Sayangi Aku

Sayangi Aku

Episode 1

Anita Retnowati adalah perempuan yang menyukai tantangan dalam hidupnya. Ia menjadi perempuan terakhir yang terlahir dari keluarga Susanto dan Suci Retnowati. Dua saudara yang lain yaitu Astuti Retnowati dan Dwi Susanto adalah anak-anak yang sangat penurut pada orang tua mereka.

Ibu Suci adalah ibu yang sangat disiplin, tegas dan keras. Tidak boleh aturan yang dibuatnya dilanggar oleh anak-anaknya. Astuti telah menyelesaikan sekolah kejuruan di bidang fashion yang di arahkan ibunya dan setelah tamat ia memilih merantau dan bekerja di pabrik garmen, sedang Dwi telah menyelesaikan sekolah kejuruan di jurusan teknik yang sesuai dengan minatnya. Beruntung mereka berdua diberi kebebasan untuk merantau di ibukota dan mendapatkan kebebasan setelah masa kanak-kanaknya.

Pak Susanto adalah keluarga dari orang terpandang di Desanya. Orang tuanya merupakan tuan tanah di Desa tersebut dan memiliki aset tanah kurang lebih 20% dari luas tanah yang ada di Desa tersebut. Setelah menikah saudara dari Pak Susanto mereka akan diberi tanah untuk mereka manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Saudara dari Pak Susanto berjumlah 10 orang. Menurut hukum adat yang nenek moyang mereka turunkan pembagian kekayaan itu di bagi rata baik itu anak laki-laki maupun anak perempuan. Orang tua hanya akan menyisakan sedikit dari harta mereka untuk biaya hidup mereka di masa tua dan sebagai jaga-jaga untuk pengurusan jenazah jika mereka meninggal dunia.

Pak Susanto di samping memilki orang tua yang kaya raya beliau juga memilki pendidikan yang baik pada jamannya. Bahkan beliau sempat di daulat menjadi staf pengajar di sebuah SMP di kota. Namun karena ibu Suci yang tak mau pindah ke kota akhirnya Pak Susanto memutuskan untuk menolak tawaran tersebut dan memilih berkumpul bersama keluarganya.

Karena. memiliki harta yang terbilang banyak dan sang istri memilki keterampilan menjahit yang jarang dimiliki warga sekitar akhirnya hidup Pak Susanto dan Ibu Suci berkecukupan bahkan bisa dikatakan kaya raya. Semua yang mereka inginkan bisa mereka dapatkan dengan mudah.

Dalam agama Islam harta merupakan satu ujian yang akan menguji manusia tentang seberapa syukur mereka setelah diberi harta yang melimpah.

Dari seorang petani Pak Susanto bertransformasi menjadi seorang pengusaha penggergajian kayu. Aset tanah yang telah dimilikinya sedikit demi sedikit beliau jual untuk modal pembangunan pabrik kayu.

Awalnya usaha yang dirintisnya maju pesat sesuai harapannya bahkan truk tronton pengangkut kayu hasil olahannya berhasil beliau miliki. Usahanya bukan hanya memasok kayu pada toko-toko bangunan dan pengrajin kayu di dalam Kabupaten di daerahnya saja, namun sampai merambah luar Kabupaten yang ada di sekitarnya.

Usahanya yang besar membutuhkan modal yang besar pula. Bu Suci yang selalu menjadi penasehat suaminya tidak pernah mengijinkan suaminya berhutang pada bank, akhirnya penambahan modal selalu Pak Susanto dapatkan dari hasil penjualan tanah yang diberikan oleh orang tuanya dengan seijin yang memberi tentunya.

Meskipun suaminya seorang pengusaha besar namun Bu Suci tetap melakukan kesenangannya yang telah menjadi pekerjaan ya sebagai penjahit dan mengurus rumah tangga dan mendidik ketiga anaknya di rumah.

Menurut cerita Bu Suci adalah kembang desa di Desa tersebut, hingga Pak Susanto bersusah payah mendapatkannya karena harus bersaing dengan banyak lelaki yang menginginkan Bu Suci menjadi pendampingnya. Hingga saat Pak Susanto berhasil mendapatkan Bu Suci beliau tak mengijinkan istrinya tersebut keluar rumah.

Pak Susanto rela membayar tetangga depan rumahnya untuk membantu pekerjaan istrinya yang pada saat itu tidak lazim di Desa tersebut memilki pembantu seperti keluarga mereka.

Pak Susanto rela menjadi bahan cemoohan keluarga dan saudara-saudaranya karena memilki membantu. Bagi mereka pekerjaan rumah adalah pekerjaan istri dan sudah menjadi kewajiban istri untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah tanpa harus memilki pembantu yang akan menghabiskan uang suaminya untuk menggaji pembantu.

"Kamu ya Susanto kenapa dulu memilih perempuan yang cantik segala. Kamu lihat kan sekarang perempuan cantik itu tak pandai mengurus rumahnya sendiri. Apa-apa harus dikerjakan pembantu. Kerjaannya cuma berhias setiap hari" ucap kakak perempuan Pak Susanto yang tinggalnya di belakang rumah Pak Susanto saling membelakangi.

Pak Susanto hanya diam tak berani membantah apalagi berdebat, karena ajaran sopan santun yang diberikan orang tuanya tak mengijinkan membantah pada orang yang lebih tua.

Tak jarang Bu Suci menjadi sasaran omelan mereka pula karena hal tersebut. Namun Bu Suci tak pernah menanggapinya.

Sampai suatu ketika pabrik pengolahan kayu mereka bangkrut karena modal mereka mandeg di tangan konsumen. Para konsumen mengambil kayu dari Pak Susanto dengan cara berhutang, hingga hutang itu menumpuk dan bercecer. dimana-mana dan mereka tak sanggup untuk membayar karena sepinya konsumen di tingkat pengecer.

Beruntung kedua anaknya Astuti dan Dwi telah selesai menamatkan sekolah kejuruan mereka dan mereka rela tak melanjutkan ke perguruan tinggi bahkan mereka rela merantau untuk bekerja agar kelak mereka tak membebani orang tua mereka.

Di situasi seperti itu Bu Suci yang mau tidak mau menjadi tulang punggung keluarga karena pabrik ditutup karena uang habis untuk membayar utang di bank berikut armada truk tronton yang menjadi kebanggaan mereka. Situasi tersebutlah yang menjadikan Bu Suci sangat emosional dan temperamental karena suaminya tak mengindahkan pesannya untu mengambil utang di bank.

Dalam situasi perang dingin di dalam rumahnya menjadikan Anita tumbuh menjadi anak yang pemberontak, dimana saat itu ia baru menginjak sekolah di SMP. Hidup yang sebelumnya selalu dilayani sekarang menjadi mandiri bahkan ia jarang mendapatkan uang saku. Bila ia meminta uang saku Ibunya maka ia akan mendapatkan ceramah terus menerus yang membuat kuping nya panas.

"Bu nanti ada ekstrakulikuler, aku minta uang dong buat jajan nanti pada saat makan siang, kan nggak keburu kalau pulang dulu. Capek harus bersepeda pulang" rengek Anita pada pagi itu sebelum ia berangkat sekolah.

"Kamu itu ya nggak ada prihatinnya sama sekali melihat orang tua kesusahan seperti ini. Sana bawa nasi aja dari rumah biar nggak jajan-jajan terus. Lihat itu kakak-kakakmu tak pernah mau merepotkan orang tuanya sama sekali. Mereka mandiri bahkan Mbak Astuti sudah bisa nyicil beli rumah. Kamu contoh dong mereka yang di sekolah tak pernah jajan. Nggak kaya kamu jajan jajan terus kerjaannya. Belajar juga nggak pernah" ceramah Bu Suci di pagi hari yang berhasil membuat Anita lari terbirit-birit menghindari ceramah ibunya.

"Anak nggak punya adab, ada orang tua ngomong malah ditinggal, nggak mau pamit apalagi cium tangan" lanjut Bu Suci yang pasti tak di dengar oleh Anita lagi.

"Sudah ya Bu, nggak enak di dengar tetangga" ucap Pak Susanto sambil menyapu lantai rumahnya.

Terpopuler

Comments

Adico

Adico

mungkin Saudaranya iri pada Pak Susanto kali,Pada hal kalau punya Duit mah nggak harus Istri jugakan.

2022-09-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!