"Iya-iya aku berangkat dulu ya" ucap Komar pada istrinya. Dan istrinya menganggukkan kepalanya sambil mencium takzim tangan suaminya.
"Ayo dek" ajak Komar pada Anita yang masih berdiri di teras rumahnya.
Anita beranjak naik mobil kakak iparnya duduk di samping kakak iparnya tersebut.
"Kamu katanya disukai Gilang ya dek?" tanya Komar pada adik iparnya setelah beberapa saat mobil melaju di jalan raya.
"Mas Komar tau darimana?" tanya Anita enteng.
"Dia yang cerita sendiri, malah aku yang kasih dia nomer ponselmu" jawab Komar.
"Jadi Mas Komar yang kasih dia nomer ponselku, pantesan aja dia bisa kirim pesan ke aku" ucap Anita.
"Nggak papa lah temenan aja dulu. Dia orangnya baik kok" jelas Komar.
"Baik si baik, tapi aku nggak biasa temenan sama laki-laki" ucap Anita.
"Kenapa?" tanya Komar penasaran.
"Ya kan temenan sama lawan jenis pasti nggak bisa tulus kaya kita temenan sama sesama jenis. Kalau kita temenan sama lawan jenis pasti salah satunya ada yang ngarep, baper, suka itu pasti" terang Anita.
"Kamu kok tau banget masalah seperti itu?" tanya Komar lagi.
"Ya aku kan belajar dari kakak-kakakku" jelas Anita.
"Memang gimana kakak-kakakmu?" tanya Komar penasaran.
"Ya pokonya kakak-kakakku itu kakak-kakak terbaik sedunia. Mereka selalu mengajarkan aku banyak ilmu tanpa menggurui. Pokonya the best deh" jelas Anita.
"Iya dong, kalau nggak the best ya nggak akan aku pilih lah" jawab Komar sambil tertawa lebar.
Akhirnya mereka sampai di rumah sakit tanpa terasa. Dan mereka berjalan berdampingan menuju ke kamar perawatan Pak Susanto yang berada di lantai 3.
"Assalamualaikum" ucap keduanya kala membuka pintu kamar ruang tersebut.
"Wa'alaikumsalam" jawab beberapa orang dari dalam.
Nampaknya Bapak tengah kedatangan beberapa tamu yang menjenguknya.
Keduanya masuk bersama dengan disambut senyuman dari semua yang berada di ruangan tersebut.
"Anita, nak Komar ini teman Bapak dulu waktu sekolah" ucap Pak Susanto pada keduanya dan merekapun menyalami para tamu tersebut dan mencium tangan mereka.
"Ini pengantin barunya ya?" tanya salah satu dari mereka.
"Iya, tapi ini pengantin pria nya. Pengantin perempuan nya di rumah. Ini adiknya Dwi ini" jelas Pak Susanto.
"O, begitu. Ya sudah ya Pak Sus, semoga cepat sembuh dan saya mau pamit mau melanjutkan pekerjaan lagi" ucap salah satu dari mereka.
"Oh iya kawan, makasih atas do'Abdan kunjungannya, semoga kita bisa terus berhubungan sebagai saudara" ucap Pak Susanto lancar.
"Iya Aamiin. Nanti kalau sudah sembuh harus berkunjung ke rumahku loh" ucap lainnya.
"Insyaa Alloh" ucap Pak Susanto.
Setelah mereka keluar dari kamar tersebut Pak Susanto menjelaskan bahwa ketiga orang tersebut adalah teman sekolahnya dan yang salah satu diantaranya bekerja di rumah sakit tersebut sebagai kepala tata usaha.
"Anita sayang, kamu kan mau ujian kenapa kesini nak, nggak dirumah aja belajar?" tanya Bapak pada Anita.
"Anita bisa belajar dimana aja Pak, nggak usah khawatir uni juga bawa buku buat dibaca disini. Sekarang Ibu pulang ya, Ibu istirahat di rumah. Besok kan bisa kesini lagi" ucap Anita dengan halus.
"Iya, iya Ibu mau pulang. Dwi kamu mau pulang apa masih mau disini?" tanya Ibu.
"Dwi biar disini dulu temenin adik belajar bu..." jawab Dwi.
"Baiklah, ayo nak Komar. Kasian Astuti sendirian di rumah" ucap Bu Suci.
"Mari Bu" jawab Komar.
"Pak, Ibu pulang dulu ya. Mudah-mudahan besok Bapak sudah boleh pulang" pamit Ibu pada Bapak.
"Aamiin" jawab Bapak.
Ibu mencium tangan Bapak dengan takzim, disusul Komar.
"Maaf ya nak Komar, rencana kita untuk bersilaturahmi ke keluarga nak Komar gagal" ucap Bapak pada Komar.
"Nggak apa-apa Pak. Keluarga di sana juga memakluminya. Yang penting Bapak sehat dulu" jawab Komar.
"Iya nak" ucap Bapak.
Sepeninggal Ibu dan Komar, Anita mendekat pada Bapaknya dan meletakkan kepalanya dengan manja pada pundak Bapaknya tersebut.
"Uh...manja" ucap Dwi.
"Biarin ya Pak" jawab Anita mencari pembelaan.
Bapaknya hanya ketawa melihat kedua anaknya yang saling ejek. Kemudian Bapak membelai rambut anak gadisnya dengan tangan sebelahnya yang terdapat selang infus.
"Bapak sudah baikan?" tanya Anita.
"Alhamdulillah, Bapak sudah lebih baik dari siang ini" ucap Bapak meyakinkan.
"Iya, Bapak harus segera pulih supaya kita bisa jalan-jalan ke kota T, ke Ibukota, ke perpisahan sekolahku. Banyak deh..." ucap Anita manja.
"Iya, iya. Sebentar lagi pasti Bapak pulih sayang" jawab Bapak.
Setelah malam mulai larut dan Bapak telah terlelap tidur karena pengaruh obat, selanjutnya Anita mulai membuka-buka buku di sofa. Sedangkan Dwi berada di sofa sebelahnya telah terlelap juga.
Handphone Anita yang telah di silent ternyata berkedip tanda pesan masuk.
'Maaf dik Anita, aku dengar Bapak di rawat di rumah sakit ya. Aku turut mendo'akan semoga Bapaknya dek Anita cepat sembuh ya'
Pesan dari Gilang.
'Terimakasih Mas Gilang atas do'a dan perhatiannya pada Bapak. Semoga Alloh mendengar dan mengabulkan do'a Mas Gilang' jawab Anita.
'Iya dek. Ini kita keluarga sedang bersiap mau datang ke sana esok pagi-pagi' lanjut Gilang.
'Tidak usah repot-repot. Cukup do'akan saja dari sana' jawab Anita.
'Tidak repot kok' jawab Gilang.
Setelah menjawab pesan dari Gilang, Anita langsung tertidur dan tak sempat membaca pesan yang terakhir.
Pagi sekali Dwi terbangun terlebih dahulu kemudian sholat tahajjud. Setelah sholat dan berdzikir, Dwi bermaksud membangunkan adiknya namun matanya terfokus pada benda pipih yang berada di sebelah kepala adiknya.
Dengan hati-hati Dwi membuka isi chat adiknya dan menemui beberapa chat dari laki- laki. Diantaranya dari Johan yang ia hafal betul nomornya dan satu lagi ia menebak mungkin laki-laki saudara Komar.
Dwi lega ketika ia membaca chat dari Johan yang tak pernah dibalas adiknya, bahkan nomornya telah di blokir adiknya. Namun ia cukup kecewa ketika laki-laki saudaranya Komar ternyata dibalas oleh adiknya. Dan terakhir dari isi chat tersebut bahwa keluarga Komar akan datang berkunjung.
Akhirnya Dwi tetap membangunkan adiknya untuk melaksanakan sholat sunnah tahajjud. Dan saat Dwi membangunkan adiknya ternyata Bapakpun ikut terbangun dan meminta Dwi mengantarkan ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan sholat sunnah tahajjud.
"Pak, keluarga Mas Komar nanti mau datang kesini nengok Bapak" ucap Dwi memberitahukan Bapaknya.
"Mengapa repot-repot. Baru dua hari yang lalu dari sini masa kesini lagi" jawab Bapak bingung.
"Entah Pak, kita juga sebenarnya nggak enak hati harus merepotkan mereka jauh-jauh dari luar kota" jawab Dwi.
"Kamu kabari Ibu supaya siap-siap nak..." perintah Bapak pada Dwi.
"Baik Pak" jawab Dwi.
Tak seberapa lama Adzan Subuh berkumandang.
Dwi memanggil adiknya untuk mendekat dan sholat berjamaah bertiga dengan Bapak tetap diatas tempat tidur dengan sholat sambil duduk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments