Episode 4

"Kenapa si aku nggak boleh anter kamu sampai halaman sekolah nit?" tanya laki-laki tersebut.

"Masih kebagian, kalau sampai jalan depan nanti kan jadi aku bisa sambil jalan, jadi sampai di kelas pas" jawab Anita

"Ya udah, kita jalannya pelan-pelan aja ya" pinta laki-laki tersebut.

"Nggak usah ngadi-ngadi deh Johan., dah lah aku turun sini aja" ancam Anita.

"Iya deh iya, nggak usah sensi gitu dong..." jawab Johan merayu.

"Oh...ya, ngomong-ngomong aku boncengin kamu ada yang marah nggak nih...?" ucap Johan terus aktif bertanya.

"Ada lah, kalau orang tuaku dan saudaraku tau aku diboncengin laki-laki pasti mereka marah lah..." jawab Anita sekenanya.

"Tapi kalau aku ijin ke orang tuamu sekalian silaturahmi pasti dibolehin" ucap Johan tanpa dosa.

"Ngga usah macem-macem ya Johan. Makasih boncengannya" serta merta Anita turun dari motor yang dikendarai Johan dan melesat masuk ke jalan kecil menuju sekolahnya.

'Hmmmm...., kamu belum tau aja Anita siapa Johan sebenarnya. Sekali ada maunya, maka segala cara akan aku lakukan. Tidak dapat kakaknya maka harus dapat adiknya' sungut Johan sambil melajukan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi menuju rumahnya.

Johan adalah anak dari pengusaha kaya yang ada di satu dusun tempat Pak Susanto tinggal.

Johan adalah teman sekolah Astuti di sekolah lanjutan pertama. Johan menaruh hati pada Astuti, namun Astuti selalu mengabaikannya dan tak pernah menanggapinya sama sekali. Semua hadiah yang selalu ia kirim untuk Astuti selalu di tolaknya dengan halus, hingga Johan tak pernah lagi memiliki kesempatan untuk mendekati Astuti, karena Astuti memilki seribu satu alasan yang membuatnya menghindar dari laki-laki tersebut.

Hingga Johan mendengar jika Astuti akan menikah dengan laki-laki lain. Berita itu ia dengar dari saudara Astuti yang kebetulan bertetangga dengannya.

Saat Johan berputus asa karena perempuan yang ia cintai dan ia tunggu selama ini akan segera menikah dengan laki-laki lain, saat itulah Johan melihat perempuan kecil yang mirip dengan Astuti melintas depan rumahnya.

Dengan rasa penasaran yang tinggi ia berusaha mencari tau perempuan kecil tersebut dan setelah ia dapatkan informasi tentang gadis kecil itu, mulailah ia mendekati gadis kecil tersebut.

Meskipun judes, tapi gadis kecil ini lebih mudah di dekati daripada kakaknya yang sangat membatasi diri.

Anita memang cenderung supel saat berteman dengan siapapun. Ia tak pernah membatasi diri berteman dengan siapapun termasuk berteman dengan lawan jenis. Ia menganggap dirinya masih kecil dan belum berfikiran mengenai berhubungan dengan lawan jenis yang saling suka atau pacaran seperti yang sering di ceritakan teman-temannya.

Bagi Anita be pacaran berarti siap nikah, sementara ia sama sekali belum berfikiran untuk menikah. Target hidupnya setelah selesai sekolah menengah tingkat pertama maka ia akan bekerja dan belajar hidup mandiri agar ia tidak menjadi beban orang lain terutama orang tuanya.

Namun mengenai ketidak ada batasannya pertemanan antara laki-laki dan perempuan bagi Anita di artikan lain bagi laki-laki yang bernama Johan Praditya. Bagi Johan Anita telah memberinya celah hingga memudahkan nya untuk mendekati gadis kecil bernama Anita.

Anita pulang dari sekolahnya, hari ini ia berangkat untuk persiapan ujian akhir sekolahnya.

'Ah, akhirnya jam tambahan yang menguras tenaga dan pikiran selama ini akhirnya berakhir juga' gumam Anita dalam hati.

Dengan langkah gontai ia melangkah meninggalkan kelas menuju halte dekat jalan raya.

"Anita...." suara bariton laki-laki memanggil namanya.

Anita menengok mencari sumber suara yang memanggil namanya.

"Mas Dwi" ucap Anita sambil tersenyum melihat kakaknya yang pagi tadi menolak mengantarkannya namun sekarang menjemputnya.

"Ayo naik, kok malah bengong" ucap Dwi pada adiknya.

"Kok tumben mau jemput aku, padahal tadi pagi nggak mau nganter aku" ucap Anita.

"Ya tadi kan aku masih capek dik" jawab Dwi.

"Emang sekarang udah nggak capek?" tanya Anita.

"Dah berkurang. Sudah nggak usah aneh-aneh, aku tau isi otakmu. Pasti mau minta anterin ke main di mall" jawab Dwi sambil menyanggah ucapan adiknya yang akan berucap.

"Ih...Mas Dwi, aku kan dah lama nggak ke mall bareng Mas Dwi. Aku juga pengin di beliin jajan sama Mas Dwi yang baru pulang kerja. Pasti uangnya banyak kan?" ucap Anita dengan manjanya.

"Dah nggak usah aneh-aneh. Kalau mau jajan besok di pasar aja banyak jajanan. Lagian uangku banyak bukan buat kamu jajan yang nggak jelas, uangku buat masa depanku kelak" jawab Dwi sambil terus melajukan sepeda motornya menuju rumahnya yang berjarak 3 kilometer dari sekolahan Anita yang dulu juga menjadi sekolahannya.

"Ih...pelit Mas Dwi. Terus ngapain Mas Dwi jemput aku segala kalau minta jajan aja nggak dibolehin" protes Anita yang tak berkesudahan.

"Bukan nggak boleh jajan adik manis. Boleh jajan asal jangan ke mall. Kalau ke mall akhirnya bukan hanya jajan tapi juga beli yang nggak penting-penting. Besok ya, kita jajan di pasar atau warungnya bang Amat ya..." rayu Dwi.

"Terserahlah..." jawab Anita ketus.

"Asyik..., gitu dong yang nurut kan jadi tambah cantik" ucap Dwi.

"Eh... ngomong-ngomong tadi pagi kamu bonceng motor siapa?" tanya Dwi penasaran.

"Mas Dwi tau darimana aku di boncengin orang?" tanya Anita balik.

"Ditanyain malah balik nanya. Nggak baik bonceng-bonceng orang sembarangan. Apalagi laki-laki" ucap Dwi sambil menasehati adiknya.

"Aku kan nggak papa Mas, nggak ada apa-apa sama dia" jawab Anita.

"Iya kamu nggak papa, bagaimana kalau dia mensalah artikan, dikiranya kamu mau di pacarin dia" Dwi menjelaskan.

"Ih...apa si Mas, aku kan masih kecil. kok pacar-pacar apaan. Pacaran kan kalau udah siap nikah. Aku kan ogah nikah dulu. Mas Dwi sama Mbak Astuti aja belum nikah masa aku mau duluan nikah" jawab Anita panjang lebar.

"Makanya jangan mudah templak-templok boncang-bonceng sembarangan. Aku nggak suka adikku jadi bahan pembicaraan orang kampung gara-gara mau di boncengin laki-laki yang nggak jelas. Untung tadi teman Mas ada yang kasih tau Mas. Coba kalau nggak, mereka bisa lapor Bapak dan Ibu, habislah kau..." jelas Dwi.

"Ih...Mas Dwi nakut-nakutin aja. Iya deh iya, aku nggak akan lagi bonceng orang sembarangan. Makanya anterin aku dong" bela Anita.

"Mas mau anterin kamu, tapi liat situasi dong. Kamu mau Mas jatuh di jalan karena kelelahan?" ucap Dwi.

"Iya, iya Maaf" ucap Anita dengan wajah menyesalnya.

"Emmmm..., Mas Dwi kenal sama Johan?" tanya Anita sesaat setelah mereka sampai di pekarangan rumah mereka dan mereka mulai masuk rumah.

"Johan? Johan siapa?" suara yang datang dari arah berlawanan membuat Anita dan Dwi terlonjak karena kaget.

Terpopuler

Comments

Adico

Adico

ayo kak lanjutt kakk

2022-10-13

2

Adico

Adico

Johan akal buruknya selalu ada🤪😜

2022-09-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!