Elina duduk termenung sendu sembari mengusap perut ratanya.Kenapa takdir begitu kejam padanya?,disaat dirinya kembali bangkit dari keterpurukan disaat itu pula dia kembali dihempaskan kedasar jurang tak berdasar.Bagaimana bisa dia mengandung anak dari pria iblis yang dibencinya namun Elina juga tidak dapat menutup mata kalau janin itu juga anaknya,hidup didalam rahimnya dan terikat dengan dirinya.Dia ingin sekali menggugurkan kandungannya namun hati kecilnya seakan berteriak melarangnya untuk melakukan hal biadab itu
"Elin, kamu makan dulu ya.Aku masak bubur untukmu" seru Dira lembut, duduk disamping Elina sembari memandang pilu kearah gadis malang itu.Wajah Elina terlihat begitu pucat dan jiwanya seakan tidak lagi mendiami raganya
"Kamu makan dulu ya, biar aku suapin" Elina menggeleng, dia tidak berselera pada makanan saat ini
"Dir..bolehkah aku meminta tolong padamu"
"Apa itu?" Dira memandang penuh perhatian pada saudaranya
"Bawa aku kembali ke desa, aku ingin tinggal di panti saja"
"Dengan keadaan begini? bagaimana nanti kamu menjelaskan pada ibu panti dengan kehamilan kamu Elin.."
"Aku akan mengatakan kebenarannya.Sekarang aku ingin kembali ke desa dan jauh dari kota ini, aku takut Dir.." Elina menekuk kakinya dan memeluknya dengan airmata yang kembali mengalir.Dira memeluk gadis itu dengan penuh perasaan
"Kenapa kamu takut? apakah karena ayah dari janin yang kamu kandung? apa aku mengenal pria itu?" Dira bertanya lagi, mencoba memancing Elina kembali Namun gadis itu menggeleng, dia tidak bisa memberitahu Dira siapa pria yang telah bertindak asusila padanya
"Baiklah kalau kamu tidak ingin mengatakannya, tapi sekarang kamu makan dulu dan aku akan mencari cara untuk bisa membawamu kembali ke desa.Aku juga perlu bicara dulu dengan Revan" kata Dira sembari mengambil buburnya untuk disuapkan pada Elina
"Revan benar-benar tidak memberi kabar pada kita, pria itu sepertinya perlu diberi suntikan rabies kali ya biar sadar untuk selalu memberi kabar" ujar Dira mencoba membuat lelucon agar Elina tidak berlarut-larut dalam kesedihan.Setiap orang berhak untuk bahagia begitupun dengan adik angkatnya Elina.Dira meyakini itu
🍀🍀🍀
Claudia memandangi sebuah ruangan kecil yang penuh dengan kertas-kertas dan barang-barang yang tidak dia ketahui fungsinya.Pria didepannya yang dia ketahui bernama Revan itu mempersilahkan dirinya untuk duduk di kursi yang diperuntukkan untuk tamu disana, samar-samar dirinya masih menangkap suara ringisan dari bibir pria itu
"Baiklah, sekarang coba katakan apa yang ingin Anda ketahui tentang pengembangan proyek ini.Saya akan menjelaskan semuanya pada Anda" kata Revan membuka pembicaraan.Claudia mengerjap, dia masih kepikiran pada punggung pria itu yang kemungkinan terluka
"Iya, saya akan mengatakannya tapi sebelum itu boleh saya periksa punggung Anda dulu!" Revan menaikkan alisnya sebelah tanda bingung dengan permintaan gadis blonde didepannya.Apa hubungannya punggungnya dengan proyek itu, kenapa dari tadi tidak ada suatu hal yang jelas dari gadis itu.Apa jangan-jangan gadis itu seorang wanita cabul? pikirnya.Melihat tatapan Revan yang seperti curiga padanya, Claudia segera menyanggah
"Anda jangan salah paham, aku memintanya karena ingin memastikan punggung Anda baik-baik saja akibat tertimpa bata tadi setelah menolong saya" Claudia mencoba menjelaskan.Revan menyunggingkan senyumnya melihat kekhawatiran gadis itu yang tampak berlebihan
"Anda tenang saja, punggung saya baik-baik saja"
"Tapi saya tetap belum yakin,Anda terlihat meringis terus dari tadi..sini biarkan saya melihat" kata gadis itu bangkit dari duduknya mendekati Revan dan mencoba untuk menarik kemeja pria itu
"Hei..apa yang Anda lakukan?" Revan yang terkejut berusaha menghindar.Gadis itu benar-benar tidak ada rasa malu sama sekali
"Saya ingin mengecek keadaan Anda" Claudia menjawab polos masih mencoba meraih kemeja Revan
"Saya bisa mengeceknya sendiri" Revan masih mencoba menghalau tangan gadis itu yang mencoba menyingkap kemejanya dari belakang untuk melihat punggungnya
"Tetap saja saya harus melihatnya, saya harus bertanggung jawab karena Anda terluka gara-gara saya" Claudia semakin berusaha untuk menarik kemeja itu walau Revan terus memberontak dan menghindar
"sudah saya bilang..Aakkhh..." Revan kembali meringis saat punggungnya tersentuh dengan sandaran kursinya
"Tuh kan..pasti lukanya parah" tutur Claudia berhasil menarik kemeja itu saat Revan masih terfokus pada rasa perih yang dirasanya
"Ya ampun..lukamu perlu di obati kalau tidak ini bisa infeksi" lanjut gadis itu terkejut saat melihat luka lebam berdarah di punggung pria itu
"Sudah biarkan saja..aku baik-baik saja" ujar Revan menarik kemejanya agar kembali turun
"Buka kemejamu!" perintah Claudia
"Aku akan mengoleskan obat di lukamu biar tidak infeksi
"Tidak perlu" tolak pria itu semakin malas berurusan dengan gadis blonde itu
"Aku tidak menerima penolakan.Buka kemejamu sekarang" perintah gadis itu lagi tidak peduli dengan keberatan Revan
"Tapi aku bilang.." Revan hendak kembali protes namun terhenti saat gadis itu menarik kerahnya dan mencoba membuka kancing kemejanya dalam jarak dekat
"Kalau kamu tidak mau, biar aku saja yang melakukannya" ucap Claudia mencoba fokus pada kancing kemeja itu, tanpa dia sadari Revan yang terdiam kaku saat wajah gadis itu begitu dekat dengannya dan gerakan tangan Claudia yang sedang membuka kancing kemeja terlihat begitu sensual dimatanya, seumur-umur dirinya belum pernah diperlakukan seperti ini oleh seorang gadis.Berada didepannya dan sedang membuka kancing kemeja dirinya adalah sebuah tindakan yang membuat imajinasi liar di kepala Revan
"Ah sudahlah, akan kulakukan sendiri.Menjauhlah dariku" ujar Revan tersadar langsung menarik diri agar tidak terlalu dekat dengan gadis yang baru dikenalnya itu.Claudia mengerjapkan matanya, dia tidak sadar apa yang dilakukannya tadi.Apa tindakannya tadi terlalu agresif ya? batinnya malu dengan wajah yang perlahan berubah merah
"Maaf..aku akan ambilkan obatnya" kata Claudia dengan menunduk malu, bagaimana bisa dia tadi terlihat seperti wanita tidak beretika yang tidak tahu malu..Aah, Claudia ingin menghilang saja rasanya.Revan membuka sendiri kemejanya akhirnya dan gadis blonde itu mendekat ke arahnya kembali dan mulai mengoleskan obat ditangannya pada luka dipunggung Revan
Revan terkesiap saat tangan halus itu menyentuh punggungnya,ada rasa lain yang membara dalam tubuhnya dan itu sangatlah berbeda dengan apa yang dirasanya saat bersama Elina.Setidaknya selama 10 tahun mereka bersama Elina tidak pernah bersikap seperti yang dilakukan gadis ini padanya
"Sudah.." Claudia menelan ludahnya dengan susah payah.Seumur-umur baru kali ini dirinya berbuat seperti itu pada seorang laki-laki, dia bahkan tidak pernah mencoba memberi obat pada Christ Laurent, kakak lucknutnya saat kakak satu-satunya itu sakit.Claudia bahkan berteriak senang saat dapat kabar kakaknya sakit.Revan berdeham memecahkan kecanggungan diantara mereka dan memakai kembali kemejanya
"Bisa kita bahas soal proyeknya sekarang!" ujar pria itu memecahkan lamunan Claudia yang masih bersemu malu
"Ah..iya.Kita bahas sekarang" Claudia buru-buru mengambil peralatannya dan mereka larut dalam pembahasan perkembangan proyek itu dan melupakan sejenak kejadian tadi
.
.
.
Kritik dan saran diharapkan🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
apakah Revan dan Claudia berjodoh..
2023-03-13
0
Hiatus
aku kok ngesip hubungan Claudia dan Mas Revan ya😍
Elina please deh nggak usah kabur dulu🥲 coba minta pertanggungjawaban aja sama Mike Mouse 😌 takutnya juga kalau kamu kembali ke desa malah jadi bahan gunjingan 🤧 trus akan berdampak pada anakmu nanti ketika sudah lahir😢
semangat up kak💪 aku kasih bunga mawar untuk Abang Mike🌹😘
2022-08-10
1