Episode 7

Ada rasa bahagia ternyata banyak orang yang ingin menyaksikan momen bersejarah keluarga Susanto namun juga membuat panik Budhe Nurul yang merupakan kakak dari Pak Susanto yang bertanggung jawab mengurusi hidangan untuk para tamu.

Setelah acara sambutan-sambutan serah terima antara kedua belah pihak dilaksanakan tibalah acara akad nikah. Bapak Susanto menjabat tangan Komar.

"Ya Muhammad Nur Komar bin Haji Ashari saya nikah kan dan kawinkan engkau dengan anak kandung saya bernama Astuti Suciawati dengan mas kawin perhiasan emas 20 gram tunai" ucap Pak Susanto mantap.

"Sah?" tanya penghulu pada kedua saksi bergantian dan kedua saksi menyatakan "sah".

"Alhamdulillah" jawab semua yabg hadir di tempat tersebut. Setelah itu penghulu membacakan do'a untuk kebaikan kedua mempelai.

Setelah pembacaan do'a acara selanjutnya panggih temanten dalam adat jawa yaitu dipertemukannya pengantin pria dengan pengantin wanita.

Astuti dengan ditemani Anita keluar dari kamarnya dan dipertemukan dengan laki-laki yang sekarang telah sah menjadi suaminya.

Setelah mereka berhadapan Komar mengulurkan tangannya dan disambut oleh Astuti dan cium sebagai tanda baktinya kepada suaminya.

Setelahnya Komar memberikan maharnya kepada Astuti, setelahnya penandatanganan dokumen pernikahan.

Acara selanjutnya sungkem untuk yang pertama kalinya sebagai pasangan suami istri kepada orang tua keduanya, baik orang tua Komar maupun Astuti untuk meminta restu agar rumah tangga yang akan mereka jalani bisa bahagia dan langgeng di dunia dan akherat kelak.

Sesi selanjutnya sesi ramah tamah dan foto-foto keluarga. Disini lah kedua keluarga saling berbaur dan memperkenalkan diri masing-masing.

Meski acaranya sederhana, namun kesan sakral, hikmat dan kekeluargaan begitu terlihat dan terasa bagi kedua belah keluarga.

Kebahagiaan pun terlihat jelas pada kedua mempelai yang tengah berpose dalam berbagai gaya dengan saudara dan teman dekat mereka yang mereka undang secara pribadi.

Semalam Dwi memanggil beberapa temannya yang biasa mendekorasi ruangan untuk berbagai acara menyulap ruang tamu dan ruang keluarga rumah Pak Susanto yang memang berukuran lebih besar dari rumah lain pada umumnya menjadi tempat yang indah dan juga dekorasi utama sebagai tempat duduk kedua mempelai juga dibuat secara sederhana namun indah di pandang mata.

"Namanya siapa dek?" salah satu kerabat laki-laki Komar berusaha mendekati Anita.

"Anita" jawab Anita singkat dengan wajah biasa yang ia perlihatkan pada laki-laki tersebut. Tidak ramah juga tidak judes.

"Oh...namaku Gilang" laki-laki tersebut mengulurkan tangannya untuk bersalaman kepada Anita.

Anita menyambutnya, sekali lagi dengan wajah yang sulit ditebak, ia suka pada perkenalan ini atau sebaliknya.

"Masih sekolah dek?" tanya Gilang selanjutnya.

"Masih. kelihatan kan kalau aku masih muda" jawab Anita.

"Iya kelihatan masih imut-imut. Kelas berapa?" lanjut Gilang terus berusaha mendekati Anita.

"Tiga SMP" jawab Anita.

"Oh...masih SMP" jawab Gilang.

"Anita di panggil ibu tuh" ucap Dwi saat muncul dari pintu dalam.

"Iya Mas" jawab Anita yang kemudian pergi meninggalkan Gilang yang tengah berusaha keras mendekatinya.

Anita masuk kedalam.rumah kemudian masuk ke dalam kamarnya. Anita paham apa yang dimaksudkan kakaknya bahwa sebenarnya ia tak dipanggil ibunya namun untuk memisahkan ia dengan laki-laki yang baru dikenalinya tadi.

Anita tak marah sama sekali ketika kakak laki-lakinya begitu khawatir padanya, bahkan ia merasa bahagia karena ada yang melindunginya dan menjaganya dengan sangat baik.

'Terimakasih mas' tulis Anita pada chat yang sengaja ia kirim untuk kakak laki-lakinya yang sangat ia sayangi.

'nggak usah GR kamu, sudah menjadi kewajibanku melindungi adik perempuanku dari laki-laki yang tak dikenal' jawab chat dari Dwi pada adiknya.

Anita senyum-senyum sendiri dari dalam kamarnya.

Tak lama kemudian ada suara ketukan pintu dari luar kamarnya.

Anita membuka pintu kamarnya pelan-pelan.

"Budhe" ucap Anita.

"Ayo bantu Budhe buat bungkusin makanan buat para tamu" ucap Budhe Wiwik.

"Siap Budhe" jawab Anita.

Dengan cekatan Anita membantu Budhenya membungkus makanan yang akan diberikan kepada para tamu untuk oleh-oleh saat mereka pulang.

"Kamu kapan rencana nikahnya?" tanya Budhe pada Anita sambil senyum-senyum menggodanya.

"Ih...Budhe, Anita kan masih kecil masa mau nikah, sekolah aja belum kelar" jawab Anita dengan manjanya membuat Budhe Wiwik tertawa melihat kelucuan keponakannya yang biasa ia cubitin pipinya karena gemas.

"Kalau begitu pasti sudah punya pacar ya..." goda Budhe Wiwik lagi.

"Ih...nggak boleh pacar-pacaran tau Budhe. Dosa..." jawab Anita.

"Alhamdulillah keponakan Budhe pinter sekarang" ucap Budhe Wiwik.

"Dari dulu Budhe" jawab Anita dengan genit nya.

"Iya, jangan pacar-pacaran dulu. Yang penting sekolah dulu yang tinggi sampai sarjana biar dapat orang besar, pejabat tinggi" ucap Budhe Wiwik.

"Aku nggak mau sekolah lagi budhe, biarlah aku dapat orang yang biasa aja nggak papa asal dia bisa menyayangi dan mencintai Anita apa adanya Budhe" jawab Anita memelas.

"Memangnya kenapa nggak mau sekolah lagi?" tanya Budhe Wiwik menyelidik.

"Kasihan Ibu dan Bapak Budhe" jawab Anita singkat.

"Anak yang baik. Semoga kamu beruntung ya nak" ucap Budhe Wiwik.

"Aamiin. Makasih do'anya Budhe" jawab Anita.

Kemudian Anita sibuk membantu keluar masuk membawa paket makanan yang telah dikemasnya ke dalam bagasi masing-masing mobil yang terparkir di luar sesuai jumlah kok nya.

Gilang yang melihat kesibukan Anita berusaha mencari perhatian dengan membantu Anita.

"Aku bantu ya dek" ucap Gilang.

"Terimakasih Mas" jawab Anita dengan senyum ramahnya.

Untuk beberapa saat Gilang terpesona dengan senyum manis dari Anita yang baru dilihatnya pertama kali.

"Ayo Mas, katanya mau bantu" ucap Anita menyadarkan Gilang dari lamunannya.

"Eh iya dek" jawab Gilang gelagapan.

Kemudian Gilang mengikuti langkah Anita masuk kedalam rumahnya dan mengambil beberapa paket bingkisan persis seperti yang diinstruksikan Anita.

Mereka terus melakukannya hingga semua mobil telah terisi.

"Terimakasih ya Mas" ucap Anita kemudian masuk ke dalam rumahnya.

Gilang ingin mencegah Anita pergi karena ia ingin mengobrol banyak dengannya, namun langkah Anita kalah cepat dengan ucapannya.

Anita tau benar apa yang ada di otak laki-laki tersebut. Anita hanya ingin memanfaatkan tenaga laki-laki itu saja, tidak lebih.

Anita telah belajar banyak dari kakak laki-lakinya mengenai sifat laki-laki dan siasat laki-laki yang akan menggunakan 1001 cara untuk mendekati perempuan yang ia sukai walau baru pertama kali melihatnya sekalipun.

Laki-laki akan melihat lawan jenisnya pertama kalinya itu karena fisik. Jadi nggak usah berharap laki-laki mencintai dan menyayangi kita pada pandangan pertama seperti yang selalu diharapkan Anita. Begitu pesan Kakaknya pada Anita.

Suatu saat pasti akan ada laki-laki datang dengan niat tulus ikhlas meminta dengan baik-baik kepada Bapak dan Ibu. Jadi kodrat wanita adalah menunggu orang yang tepat. Jika yang datang bukan laki-laki yang kita baik, sebagai wanita kita pun berhak menolak dengan cara yang baik dan tidak menyakiti. Begitu pesan kakak laki-laki Anita pada adik perempuan satu-satunya itu.

Terpopuler

Comments

Adico

Adico

kak mampir ya nanti heem aku tunggu

2022-10-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!