Episode 9

"Aaaaaa......" tiba-tiba terdengar teriakan yang membuat seisi rumah keluar kamar masing-masing mencari sumber suara.

Mereka saling berlari menuju kamar orang tua mereka yang berada di ruang tengah.

"Ibu..." Dwi dengan segera memasuki kamar yang tak terkunci tersebut dengan diikuti adik, kakak dan kakak iparnya.

Dwi menyalakan lampu dan di lantai tergeletak tubuh Bapaknya dan Ibu yang tengah berusaha membangunkan suaminya.

"Siapkan mobil Mas" ucap Astuti cepat.

Komar berlari ke kamarnya dan mencari kunci mobil yang ia simpan di kamarnya.

Beruntung tadi siang keluarganya meninggalkan satu mobil untuk Komar beraktivitas di rumah mertuanya mengingat mertuanya rak memiliki kendaraan selain satu motor yang dipakai bergantian satu rumah.

Komar menyiapkan mobil, Dwi dan yang lain mengangkat tubuh Bapaknya ke atas ranjang. Kemudian dengan cekatan Astuti dan Anita menyiapkan baju ganti untuk Bapak dan Ibunya ke dalam tas. Dan Dwi dengan tak kalah cekatan berganti pakaian dan menyiapkan menyiapkan segala kebutuhan dengan instruksi Ibunya.

Mereka bertujuh bersama membawa tubuh Bapaknya yang belum sadarkan diri menuju rumah sakit yang ada di kota yang jaraknya sampai 10 kilometer.

Dengan isak tangis dari para perempuan keluarga Susanto, Komar melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi di atas rata-rata.

Beruntung lalulintas tak begitu ramai sehingga mobil cepat sampai.

Dengan cepat dan cekatan mereka menggotong tubuh Bapaknya hingga ke brangkar yang disiapkan para perawat kemudian mendorongnya hingga pintu UGD.

"Maaf ya Bapak, Ibu, selain pasien dilarang masuk. Tunggu di luar saja ya, nanti kita kabari setiap perkembangan pasien" ucap salah satu perawat sebelum pintu UGD tertutup rapat.

Bu Suci menunduk dan masih menangis membayangkan dirinya apabila kehilangan suaminya. Ia harus bagaimana dan berbuat apa tanpa bantuan suaminya.

Ketiga anaknya yang mengetahui kesedihan Ibunya dengan pelan menenangkan hati ibunya.

"Semua akan baik-baik saja Bu" ucap Dwi menenangkan.

"Sudah ya Bu, Bapak pasti sembuh" ucap Astuti pelan sambil mengelus-elus pundak Ibunya.

"Ibu yang tenang ya" saut Anita tak mau kalah.

"Maafkan Ibu yang tak bisa merawat Bapakmu yang sudah sakit, sampai terjadi seperti ini" ucap Bu Suci terbatas-bata.

"Ibu sudah sangat membantu Bapak kok Bu. Ibu sudah mengganti peran Bapak sebagai pencari nafkah untuk kita, Ibu juga selalu tanpa henti dan tanpa mengeluh membelikan obat buat Bapak yang harganya tidak murah. Kami saja anakmu yang tak bisa membantu apapun dan tak bisa berbuat apapun untuk Ibu dan Bapak" ucap Dwi menenangkan.

"Sudah ya Bu, kita berdo'a saja semoga Bapak bisa tertolong dan bisa sembuh seperti sedia kala" ucap Astuti.

"Aamiin" jawab semuanya.

Mereka akhirnya saling khusuk berdo'a dan berdzikir masing-masing hingga terdengar adzan Subuh dari kejauhan.

Mereka secara bergantian melaksanakan sholat Subuh di mushola rumah sakit dan kembali lagi ke tempat semula mereka menunggu bersama-sama.

Pintu UGD terbuka setelah beberapa jam tertutup rapat, dan seorang dokter laki-laki setengah baya keluar dari ruangan tersebut dan menghampiri keluarga Pak Susanto.

"Keluarga Bapak Susanto?" ucap Dokter tersebut.

Semua mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan dokter tersebut.

"Salah satu perwakilan keluarga ikuti saya ke ruangan saya ya" lanjut dokter tersebut.

Dwi dengan cepat mengikuti langkah dokter tersebut.

"Dengan putranya Bapak Susanto ya?" ucap dokter tersebut setelah mereka duduk saling berhadapan.

"Kondisi Pak Susanto sudah sadar dan sudah stabil. Untuk memudahkan kami memantau kondisi kesehatan Bapak anda, sebaiknya beliau di rawat untuk beberapa hari disini hingga kondisinya sehat kembali. Tolong beri jawaban kami segera dan urus administrasi segera agar Bapak anda segera dipindahkan ke kamar perawatan" jelas dokter Nugroho.

"Baiklah dok, kami setuju Bapak dirawat untuk memulihkan kesehatannya kembali" ucap Dwi cepat.

"Baiklah. Segera urus administrasinya ya" ucap dokter Nugroho kembali.

"Baik dok. Terimakasih dan saya permisi" ucap Dwi dan berdiri kemudian berlalu dari hadapan dokter Nugroho.

Dwi datang pada keluarganya dan menceritakan semuanya pada keluarganya dan semuanya pun setuju dengan langkah Dwi ambil.

Setelah semua beres dan Pak Nugroho dipindahkan di kamar perawatan akhirnya semua anak dan menantunya serta istrinya mengelilinginya.

"Maafkan Bapak yang telah mengganggu istirahat kalian. Terutama Astuti dan nak Komar" ucap Pak Susanto yang merasa bersalah dengan kondisinya saat ini.

"Nggak Psk. Siapa sih yang mau seperti ini kalo di tanya" ucap Bu Suci pada suaminya sambil memijat kakinya. Begitupun yang lain juga memijat anggota tubuh Pak Susanto yang lain.

Kemudian Dwi mengarahkan yang lain pulang dan ia yang akan menunggui Bapaknya dan bergantian malam nanti dengan yang lain. Namun Bu Suci menolaknya. Ia ingin menjaga suaminya setidaknya untuk hari ini ia merasa masih kuat menunggu sendiri.

Akhirnya semua berunding untuk bergiliran menunggu Bapaknya. Dan saat ini Bu Suci dan Mas Dwi yang menunggu Pak Susanto. Sedangkan Anita, Astuti dan Komar pulang untuk beristirahat.

Anita setelah sampai rumah bersiap untuk sekolah dengan mengendarai motor sendiri. sedangkan Astuti dan Komar langsung beristirahat du kamar mereka.

Pagi, siang kemudian sore begitu waktu bergulir, tak terasa malam pun beranjak. Anita tengah bersiap untuk menggantikan kakak dan Ibunya berjaga menunggu Bapaknya di rumah sakit, begitupun Astuti dan Komar.

Namun Anita melihat wajah kelelahan dari kakak perempuannya tersebut berbeda dari pagi tadi. Padahal pagi tadi semuanya tak ada yang memejamkan mata, namun tak ada yang merasa kelelahan.

"Mbak Astuti kayaknya kecapean deh Mas, sebaiknya aku sendiri aja yang ke rumah sakit Mas. Mas Komar tungguin Mbak Astuti aja" usul Anita.

"Aku nggak papa kok" jawab Astuti.

"Adikmu benar, sebaiknya kamu di rumah aja, daripada kamu nungguin Bapak malah kamu ikutan sakit" ucap Komar sambil mengedipkan satu matanya pada istrinya tersebut.

"Bener kata Mas Komar. Sudah, istri harus nurut pada suaminya" jawab Anita kembali.

"Baiklah, tapi Mas Komar tolong anterin Anita ke rumah sakit ya Mas, nanti pulangnya Ibu di ajak pulang bareng. Kasihan Ibu pasti kelelahan" ujar Astuti.

"Iya dek. Biar Mas Dwi temani dek Anita disana. Laki-laki pasti lebih kuat dari perempuan" jawab Komar.

"Maksudnya?" ucap Anita dan Astuti bersama-sama.

"Maksudnya biar dek Dwi disana bareng dek Anita nungguin Bapak. Dek Dwi laki-laki pasti masih kuat nunggu Bapak di sana" jelas Komar.

"Iya lah Mas Dwi sama aku. Masa aku sama Mas Komar kan ya nggak boleh. Masa pengantin baru tidurnya pisahan apa kata dunia" goda Anita pada keduanya sambil berlalu.

Astuti dan Komar saling berpandangan dan tersenyum bersama.

Astuti mendorong tubuh suaminya ke arah pintu keluar.

"Bener nih nggak papa aku tinggal sendirian di rumah?" tanya Komar pada istrinya.

"Nggak papa mas, nanti semua pintu aku kunci dan tak ajan aku buka sekalipun ada tamu kecuali Mas yang pulang nanti. Lebih bahaya Anita yang dibiarkan pergi sendirian malam-malam dari pada aku yang di rumah aja sendirian" jelas Astuti pada suaminya.

"Iya-iya aku berangkat dulu ya" ucap Komar pada istrinya. Dan istrinya menganggukkan kepalanya sambil mencium takzim tangan suaminya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!