Episode 6

Setelah berdoa dan dzikir serta membaca Al-Quran mereka tidak beranjak dari tempat tersebut, tapi mereka saling mengobrol satu sama lain, persis seperti yang selalu mereka lakukan dahulu.

Setelah rangkaian ibadah sholat Maghrib keluarga Susanto lakukan, mereka beranjak dan duduk bersama di ruang keluarga. Mereka membahas acara yang mereka jalani esok hari.

"Astuti, sudah tau belum jawabannya, besok berapa orang yang akan hadir dari keluarga Komar?" tanya Ibu Suci pada Astuti.

"Sudah Bu, katanya yang akan datang hanya keluarga inti. Mas Komar, Bapak dan Ibunya serta kakaknya, suami kakaknya dan anak kakaknya.

"Bagaimana kalau besok bukan hanya lamaran saja As, tapi langsung menikah saja. Masalah resepsi bisa kapan-kapan saja. Bapak kuatir tidak akan bisa menjadi wali nikah kamu jika kamu menunda pernikahanmu. Sementara Bapak merasa semakin hari semakin lemah" tiba-tiba kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut Pak Susanto.

"Jangan berkata seperti itu Bapak. Kalau Bapak sudah tidak ada lalu siapa yang akan menjadi wali nikah ku nanti Pak..." sambil terisak Anita bersimpuh di pangkuan Bapaknya.

Selama ini yang selalu membelanya dari luapan amarah Ibunya hanya Bapaknya. Dan sekarang dia harus mendengar kalimat yang terlalu menakutkan untuk ia dengar apalagi bila itu benar-benar terjadi maka runtuhlah semangat hidupnya.

"Semua akan baik-baik saja tanpa Bapak. Ibu kalian sudah sangat mandiri dan kuat jika harus ditinggal Bapak, percayalah semua akan baik-baik saja. Ini hanya perkara waktu saja" ucap Pak Susanto ditengah isak tangis para putra putrinya dan diam-diam istrinya pun meneteskan air mata walau tanpa suara.

"Sudah-sudah, tak perlu membahas yang belum tentu terjadi, sebaiknya Mbak Astuti tanyakan kesediaan Mas Komar dulu jika besok langsung akad nikah bagaimana?.

Jika dia setuju nanti aku siap menghubungi penghulu KUA yang ada di Desa sebelah. Biar sah secara agama dan negara juga" ucap Dwi kepada menenangkan semuanya.

Sebenarnya Dwi sendiri sangat ketakutan jika Bapaknya sampai tidak berumur panjang. Dwi sendiri melihat jika fisik Bapaknya sekarang tak sekuat saat ia meninggalkan rumah untuk bekerja di Ibukota, sementara ia adalah anak laki-laki satu-satunya yang harus bertanggung jawab menggantikan posisi Bapaknya.

"Iya dek" jawab Astuti singkat.

Astuti dengan segera menyampaikan apa yang diinginkan Bapaknya yang telah disetujui yang lain. Ternyata setelah keluarga Komar berunding ternyata pihak mereka pun setuju demi menghindari fitnah saat mereka kembali bekerja di ibukota jauh dari keluarga besar.

Jadilah malam itu Keluarga Pak Susanto mempersiapkan semuanya untuk acara pernikahan Astuti esok hari.

Beruntung keluarga besar Pak Susanto saling membantu tenaga dan materi sehingga acara yang mendadak seperti inipun bisa terlaksana dengan baik.

Pagi ini semua hidangan untuk penyambutan tamu dan syukuran telah siap. Semua keluarga besar Bapak Susanto dan Ibu Suci telah siap untuk menyambut para tamu.

Semalam semua keluarga terlibat dalam pembuatan makanan untuk hidangan dan untuk syukuran yang dilaksanakan malam hari setelah pernikahan berlangsung.

Peristiwa pernikahan Astuti merupakan berkah untuk semua keluarga, mereka yang biasa saling menyalahkan kini mereka berdamai dan merasakan suka cita atas pernikahan Astuti.

Tepat pukul 08.00 WIB rombongan dari keluarga mempelai pria datang. Dan ternyata mereka bukan hanya berenam seperti yang diberitakan Komar kepada Astuti kemarin. Ternyata ada total 5 mobil dengan setiap mobil berisi 6-8 orang.

Jadilah keluarga Astuti kaget dengan rombongan yang begitu banyak.

Ada rasa bahagia ternyata banyak orang yang ingin menyaksikan momen bersejarah keluarga Susanto namun juga membuat panik Budhe Nurul yang merupakan kakak dari Pak Susanto yang bertanggung jawab mengurusi hidangan untuk para tamu.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***