Aku mempercepat gerakan tanganku untuk membasuh seluruh tubuh besarku. Karena tidak mau mendengar ocehan ibuku yang akan semakin panjang.
Setelah selesai dan sudah berganti pakaian. Aku beranjak menuju ruang televisi dimana ibuki berada. Beliau tampak sedang berduduk santai dan menyaksikan acara berita. Dan mau tidak mau aku harus mempersiapkan diri mendengar ceramah yang mungkin akan terasa sangat panjang dan lama.
"Ma?" Ujarku.
"Duduk!" Bentak beliau.
"Iya ma kenapa sih?"
"Dia tadi siapanya kamu?"
"Temen ma."
"Temen doang?"
Oh tidak! Tatapan ibuku membuatku bergidik. Sangat tajam dan tegas. Ada kemungkinan ketidakpercayaan dari raut beliau dengan jawabanku. Mengapa harus sesial ini? Aku pikir ibuku tidak akan mampir bahkan marah sekalipun.
"Iya ma." Jawabku.
"Temen bawa anaknya ke apartemen?" Tegas beliau.
"Beneran mamaa."
"Fanni kamu gak mikir apa? Dia udah punya anak! Dia duda kamu belum tau masalah keluarganya."
"Udah tau kok mama."
"Udah tau?"
"Ehm..."
"Kamu mau ikut campur rumah tangga orang gitu?"
Situasi bertambah rumit saja. Mau bohong pasti tidak bisa karena hati ibuku sangat peka sekali. Kalau jujur pastinya tidak dibenarkan. Seandainya mengusir orang tua tidak berdosa. Tentunya aku akan memaksa ibuku pulang sedari tadi. Sehingga aku tidak akan melalui momen seperti ini.
Kepalaku tertunduk mendengar ceramah demi ceramah dari ibuku. Aku tidak berani menatap ibuku yang sedang marah. Aku hanya mendengar dengan seksama setiap kata yang beliau lontakan.
"Fanni dia pacar kamu?" Tanya beliau lagi.
"Enggak ma bukan kok orang kita baru kenal juga opsss..." Jawabku gelagapan dan lebih sialnya lagi aku keceplosan tentang perkenalanku dengan Mas Arlan yang terbilang masih baru.
"Baru kenal kata kamu??? Fanniiiii!!!"
"Ma bukan gitu aduuuhh mama."
"Kamu bener-bener deh baru kenal udah bawa dia ke apartemen, dia udah punya anak Fanni kamu gak tau masalah keluarga mereka apa."
Jauh di lubuk hatiku, aku merasa senang karena kekhawatiran ibuku untukku. Aku hanya khawatir jika ibuku melarangku bertemu Mas Arlan lagi. Maksudku bertemu Selli.
"Mama kenapa sih marah banget?" Tanyaku pada ibuku.
"Mama gak mau kamu dapet masalah Fanni." Jawab beliau.
"Masalah apa ma?"
"Dia aja gak bisa mertahanin rumah tangganya Fanni kalo kamu sama dia ntar bisa aja kejadian lagi."
"Sama dia apa sih ma?"
"Kalau kamu pacaran sama dia!"
"Hahaha mama mama, gak mungkinlah lagian Mas Arlan juga gak bakalan mau sama Fanni asal mama tau ya mantan istrinya cantik banget ma."
DUGHH!
Sebuah buku mendarat pada kepalaku. Meskipun tidak terlalu kencang timpukan buku dari ibuku. Cukup menyisakan sedikit rasa sakit dan aku hanya bisa mengaduh. Entah di bagian mana lagi perkataanku yang menurut beliau salah.
Astaga! orang tua satu ini tegas dan galak sekali seperti harimau. Aku ingin melarikan diri. Namun, setiap pergerakan badanku yang akan berdiri. Ibuku langsung mencengkeram tanganku dengan kuat. Seolah-olah aku tidak boleh kabur dan meninggalkannya.
Situasi seperti ini berlangsung hampir setengah jam lamanya. Terkadang aku memfokuskan bola mataku pada acara televisi sembari pura-pura mendengarkan ceramah ibuku. Sesekali lengkingan suara beliau mampu membuatku menutup telinga. Banyak hal yang beliau utarakan dan tentu saja tidak bisa aku ulangi kata-katanya.
"Fanniii!!!" Bentak ibuku.
"Iya mama." Jawabku sedikit kesal.
"Kamu dengerin mama nggak sih?"
"Denger ma."
"Apa? Coba ulangin!"
"Ihh mama emang gak capek ngomelnya? Lagian kalo gak suka sama Mas Arlan kok malah nawarin maen sama anaknya coba?"
"Ya... yaa.. itu anu. Ya mama basa-basi aja."
Aku terkekeh melihat salah tingkahnya ibuku. Aku berhasil membuat beliau terdiam sejenak. Mataku kembali menyaksikan acara televisi sembari mengunyah-ngunyah cemilan yang sudah ada di meja kecilku.
Aku menunggu reaksi apalagi yang akan diberikan oleh ibuku. Mungkinkah beliau akan kembali dengan omelan-omelan yang terasa membosankan. Bukan apa-apa, tapi aku ingin beliau pulang sekarang. Karena rasa penat dan kantuk menghampiriku lagi.
"Ma?" Ujarku.
"Hmmm. Fann sebenarnya mama ngerasa kasian sama Selli anak sekecil itu harus nanggung keegoisan orang tuanya makanya mama nyuruh mereka mampir tadi."
"Nah kan."
"Tapi bukan berarti mama mau ngasih restu ke kamu sama Arlan!"
"Lagian siapa sih ma yang mau pacaran sama Mas Arlan, dia gak bakalan mau ma sama Fanni yang gembrot kayak gini."
Ibuku terdiam lagi. Bukan raut marah lagi yang terlukis di wajah beliau. Melainkan sendu dan sedih. Ya Tuhan, berapa lama lagi sesi ini akan selesai. Aku takut jika terlalu lama malah akan timbul salah paham dan masalah baru untukku dan ibuku.
Selang beberapa menit kemudian, ibuku meraih tanganku dan mengusapnya lembut. Tentu saja aku tersentak karena tidak tau apa maksudnya. Aku hanya mengingat-ingat di sebelah mana aku melakukan kesalahan. Kalau dipikir lagi ini bukan perlakuan seseorang yang akan marah.
"Maafin mama Fanni." Ujar ibuku.
"Haah?" Jawabku dengan rahang yang jatuh menganga mendengar pernyataan maaf yang tiba-tiba.
"Maafin mama yang gak bisa lahirin kamu secara sempurna. Sampe kamu harus nanggung kayak gini nak."
"Maksud mama apa sih? Ini semua bukan salah mama kok, lagian Fanni aja yang gak sanggup diet ma gak sanggup hidup sehat bukan salah mama atau papa."
"Tapi gara-gara ini kamu jadi susah nyari suami nak, mama bingung harus gimana. Mama gak bisa bantuin kamu."
"Mamaaa."
Aku memeluk erat tubuh ibuku. Sembari bermanja-manja. Ternyata selama ini bukan aku aja yang merasa tertekan. Namun juga ibuku. Betapa beliau bersedih karena aku tidak kunjung menikah. Aku hanya bisa meminta maaf pelan pada beliau.
Tentu saja aku ingin orang tuaku bahagia. Seperti mereka yang terus berusaha membuatku bahagia. Aku ingin memberikan seseorang yang bisa dipanggil menantu dan juga cucu. Maka dari itu aku sangat memohon agar Tuhan memberikannya dengan segera.
Aku percaya setiap orang diciptakan secara berpasang-pasangan. Namun, aku tidak ingin sampai terlambat saja.
Tak lama kemudian ibuku sedikit mendorong pelukanku. Mungkin beliau sudah merasa jengah dan pegal. Aku hanya terkekeh. Kemudian aku beranjak menuju dapur.
Aku mengambil satu teko air dingin di dalam kulkas dan dua buah gelas. Aku juga mengupas beberapa buah mangga yang aku temukan didalam kulkas.
Setelah selasai aku melangkah kembali dan duduk disamping ibuku.
"Ma emang mama kesini mau ngapain?" Tanyaku.
"Emang gak boleh mama kesini?" Ibuku bertanya balik.
"Ya bolehlah, tapi kan kalo ada apa-apa mama nyuruh aku pulang."
"Mungkin mama ada firasat kali kalo bakal ada yang nungguin kamu didepan. Tapi tetep ya mama ingetin kalo nyari calon yang baik kalo bisa masa lalunya yang baik juga mama tetep belom bisa ngasih restu kalo kamu sama nak Arlan."
"Ihh mama di bahas lagi."
"Hmm... Ada yang mau omongin sama kamu."
"Ehmm... apaan?"
Bersambung...
Apaan yaaaaa???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
ᶳᶬ🐉Kethuk {gak suka gangguan}
soalnya sma kyak kisah hidup 😅
2019-10-14
2
ᶳᶬ🐉Kethuk {gak suka gangguan}
kpn nih up upnya?
2019-10-14
0
Juli Sitepu
up dong thor
2019-10-13
0