Suatu saat pasti akan ada laki-laki datang dengan niat tulus ikhlas meminta dengan baik-baik kepada Bapak dan Ibu. Jadi kodrat wanita adalah menunggu orang yang tepat. Jika yang datang bukan laki-laki yang tidak baik, sebagai wanita kita pun berhak menolak dengan cara yang baik dan tidak menyakiti. Begitu pesan kakak laki-laki Anita pada adik perempuan satu-satunya itu.
Para tamu sudah pamit pulang. Dari pihak keluarga pun satu persatu pamit pulang. Tinggallah keluarga inti seperti sedia kala lagi yang berkumpul di rumah dan tambah seorang anggota baru.
Beberapa pekerja yang memberesi perabot sewaan serta membongkar dekorasi yang telah terpakai berseliweran keluar masuk. Hanya beberapa orang saja, tapi cukup membuat riuh suasana rumah yang beberapa jam telah tenang tadi.
"Anita" salah satu kru dekorasi memanggil nama Anita.
Anita hanya menengok sebentar kemudian melanjutkan aktivitas bersih-bersih rumahnya.
"Johan" batin Anita.
Tapi seperti biasa, wajah Anita hanya datar melihat orang yang memanggilnya tersebut.
"Sombong" ucap laki-laki tersebut kemudian melihat reaksi Anita.
Anita tak bergeming mendengar kata yang keluar dari mulut Johan.
Anita tetap melanjutkan aktivitasnya.
"Mbak Anita, ini ada titipan tadi dari laki-laki saudaranya Mas Komar" tiba-tiba Rina anaknya Budhe Wiwik datang dan memberikan secarik kertas pada Anita.
"Makasih ya Rin" ucap Anita pada anak kecil bernama Rina tersebut.
"Iya Mbak Anita" jawab anak kecil tersebut.
Anita masuk kedalam kamarnya setelah menyelesaikan aktivitasnya.
Ia membuka kertas yang di dapatnya tadi.
'Call me Gilang' kata yang ada di kertas tersebut dengan sederet nomer hp tertera di dalamnya.
Anita hanya melegakannya di atas meja belajarnya. Tak berniat menyimpannya namun juga tak tega membuangnya.
Menjelang Maghrib setelah beres-beres rumah selesai oleh semua penghuni rumah, semua berkumpul dalam keadaan sedikit terlihat segar karena habis mandi dan wudlu untuk menunggu adzan maghrib dan sholat berjamaah seperti biasanya.
Setelah adzan maghrib terdengar, satu persatu memposisikan diri untuk sholat berjamaah.
"Nak Komar jadi imamnya ya" ucap Bapak.
"Nggak Bapak saja" jawab Komar.
"Nggak boleh nolak ya" jawab Dwi segera.
"Baiklah" Akhirnya Komar menyerah dan maju memposisikan diri menjadi imam sholat.
Setelah sholat, Komar memimpin dzikir dengan jahr dan yang lain mengikuti di lanjutkan do'a.
Ada kekaguman tersendiri di hati orang-orang yang ada di ruangan tersebut pada Komar yang ternyata bacaan Al-Qur'annya bagus dan fasih dalam melantunkan dzikir serta do'a.
Setelah setelah ritual peribadahan selesai hingga sholat Isya, mereka semua makan malam bersama dengan hati yang bahagia terutama Bapak dan Ibu Susanto yang hubungan keduanya telah mencair kembali dan kompak kembali saat Astuti dan Dwi pulang.
"Ternyata mantu kita pinter agama ya Bu" ucap Pak Susanto pada istrinya.
"Iya pak, Ibu juga kaget dan nggak nyangka tadi Pak. Alhamdulillah ya Pak, Astuti tidak salah pilih. Semoga mereka bahagia ya Pak" ucap Bu Suci.
"Aamiin" jawab Pak Susanto disela-sela mereka saling membantu menyiapkan hidangan makan malam.
"Ayo, pimpin do'a sebelum makan Mas Komar" ucap Dwi pada kakak ipar barunya.
Komar menengadahkan tangan mengucap do'a sebelum makan dengan diikuti yang lain.
Mereka makan dengan lahap tanpa mengobrol sama sekali seperti aturan yang selalu di tekankan Bu Suci pada anak-anaknya bahwa dilarang berbicara saat makan.
Saat acara makan selesai, mereka duduk di ruang keluarga bersama-sama.
"Astuti, nak Komar, kami minta pendapat kalian, kira-kira kapan keluarga kita berkunjung balasan dan silaturahmi ke keluarga nak Komar di Kota T?" tanya Bapak pada menantunya.
"Sebaiknya hari minggu besok saja Pak. Kemarin Mama dan Papa juga sudah memberikan pesan sama saya untuk di sampaikan ke Bapak dan Ibu" jawab Komar dengan hormatnya.
"Baiklah, kita berarti ada waktu satu hari besok untuk memberitahu keluarga dan persiapan kesana" jawab Pak Susanto.
"Iya Pak" jawab Komar.
Kemudian mereka saling berbincang satu sama lain.
"Dek Anita kapan ujiannya?" tanya Komar pada Anita.
"Besok senin Mas" jawab Anita.
"Ya Kita kayaknya kita besok Minggu nggak pulang lagi kesini" ucap Astuti kemudian.
"Kenapa?" jawab Anita
"Kita besok Minggu mau nginep di rumah Mas Komar terus hari Kamis kita langsung ke Ibu kota" jawab Astuti.
"Ya aku nggak ada yang ngajarin belajar dan nggak bisa ketemu Mbak lagi dong" jawab Anita.
"Kamu kan pinter, jadi bisa dong belajar sendiri. Masalah ketemu sama Mbak Astuti gampang nanti saat kamu selesai ujian dan libur kita bisa ke Ibukota bersama" ucap Ibu menengahi.
"Bener Bu?" tanya Anita meyakinkan.
"Iya. Asal janji, nilai ujian kamu harus bagus-bagus" ucap Bu Suci.
"Dengar tu" ucap Dwi menyela.
"Iya Bu, Anita usahain" jawab Anita semangat.
Mereka mengobrol hingga larut malam. Dan satu per satu beranjak pergi ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
Tak terkecuali pengantin baru yang untuk pertama kalinya mereka tidur bersama. Rasa syukur mereka panjatkan setelah apa yang mereka rencanakan ternyata melebihi dari rencana mereka.
Anita memasuki kamar paling akhir setelah Pak Susanto beranjak mengecek pintu satu persatu.
Anita masuk kamar tidak langsung tidur, melainkan ia terlebih dulu membaca buku kisi-kisi soal ujian dari buku yang ia dapatkan dari kakaknya Astuti dan Dwi.
Kurang lebih satu jam Anita membaca-baca buku tersebut hingga rasa kantuk pun menyerangnya.
Saat Anita dalam posisi siap tidur tiba-tiba Handphone berbunyi notifikasi pesan masuk.
Dengan mata yang hampir terpejam Anita membuka pesan yang datang padanya.
Ada dari Johan dan satu nomor baru.
'Anita, apa kabar?. Apa kau sudah meberima pesan dariku?. Kenapa kau tak mengirim pesan padaku. Aku menunggu-nunggu pesan darimu loh'
"Berarti dia berharap aku mengejarnya" gumam Anita.
"Enak aja" jawab Anita lagi bermonolog.
Satu pesan Anita buka kembali.
'Good night Anitaku sayang, tidur yang nyenyak ya. Mimpikan aku dalam tidurmu' isi pesan dari Johan yang membuat Anita bergidig.
Anita tak menyimpan nomor laki-laki siapapun, sekalipun ia temannya. Ia tak mau memberi peluang lagi pada laki-laki manapun yang berusaha mendekatinya setelah wejangan demi wejangan kakak laki-lakinya berikan.
Ibunya juga telah menceritakan bagaimana perlakuan ayahnya Johan pada keluarganya dan juga cerita bahwa Johan pernah menyukai dan mengejar-ngejar kakaknya. Jadilah Anita sangat membatasi diri dalam berteman dengan lawan jenisnya.
Anita meletakkan HP pada tempatnya semula dan ia mulai memejamkan matanya untuk beristirahat setelah seharian tadi beraktivitas tanpa henti.
"Aaaaaa......" tiba-tiba terdengar teriakan yang membuat seisi rumah keluar kamar masing-masing mencari sumber suara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments