untuk menemui kantor BPN, mengecek tanah itu tidak ada sengketa. Karena akan sia-sia, ketika kita bekerja keras, namun lahan itu tidak bisa digarap.sedangkan urusan izin dan yang lainnya pihak Pak Bagas yang akan menanggulangi.
Setelah selesai memberikan arahan, Aku kembali ke kamarku. sedangkan mereka berempat lanjut mengobrol, katanya Masih betah melihat pemilik caffe yang cantik jelita. aku hanya tersenyum tak memperdulikan tingkah laku mereka, yang terpenting bagiku. ketika aku memberi tugas, mereka bisa menyelesaikan tugasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments