"Ibu khawatir kalau Bapakmu kecapean dan ngedrop lagi. Obatnya tadi dah dimun apa belum?" tanya Bu Suci pada Dwi yang selalu menjadi pengawal Bapaknya.
"Sudah Bu" jawab Dwi mantap.
"Aaaaaaaaaaa........"
Terdengar teriakan dari ruang tamu yang terdengar seperti suara Anita.
Bergegas Ibu dan Dwi berjalan cepat ke sumber suara.
"Ada ap...?" belum selesai Ibu bertanya kembali Ibu ikut terkejut melihat situasi yang ada di hadapannya.
Terlihat Pak Susanto pulang dengan tidak baik-baik saja. Ia di papah dua orang setelah sebelumnya di antar menggunakan mobil.
Setelah Pak Susanto berhasil di bawa hingga kamarnya barulah Dwi menginterogasi kedua orang yang telah mengantarkan Bapaknya tersebut.
"Anita tolong buatkan minum untuk tamu kita" perintah Dwi pada adiknya karena ART mereka telah pulang mengingat hari sudah sore.
"Iya Mas" jawab Anita sambil bergegas.
Sedangkan Bu Suci menemani suaminya di kamar dengan memberikan beliau minum air putih.
Setelah situasi mulai tenang barulah Bu Suci mulai bicara dengan suaminya tersebut walau nafas Pak Susanto masih tersengal-sengal.
"Bapak tadi sudah makan?" tanya Bu Suci dengan penuh kelembutan.
Pak Susanto menjawabnya dengan menggelengkan kepalanya.
"Berarti belum minum obat ya?"
Sekali lagi Pak Susanto menggelengkan kepalanya.
Bergegas Bu Suci ke belakang dengan mengambilkan sepiring nasi hangat berikut sayur dan lauknya.
Dengan pelan-pelan dan telaten Bu Suci menyuapkan nasi pada mulut suaminya dan suaminya pun menyambutnya dengan menahan sesak nafasnya.
"Maaf Pak, tadi bapak saya kenapa ya kok bisa sampai sesak nafas seperti itu?" tanya Dwi dengan hati-hati setelah sebelumnya kedua tamunya dipersilahkan untuk minum teh hangat yang disediakan Anita.
"Begini mas Dwi. Kami tadi sedang berbincang dengan beliau mengenai kesepakatan harga kayu. Kami sepakat dengan harga sesuai negosiasi sebelumnya tapi tiba-tiba suplier saya yang dari Kalimantan memberi kabar bahwa harga kayu olahan turun drastis, hingga saya merugi besar.
Karena saya merugi jadi saya minta untuk tidak meneruskan untuk kali ini pembelian kayu yang telah kita sepakati sebelumnya kepada bapak.
Atau pilihan kedua karena kayu sudah diperjalanan kita sesuaikan harga dengan harga olahan kayu yang terbaru.
Mungkin karena kaget Pak Santoso tiba-tiba sesak nafas.
Kami sudah berusaha untuk menenangkan nya dan mengatakan beliau bahwa harga anjlok seperti ini hanya di saat ini dan memberi beliau air putih tapi tetap saja nafasnya terlihat berat jadi kami antarkan beliau pulang.
Maafkan kami ya Mas Dwi kalau membuat Pak Santoso seperti ini".
"Oooo, seperti itu ceritanya" jawab Dwi setelah mendengar penjelasan Pak Ahmad dan anaknya Ali.
Dan kemudian Anita keluar dengan membawa nampan berisi tiga gelas dan kemudian meletakkan satu persatu gelas yang berisi teh manis ke hadapan kedua tamunya dan kakaknya.
"Terimakasih mbak" ucap Ali pada Anita. Anita hanya menganggukkan kepalanya.
"Mari diminum Pak, dek" ucap Dwi mempersilahkan tamunya.
"Maafkan Bapak kami ya Pak, Dek, kalau sudah merepotkan kalian. Memang selama Bapak menekuni kayu ini, Bapak jarang merugi, jadi mungkin Bapak kaget dengan rugi yang cukup besar ini" ucap Dwi pada tamunya tersebut.
"Nggak apa-apa Mas Dwi, memang dunia perdagangan seperti itu. Kita harus siap dengan naik turun harga secara drastis dan tiba-tiba" saut Pak Ahmad.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments