"Johan? Johan siapa?" suara yang datang dari arah berlawanan membuat Anita dan Dwi terlonjak karena kaget.
"Ibu, buat kami kaget aja" ucap Dwi.
"Ibu tanya siap Johan?" Ibu Suci mengulangi pertanyaannya.
"Johan temenku bu, anaknya Pak Priyadi" jawab Dwi.
"Anaknya Priyadi?. Nggak ada temen-temenan sama anak si Priyadi itu. Bapaknya nggak bisa di percaya pasti anaknya juga seperti itu" ucap Bu Suci sambil berjalan menuju meja makan.
"Ayo Anita bersihkan badanmu dulu lalu sholat baru kita makan bersama" ajak Bu Suci.
"Loh, pada belum makan siang?. Ini udah Ashar loh" jawab Anita.
"Makanya kamu cepat bersih-bersih, kakakmu makan nungguin kamu pulang katanya" jawab Bu Suci lembut tidak seperti biasanya yang selalu ngegas bila berucap.
"Kamu di rumah lama kan nanti Dwi?" tanya Pak Susanto saat mereka berkumpul di ruang makan dan Astuti pun ada di sana.
"Aku ambil cuti tahunan ku yang belum pernah aku ambil Pak, jadi dua minggu aku liburnya nanti" jawab Dwi.
"Baguslah kalau kamu banyak waktu di rumah, setidaknya Ibu dan Bapak jadi lebih tenang karena Anita jadi terkontrol" ucap Pak Susanto.
"Iya Dwi, adikmu satu itu beda sama kalian. Kalau dibilangin selalu saja menjawab, nggak pernah menurut" cerita Ibu pada Astuti dan Dwi.
"Anita memang begitu bu, harus pelan-pelan kalau kasih tau dia. Kalau dengan suara keras maka ia akan semakin keras" Dwi mengutarakan pendapatnya.
"Gimana Ibu nggak emosi, semua yang ia lakukan nggak ada yang bener. Belum lagi laporan gurunya yang kalau Anita nggak mengikuti pelajarannya, ya Ibu marah lah. Pelajaran yang tidak disukai malah dihindari bukan malah di pelajari letak ke tidak sukanya dimana" ungkap Bu Suci.
Sesaat kemudian Anita muncul dari dalam kamarnya dengan badannya kelihatan lebih segar.
"Sudah ya Bu, kita makan dulu" ajak Pak Susanto dengan lembut pada istrinya.
Semua terdiam tatkala Astuti mengisi semua piring yang ada di hadapan anggota keluarganya dimulai dari Bapaknya, Ibunya dan adik-adiknya, baru terakhir dia sendiri. Seakan punya filing, Astuti menyendokkan nasi untuk semuanya tanpa bertanya. Dan semua menyantap makanan yang ada di hadapan mereka dengan lahap.
Kebersamaan yang seperti inilah yang mereka rindukan setelah berbulan-bulan mereka tak saling jumpa.
Kesehatan Pak Susanto membaik, emosi Bu Suci pun menurun dan Anita juga berubah menjadi anak yang penurut. Semua berjalan begitu baik.
Setelah makan dan Astuti di bantu Anita membereskan meja makan dengan menyimpan kembali lauk pauk pada tempatnya serta mencuci piring-piring yang kotor dan membersihkan meja dari sisa-sisa makanan yang tercecer.
Astuti dan Anita bergabung lagi bersama yang lain yang masih di tempatnya semula di meja makan.
"Sudah bicara sama Komar dan keluarganya, besok mau datang jam berapa?" tanya Bu Suci setelah mereka duduk.
"Katanya dari rumah pagi jam 5 bu, jadi sampai disini antara jam 7 sampai jam 8 Bu" jawab Astuti.
"Baiklah, nanti Anita dan Astuti bantu ibu masak. Biar nanti Bapak dan Dwi bersih-bersih dan menyiapkan tempatnya" ucap Bu Suci.
"Iya Bu" jawab semua anak kompak.
Sore itu keluarga Pak Susanto di sibuk kan dengan acara yang akan berlangsung besok pagi. Dengan dibantu beberapa kerabat dari Pak Susanto yang tinggal di.sekitar rumah mereka.
Para ibu yang memasak untuk hidangan dan menyiapkan untuk menu sarapan pagi serta makan siang.
Semua terlihat kompak dan saling membaur seakan tak ada konflik sebelumnya yang membuat mereka bersitegang satu sama lain.
"Mbak Astuti nanti di rumah lama kan?" tanya Anita pada kakaknya.
"Mbak di rumah cuma seminggu dek" jawab Astuti.
"Ya kok sebentar si mbak" rajuk Anita.
"Mbak nggak ambil cuti dek, Mbak cuma ijin, jadi nggak bisa lama-lama. Takutnya kalau kelamaan libur nanti pekerjaan Mbak di ambil orang. Sayang kan?" jelas Astuti memberi pengertian pada adiknya.
Anita terdiam lesu.
"Sudah, baru juga sehari, masa udah cemberut begitu. Walau cuma seminggu tapi kan lumayan bisa nemenin kamu belajar pas ujian besok kan?" ucap Astuti berusaha menjaga mood adiknya.
"Iya kak, aku butuh orang buat nyemangatin aku besok pada saat ujian" ucap Anita.
"Iya, Mbak bantu support doa dan bantu belajar kamu nanti ya..." jawab Astuti dengan membelai rambut adiknya yang lembut dengan penuh perasaan.
Sore itu keluarga Susanto mereka mempersiapkan tempat untuk sholat berjamaah bersama seperti yang selalu mereka lakukan saat Astuti dan Dwi masih berada di rumah, dan kebiasaan tersebut menjadi hilang ketika Astuti dan Dwi pergi meninggalkan rumah untuk merantau.
Ibu dan Anita selalu menolak sholat berjamaah oleh Pak Susanto dengan berbagai alasan.
Hari ini benar-benar keluarga ini serasa hidup kembali dan mereka semua seakan menemukan senyum yang telah lama hilang dari keluarga ini.
Waktu Maghrib pun tiba. Secara bergantian mereka mengambil air wudlu dan setelah mereka berkumpul semua, Dwi mengumandangkan iqomah dan mereka semua dengan khusuk mengerjakan sholat dengan mengikuti gerakan imam mereka yaitu Pak Susanto.
Di akhir ibadah sholat, Pak Susanto memanjatkan doa untuk kebaikan keluarga mereka saat ini dan seterusnya. Bahkan beliau juga berdoa agar kelak di akherat mereka bisa di pertemukan kembali dan dikumpulkan lagi di dalam surganya Alloh.
Semua anggota keluarga Susanto mengaminkan doa-doa yang dipanjatkan kepala keluarga mereka.
Setelah berdoa dan dzikir serta membaca Al-Quran mereka tidak beranjak dari tempat tersebut, tapi mereka saling mengobrol satu sama lain, persis seperti yang selalu mereka lakukan dahulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Cliks Zuan
Momen Yang Mungkin Gak Bisa Diulangi Lagi
2024-02-08
1
Adico
Mungkin Sifat buruknya nurun ke Johan 😁😁😁
2022-09-24
1